OLEH:
NIM : 2014005
PRODI : D-III KEPERAWATAN
Dosen Pengampu: Lidia Silaban S.Kep,Ns,MKM
Defenisi
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama (Grace & Borlay,
2011) yang di tandai oleh adanya respons inflasmasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (Padila, 2012).
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic
Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan diatasi yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan
terkait dengan adanya proses infamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau
partikel berbahaya (Ikawati, 2016).
Kumar, dkk tahun 2007 menjelaskan bahwa penyakit paru obstruktif kronis adalah
penyakit yang ditandai dengan berdasarkan uji fungsi paru terdapat bukti objektif hambatan
aliran udara yang menetap dan ireversibel.
Adapun pendapat lain mengenai PPOK adalah kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Smeltzer & Bare,2006)
Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut
Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah:
a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi.
b. Faktor usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-
paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
c. Infeksi sistem pernfasan akut, seperti pneumonia, bronkitis, dan asma orang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
d. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada uia yang relatif muda,
walaupun tidak merokok.
Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK sebagai berikut:
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekunngan bila terjadi
infeki.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudia sesak nafas menjadi semakin
nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :
a. peningkatan volume sputum
b. Perburukan pernafasan secara akut.
c. Dada terasa berat.
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan tolerani terhadap gerakan fisik, cepat lelah dan terengah-engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung dan oedema perifer.
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang
disebabkan (polycythemia), erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal ini
merupakan respon
oksigen menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat
hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima elektron
dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida
(HOCI).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapa menginduksi batuk
kronise hingga percabangan bronku lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungi paru terjadi
ekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit
dan polusi dan asap rokok.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, plattened diafragma, peningkatan
ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vakuler/bullae (emfisema), peningkatan
suara bronkovaskuler (bronkitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma).
b. Pemeriksaan fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,menentukan
abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriki, memperkirakan tingkat
disfungi, dan mengevaluasi efek terapi,mialnya bronkodilator.
c. Total Lung Capacity (TLC): meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada asma,
namun menurun pada emfisema.
d. Kapasitasi Inspirasi: menurun pada emfisema
e. FEV1/FVC: rasio tekanan volume eksperasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital
(FVC) menurun pada bronkitis dan asma
f. Arterial Blood Gasses (ABGs): menunjukkan proses penyakit kroni sering kali PaO2
menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan emfisema) tetapi sering
kalii menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder
terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma)
g. Bronkogram: dapat menunjukka dilatasi dari bronki saat inpirasi, kolaps bronkial pada
tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar muku (bronkitis)
h. Darah lengkap: terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan eosinofil (asma)
i. Kimia Darah: alpha1-antitripin kemungkinan kurang pada emfisema primer
j. Sputum Kultur: untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi patogen,
sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menemukan penyakit keganaan atau
alergi.
k. Elektrokardiogram (ECG) : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asma berat, artial
distritmia (bronkitis),gelombang P pada leads II,III, dan AVF panjang, tinggi (pada
bronkitis dan emfisema) dan aksis QRS ventrikal (emfisema)
l. Exercise ECG, Stress Test: membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernapasan,mengevaluasi keefektifan oba bronkodilator, dan merencanakan/ evaluasi
program.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Berhenti merokok harus menjadi prioritas
2. Bronkodilatori bermanfaat pada 20-40% kasus
3. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien
dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 77,3 kPa dan FEV 1
sebesar 1,5L)
4. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik
yanng signifikan pada pasien dengan penyakit sedang-berat)
5. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan nafas.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mempertahankan poteni jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggak masuk rumah sakit,diagnosa
medis,nomor registrasi
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai
sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas, kelemahan fisik, batuk
yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi
udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penykit seperti
asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan Keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
alergi (asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok
meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar
(Ikawati,2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
4) Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan Pola
istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi
terhadap aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat
lengan keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau
distres pernafasan (Suzanne,2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pasien merasa cema dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasanya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal
maupun interpersonal
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya
sehingga menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah
menikah akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran umum
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK
mengalami toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
(1) Inspeksi
Biasanya tidak ada asites
(2) Palpasi
Biasanya hepar tidak teraba
(3) Perkusi
Biasanya timphany
(4) Auskultasi
Biasanya bising usus normal
i) Ekstermitas
Biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan
(Muttaqin,2012)
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
c) FEV1 (firced expired volume in one second) selalu menurun:
untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai 3,2L
d) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian
menurun dengan nilai normal 4 L.
e) TLC ( Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang
dengan nilai nrmal 6000 ml
2) Analisis gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2
meningkat dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal
dengan nilai normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) mmeningkat dengan nilai normal pada
wanita 12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18fr/dl, hematocrit (Ht)
meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43% dan pada
laki-laki 40-48%
Implementasi Keperawatan
keperawatan Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian :
1. Identitas dan biodata klien
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : Menikah
Agama : Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat :Matiti I
No.MR 101920
Tanggal Masuk : 11-02-2023
Perencanaan
NO. SDKI SLKI SIKI
Setelah dilakukan pengkajian Penghisapan lendir pada jalan
1. Ketidakefektifan
selama 1x24jam di dapatkan nafas
bersihan jalan nafas
kriteria hasil: a) Auskultasi suara nafas
behubungan dengan
-pola nafas membaik sebelum dan setelah
mucus berlebihan ,
-kapasitas vital meningkat tindakan suction
batuk yang tidak efektif
-dispinea menurun b) Instruksikan kepada pasien
defenisi:
-pengguanaan nafas bantu untuk menarik nafas dalam
Ketidakampuan
menurun sebelum dilakukan
membersihkan sekresi
-pemanjangan fase ekspirasi suctionMonitor status
atau obstruksi dari
menurun oksigenasi pasien
saluran nafas untuk
-frekuensi dan kedalaman c) Monitor status oksigenasi
mempertahankan
nafas membaik pasien
bersihan nafas
d) Monitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi secret
Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
b) Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
c) Monitor suara nafas
tambahan
d) Monitor pola nafas
e) Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.
Kaji perlunya penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi suara nafas
ronki di paru
Gangguan ventilasi a) monitor gas darah arteri,
2. Setelah dilakukan pengkajian
spontan b/d gangguan level serum serta urin
selama 1x24jam di dapatkan
metabolism , kelelahan elektrolit jika diperlukan
kriteria hasil:
otot pernafasan. b) monitor penentuan
- tingkat kesadaran meningkat
Defenisi:Kelebihan pengankutan oksigen ke
- frekuensi nadi menurun
atau deficit oksigenasi jaringan (misalnya
- tekanan darah menurun
dan atau eliminasi rendahnya PaO2)
-frekuensi nafas menurun
karbondioksida pada c) monitor intake dan output
- saturasi oksigenasi menurun
membrane d) monitor status
alveolarkapiler. hemodinamik, meliputi
level CVP,MAP, PAP, dan
PCWP jika tersediamonitor
kecenderungan pH arteri,
PaCO2 dan HCO3 dalam
rangka
mempertimbangkan jenis
ketidakseimbangan yang
terjadi (misalnya,
respiratorik atau metabolic)
dan kompensasi mekanisme
fisiologis yang terjadi
(misalnya, kompensasi paru
atau ginjal dan penyangga
fisiologis)
e) pertahankan
f) pemeriksaan pH arteri dan
plasma elektrolit untuk
membuat perencanaan
perawatan yang akurat
Bersihan Bersihan jala 1) Setelah a. Identifikasi ketepatan
3.
nafas tidak fektif b.d dilakukan Monitor status
merokok aktif, pengkajian pernapasan dan
merokok pasif dan selama 1x24 oksigenasi
terpajan polutan. jam di b. Posisikan pasien (Semi
dapatkan fowler)
kriteria c. Ajarkan/instruksikan
hasil: batuk efektif.
-kontrol Kolaborasi pemberian
gejala obat
meningkat
-kemampuan
memonitor
munculnya
gejala secara
mandiri
- Frekuensi
pernapasan
2) Irama pernapasan
3) Kedalaman inspirasi
kepatenan jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan monitor status S:
Kamis 16
pernapasan dan oksigenasi 1. Pasien
Februari 2023
3. Memposisikan pasien (semi Mengatakan
fowler) masih batuk
Mengajarkan/mengintruksika dan sesak
n batuk efektif 2. Pasien
4. Memberikan terapi oksigen mengatakan
5. Memberikan pasien terapi masih
nebulizer terdapat
Melakukan kolaboratif pemberian lendir/sekret
Obat pada jalan
napas.
O:
1. Pasien
tampak
masih batuk
2. Nampak
masih ada
lendir/sekret
pada
jalan napas
A : masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Melakukan monitor status S:
Jumat 17 pernapasan dan oksigenasi 1. Pasien
februari 2023 2. Memposisikan pasien (semi mengatakan
fowler) sesak nafas
3. Mengajarkan/mengintruksika berkurang
n batuk efektif Pasienmengat
5. Memberikan terapi oksigen 6. akan
6. Memberikan pasien terapi lendir/sekret
nebulizer pada halan
7. Melakukan kolaboratif nafas sudah
pemberian Obat berkurang
O:
1. Sesak
nafas tampak
berkurang
2. Keadaan umum
: sedang
TD:128/65
mmHg
HR:91x
/i
RR:22x
/i
A: masalah
belum teratasi
penuh
P:
Intervensi
dilanjutkan