Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN: PPOK DI PUSKESMAS MATITI
KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
2023

OLEH:

NAMA : HERWIN TUMANGGOR

NIM : 2014005
PRODI : D-III KEPERAWATAN
Dosen Pengampu: Lidia Silaban S.Kep,Ns,MKM

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KESEHATAN BARU JALAN BUKIT INSPIRASI
SIPALAKKI KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
2023
BAB I
TINJAUAN TEORITIS MEDIS

Defenisi
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama (Grace & Borlay,
2011) yang di tandai oleh adanya respons inflasmasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (Padila, 2012).
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic
Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan diatasi yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan
terkait dengan adanya proses infamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau
partikel berbahaya (Ikawati, 2016).
Kumar, dkk tahun 2007 menjelaskan bahwa penyakit paru obstruktif kronis adalah
penyakit yang ditandai dengan berdasarkan uji fungsi paru terdapat bukti objektif hambatan
aliran udara yang menetap dan ireversibel.
Adapun pendapat lain mengenai PPOK adalah kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Smeltzer & Bare,2006)
Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut
Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah:
a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi.
b. Faktor usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-
paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
c. Infeksi sistem pernfasan akut, seperti pneumonia, bronkitis, dan asma orang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.

d. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada uia yang relatif muda,
walaupun tidak merokok.
Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK sebagai berikut:
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekunngan bila terjadi
infeki.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudia sesak nafas menjadi semakin
nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :
a. peningkatan volume sputum
b. Perburukan pernafasan secara akut.
c. Dada terasa berat.
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan tolerani terhadap gerakan fisik, cepat lelah dan terengah-engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung dan oedema perifer.
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang
disebabkan (polycythemia), erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal ini
merupakan respon

fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih ( Ikawati,2016 ).


Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafa bagian proksimal, perifer,
paremkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan
perubahan strutural pada paru.
Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan
formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan
restriksi pembukaan jalan nafas pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang
akibat peneblan mukosa yang mengandung eksudat inflasi, yang meningkat sesuai berat sakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan seimbang.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.
Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi
dasar daari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress
oksidan, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya peroksidasi ipid. Peroksidasi lipid
selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan
menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrien
B4, tumor necrosis faktor (TNF), monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive
oxigen species (ROS). Faktor- fakyor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan
protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding
alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal
terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada
dipermukaan makrofag dan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul

oksigen menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat
hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima elektron
dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida
(HOCI).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapa menginduksi batuk
kronise hingga percabangan bronku lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungi paru terjadi
ekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit
dan polusi dan asap rokok.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, plattened diafragma, peningkatan
ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vakuler/bullae (emfisema), peningkatan
suara bronkovaskuler (bronkitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma).
b. Pemeriksaan fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,menentukan
abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriki, memperkirakan tingkat
disfungi, dan mengevaluasi efek terapi,mialnya bronkodilator.
c. Total Lung Capacity (TLC): meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada asma,
namun menurun pada emfisema.
d. Kapasitasi Inspirasi: menurun pada emfisema
e. FEV1/FVC: rasio tekanan volume eksperasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital
(FVC) menurun pada bronkitis dan asma
f. Arterial Blood Gasses (ABGs): menunjukkan proses penyakit kroni sering kali PaO2
menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan emfisema) tetapi sering
kalii menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder
terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma)

g. Bronkogram: dapat menunjukka dilatasi dari bronki saat inpirasi, kolaps bronkial pada
tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar muku (bronkitis)
h. Darah lengkap: terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan eosinofil (asma)
i. Kimia Darah: alpha1-antitripin kemungkinan kurang pada emfisema primer
j. Sputum Kultur: untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi patogen,
sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menemukan penyakit keganaan atau
alergi.
k. Elektrokardiogram (ECG) : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asma berat, artial
distritmia (bronkitis),gelombang P pada leads II,III, dan AVF panjang, tinggi (pada
bronkitis dan emfisema) dan aksis QRS ventrikal (emfisema)
l. Exercise ECG, Stress Test: membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernapasan,mengevaluasi keefektifan oba bronkodilator, dan merencanakan/ evaluasi
program.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Berhenti merokok harus menjadi prioritas
2. Bronkodilatori bermanfaat pada 20-40% kasus
3. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien
dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 77,3 kPa dan FEV 1
sebesar 1,5L)
4. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik
yanng signifikan pada pasien dengan penyakit sedang-berat)
5. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan nafas.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mempertahankan poteni jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggak masuk rumah sakit,diagnosa
medis,nomor registrasi
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai
sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas, kelemahan fisik, batuk
yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi
udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penykit seperti
asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan Keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
alergi (asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok
meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar
(Ikawati,2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
4) Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan Pola
istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi
terhadap aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat
lengan keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau
distres pernafasan (Suzanne,2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pasien merasa cema dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasanya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal
maupun interpersonal
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya
sehingga menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah
menikah akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran umum
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK
mengalami toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala

Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK


mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk
perawatan diri.
b) Mata
Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga
Biasanya telinga cukup bersih, bentuk simetris dan fungsi
pendengaran normal
d) Hidung
Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher
Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
(1) Inspeksi
Biasanya terlihat klien mempunyai bentuk dada barrel
chest penggunaan otot bantu pernafasan
(2) Palpasi
Biasanya premitus kanan dan kiri melemah
(3) Perkusi
Biasanya hipersonor
(4) Auskultasi
Biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
keparahan obstruktif
g) Jantung
(1) Inspeksi
Biasanya ictus cordis tidak terlihat
(2) Palpasi
Biasanya ictus cordis teraba
(3) Auskultasi
Biasanya irama jantung teratur
h) Abdomen

(1) Inspeksi
Biasanya tidak ada asites
(2) Palpasi
Biasanya hepar tidak teraba
(3) Perkusi
Biasanya timphany
(4) Auskultasi
Biasanya bising usus normal
i) Ekstermitas
Biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan
(Muttaqin,2012)
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
c) FEV1 (firced expired volume in one second) selalu menurun:
untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai 3,2L
d) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian
menurun dengan nilai normal 4 L.
e) TLC ( Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang
dengan nilai nrmal 6000 ml
2) Analisis gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2
meningkat dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal
dengan nilai normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) mmeningkat dengan nilai normal pada
wanita 12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18fr/dl, hematocrit (Ht)
meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43% dan pada
laki-laki 40-48%

a) Jumlah darah merah meningkat dengaan nilai normal pada


wanita 4,2-5,4 jt/mmᶟ
b) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4% dan total IgE
serum meningkat dengan nilai normal <100 IU/ml
c) Pulse oksimetri, SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai
normal > 95%.
d) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum
Peemeriksaan gram kuman/ kultur adanya infeksi campuran
kuman pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus
pneumonia, hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasu paru, pembearan jantung dan
bendungan area paru (Muttaqin,2012)
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan, batuk yang tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai
O2 ke sel dan jaringan kurang
e. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan makanan
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Resiko infeksi berhubungan dengan anacaman kematian
h. Defisieni pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajamen jalan nafas
1.
bersihan jalan tindakan a) Posisikan pasien
nafas berhubungan keperawatan untuk
dengan mukus diharapkan memaksimalkan
berlebihan, batuk manajemen diri : ventilasi
yang tidak efektif PPOK dengan b) Lakukan
Defenisi: kriteria hasil: fisioterapi dada
Ketidakmampuan a) Secara sebagai mana
membersihkan konsisten mestinya
sekresi atau menunjukka c) Buang secret
obstruksi dari n menerima dengan
saluran nafas untuk diagnosis memotivasi
mempertahankan b) Secara pasien untuk
bersihan jalan nafas konsisten melakukan batuk
Batasan karakteristik: mencari atau menyedot
1. Batuk yang informasi lendir
tidak efektif tentang cara d) Instruksikan
2. Dyspnea mencegah bagaimana agar
3. Gelisah komplikasi bisa melakukan
4. Kesulitan c) Secara batuk efektif
verbalisasi konsisten e) Auskultasi suara
5. Penurunan menunjukka nafas
bunyi nafas n f) Posisikan
6. Perubahan menjalankan Penghisapan lendir
frekuensi aturan pada jalan nafas
nafas pengobatan a) Gunakan alat
7. Perubahan sesuai resep pelindung
pola nafas d) Secara b) Tentukan
8. Sputum konsisten perlunya suksion
dalam menunjukka mulut atau trachea
jumlah n c) Auskultasi suara
yang berpatisipasi nafas sebelum dan
berlebihan dalam aturan setelah tindakan
berhenti suction
Suara nafas tambahan
merokok
Instruksikan kepada pasien
e) Secara
untuk menarik nafas dalam
konsisten
sebelum dilakukan suction
menunjukka
n memantau
perburukan
gejala

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Manajamen asam basah


2.
gas berhubungan tindakan a) pertahankan
dengan ventilasi- keperawatan kepatenan jalan
perfui diharapkan nafas
Defenisi: keseimbangan b) posisikan klien
Kelebihan atau elektrolit dan asam untuk
deficit oksigenasi basa dengan kriteria mendapatkan
dan/atau eliminasi hasil : ventilasi yang
karbondioksida a) frekuensi adekuat
pada membrane pernafasan c) monitor
alveolarkapiler tidak ada kecenderungan
deviasi dari pH arteri, PaCO2
kisaran dan HCO3 dalam r
normal mempertimbangk
b) irama an jenis
pernafasan ketidakseimbanga
c) serum pH n yang terjadi
tidak ada (misalnya,
deviasi dari respiratorik atau
kisaran metabolic) dan
normal kompensasi
serum mekanisme
karbondioksida fisiologis yang
tidak ada deviasi terjadi (misalnya,
dari kisaran normal kompensasi paru
atau ginjal dan
penyangga
fisiologis)
d) pertahankan
pemeriksaan pH
arteri dan plasma
elektrolit untuk
membuat
perencanaan
perawatan yang
akurat
Ketidak efektifan Setelah dilakukan a) pertahankan
3.
pola nafas tindakan kepatenan jalan
berhubungan keperawatan nafas
dengan keletihan diharapkan status b) siapkan peralatan
otot pernafasan, pernafasan: oksigen dan berikan
penggunaan oto ventilasi dengan melalui system
bantu pernafasan kriteria hasil : humidifer
a) tekanan c) berikan oksigen
parsal tambahan seperti
oksigen di yang diperintahkan
darah arteri d) monitor aliran oksigen
(PaO2) tidak e) monitor efektifitas
ada kisaran terapi oksigen
normal f) amati tanda –tanda
b) tekanan hipoventilasi
parsial induksi oksigen
karbondioksi g) konsultasi dengan
da di darah tenaga kesehatan lain
arteri mengenai
(PaCO2) penggunaan oksigen
tidak ada tambahan selama
deviasi dari kegiatan dan atau
kisaran tidur
normal
c) saturasi
oksigen
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
keseimbangan
ventilasi dan perfui
tidak ada deviasi dari
kisaran normal

Implementasi Keperawatan
keperawatan Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian :
1. Identitas dan biodata klien
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : Menikah
Agama : Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat :Matiti I
No.MR 101920
Tanggal Masuk : 11-02-2023

Tanggal Pengkajian : 14-02-2023


b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.P
Umur : 25Tahun
Hub.Keluarga : Anak
Pekerjaan :Wiraswasta
2. Alasan Masuk
Tn.M datang ke puskesmas matiti tanggal 13 februari 2023
dengan alasan masuk sesak nafas dan batuk berdahak yang meningkat
sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan sesak bertambah seiring
dengan adanya aktifitas ringan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14/02/2023 pukul
9.30 WIB dengan hari rawatan ke 2 kondisi klien tampak lemas
dengan keluhan sesak nafas, batuk yang disertai dahak yang sulit
untuk dikerluarkan berwarna kekuningan. Tn.M tampak
menggunakan otot bantu pernafasan dan seksak bertambah dengan
adanya aktifitas ringan dan pasien mengatakan lebih nyaman dengan
posisi semi fowler.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUD Doloksanggul
kurang lebih 1 minggu. Pasien merupakan seorang perokok berat
selama kurang lebih 45 tahun. Biasanya pasien menghabiskan
sebanyak 1-2 bungkus rokok perhari. Pasien mengatakan sudah
berhenti merokok sejak 10 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki
riwayat pengobatan sebelumnya dan tidak ada riwayat alergi
makanan atau obat.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn.M mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang dialaminya sekarang. Pasien juga mengatakan tidak
ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti
DM, jantung, asma, hipertensi.
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan lauk dan
sayuran, pasien tidak memiliki alergi makanan.
2) Minum
Pasien mengatakan minum 5-6 gelas dalam sehari sekitar 1500
cc.
b. Pola Eliminasi
1) BAB
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsisteni lunak dan
berwarna kuning kecoklatan.
2) BAK
Klien mengatakan BAK sebanyak 3-4 kali sehari berwarna
kuning tidak pekat sekitar 1500cc dalam sehari.
c. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan biasanya tidur kurang lebih 7 jam dalam sehari
dan jarang tidur pada siang hari selama sakit pasien mengatakan
merasa sulit tidur akibat nafas terasa sesak.
d. Pola aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan biasanya dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa dibantu, selama sakit pasien mengatakan sulit untuk
beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur, aktivitas sehari-
harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampinginya.
5. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign:
TD :140/80 mmHg
HR : 86x/menit
RR : 22x/menit
T :36,5 ◦C
a. Kepala
 Rambut
Rambut berwana putih,tidak ada lesi dan rambut tidak rontok
 Mata
Mata bersih, simetris, pupil isokor dan konjungtiva anemis
 Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tampak bersih
 Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung bersih
 Mulut
Ditemukan mulut bersih dan tidak ada sianosis
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Paru
Terlihat paru simetris, tampak adanya penggunaan otot bantu
pernafasan
d. Abdomen
Perut simetris, hepar tidak teraba, timpanni, bising usus normal
e. Ekstermitas
Terpasang inject intravena ditangan sebelah kiri
6. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Diagnosa Medis
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
b. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Radiologi (foto thorax)
7. Therapy Yang Diberikan
No Nama Obat Dosis Efek
1. IVFD : 500cc Menjaga keseimbangan
Asering cairan
20tts/i
2. Omeprazole 1 vial (40gr)/ 12 Untuk mengurangi
jam produksi asam dalam
lambung
3. Deftriaxone 1 vial (1gr)/ 12 Sebagai antibiotik
jam Untuk mengatasi
berbagai infeksi
bakterial yang terjadi
pada tubuh
4. Sulcralfat 1x1 Untuk mencegah sakit
syrup lambung
5. Dexametason 1 amp Untuk menurunkan
mortalitas pada pasien
yang menggunakan
terapi oksigen
6. Ambroxol syr 3x1 Untuk mengencerkan
dahak
Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Obtrukssi jalan Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan napas: bersihan jalan
batuk. mukus/sekret napas.
2. Pasien mengatakan berlebihan
terdapat
lendir/sekret pada
jalan napas.
3. Pasien mengatakan
sudah tidak begitu
sesak
DO:
1. Pasien tampak
batuk
2. Terdapat
lendir/sekret pada
jalan napas
3. Irama pernapasan
teratur
4. Sputum kuning dan
kental
5. Suara napad ronchi
2. DS: Kurangnya suplai Gangguan pola
1. Pasien mengatakan oksigen dalam tidur
begitu sulit tidur tubuh
karena terasa sesak
saat bernapas
DO:
1. Pasien tampak
lemas

Perencanaan
NO. SDKI SLKI SIKI
Setelah dilakukan pengkajian Penghisapan lendir pada jalan
1. Ketidakefektifan
selama 1x24jam di dapatkan nafas
bersihan jalan nafas
kriteria hasil: a) Auskultasi suara nafas
behubungan dengan
-pola nafas membaik sebelum dan setelah
mucus berlebihan ,
-kapasitas vital meningkat tindakan suction
batuk yang tidak efektif
-dispinea menurun b) Instruksikan kepada pasien
defenisi:
-pengguanaan nafas bantu untuk menarik nafas dalam
Ketidakampuan
menurun sebelum dilakukan
membersihkan sekresi
-pemanjangan fase ekspirasi suctionMonitor status
atau obstruksi dari
menurun oksigenasi pasien
saluran nafas untuk
-frekuensi dan kedalaman c) Monitor status oksigenasi
mempertahankan
nafas membaik pasien
bersihan nafas
d) Monitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi secret
Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
b) Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
c) Monitor suara nafas
tambahan
d) Monitor pola nafas
e) Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.
Kaji perlunya penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi suara nafas
ronki di paru
Gangguan ventilasi a) monitor gas darah arteri,
2. Setelah dilakukan pengkajian
spontan b/d gangguan level serum serta urin
selama 1x24jam di dapatkan
metabolism , kelelahan elektrolit jika diperlukan
kriteria hasil:
otot pernafasan. b) monitor penentuan
- tingkat kesadaran meningkat
Defenisi:Kelebihan pengankutan oksigen ke
- frekuensi nadi menurun
atau deficit oksigenasi jaringan (misalnya
- tekanan darah menurun
dan atau eliminasi rendahnya PaO2)
-frekuensi nafas menurun
karbondioksida pada c) monitor intake dan output
- saturasi oksigenasi menurun
membrane d) monitor status
alveolarkapiler. hemodinamik, meliputi
level CVP,MAP, PAP, dan
PCWP jika tersediamonitor
kecenderungan pH arteri,
PaCO2 dan HCO3 dalam
rangka
mempertimbangkan jenis
ketidakseimbangan yang
terjadi (misalnya,
respiratorik atau metabolic)
dan kompensasi mekanisme
fisiologis yang terjadi
(misalnya, kompensasi paru
atau ginjal dan penyangga
fisiologis)
e) pertahankan
f) pemeriksaan pH arteri dan
plasma elektrolit untuk
membuat perencanaan
perawatan yang akurat
Bersihan Bersihan jala 1) Setelah a. Identifikasi ketepatan
3.
nafas tidak fektif b.d dilakukan Monitor status
merokok aktif, pengkajian pernapasan dan
merokok pasif dan selama 1x24 oksigenasi
terpajan polutan. jam di b. Posisikan pasien (Semi
dapatkan fowler)
kriteria c. Ajarkan/instruksikan
hasil: batuk efektif.
-kontrol Kolaborasi pemberian
gejala obat
meningkat
-kemampuan
memonitor
munculnya
gejala secara
mandiri
- Frekuensi
pernapasan
2) Irama pernapasan
3) Kedalaman inspirasi
kepatenan jalan nafas

Implementasi Dan Evaluasi


Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Melakukan monitor status S:
Rabu 15 Ketidakefektifa
pernapasan dan oksigenasi 1. Pasien
Februari 2023 n bersihan
Hasil: mengataka
jalan napas b.d
2. Memposisikan pasien (semi fowler) n masih
Obstruksi jalan
3. Mengajarkan/mengintruksikan batuk sesak
napas :
batuk efektif Pasien
mukus/sekret
4. Memberikan terapi oksigen Mengatakan
berlebih masih
5. Memberikan terapi nebulizer
terdapat
Melakukan kolaboratif pemberian Obat lendir/sekret
pada
jalannapas.
O:
1. Keadaan
umum :
seda
ng
TD:
140/80mm
Hg
HR: 86x/i
RR: 22x/i
2. Pasien
tampak
masih
batuk dan
sesak
3. Nampak
Masih ada
lendir/sekre
t pada jalan
napas
A : masalah belum
teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan monitor status S:
Kamis 16
pernapasan dan oksigenasi 1. Pasien
Februari 2023
3. Memposisikan pasien (semi Mengatakan
fowler) masih batuk
Mengajarkan/mengintruksika dan sesak
n batuk efektif 2. Pasien
4. Memberikan terapi oksigen mengatakan
5. Memberikan pasien terapi masih
nebulizer terdapat
Melakukan kolaboratif pemberian lendir/sekret
Obat pada jalan
napas.
O:
1. Pasien
tampak
masih batuk
2. Nampak
masih ada
lendir/sekret
pada
jalan napas
A : masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Melakukan monitor status S:
Jumat 17 pernapasan dan oksigenasi 1. Pasien
februari 2023 2. Memposisikan pasien (semi mengatakan
fowler) sesak nafas
3. Mengajarkan/mengintruksika berkurang
n batuk efektif Pasienmengat
5. Memberikan terapi oksigen 6. akan
6. Memberikan pasien terapi lendir/sekret
nebulizer pada halan
7. Melakukan kolaboratif nafas sudah
pemberian Obat berkurang
O:
1. Sesak
nafas tampak
berkurang
2. Keadaan umum
: sedang
TD:128/65
mmHg
HR:91x
/i
RR:22x
/i
A: masalah
belum teratasi
penuh

P:
Intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai