1
BAB I
1.1 Defenisi
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada
anak-anak (Wong, 2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah
radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad
renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat
akut yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai
alveolus termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes,2017).
1.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius
yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus,
seperti respiratory syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus (coxsackie viruses A dan
B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses. Agen infeksius selain
virus juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan
jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan
herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung (Sari, 2015).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain
yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).
2
1.3 Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
(Kending, 2014).
Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Seliff). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan
aktivitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol
adalah batuk.
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi
batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya
daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem
3
pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas
maupun bawah (Fuad, 2016).
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)
Ansietas Ketidakseimbanga
Nyeri dipersepsikan
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
Nyeri akut tubuh
4
1.4 Tanda dan Gejala
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi
oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada
sluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi,
keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth,
2014).
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi
saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu
pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata
berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering
pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya
didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu,
pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat,
biasanya dimualai dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan
terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga
mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara wheezing atau
ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic
(Rahmayatul, 2016).
c. gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
5
a. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
b. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
c. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluranpernafasan
akibat infeksi virus.
d. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
e. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
f. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
g. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Wong, 2015).
1.5 Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh,
amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1
mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x
½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti
antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari
(Kepmenkes RI, 2017).
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan
cara berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko
yang penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data
yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses
keperawatan.
7
keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada
malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda
: kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda :
kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
8
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).
10
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu,ubah,
pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,
sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk,
instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
11
5. Dorong atau 5. Memberikan
bantu latihan cara untuk
napas dalam mengatasi dan
atau batuk mengontrol
efektif. dispnea,
mengeluarkan
sekret.
3. Mencegah
3. Anjurkan klien
terjadinya
untuk
kekurangan
memperbanyak
cairan karena
minum air putih.
dehidrasi.
12
3. Nyeri akut Tujuan : 1. Tanyakan 1. Membantu dalam
berhubungan dengan pasien tentang evaluasi gejala
inflamasi pada Setelah dilakukan
nyeri, Tentukan Nyeri yang dapat
membran mukosa tindakan keperawatan
karaktersitik melibatkan visera,
faring dan tonsil. selama 3x24 jam nyeri
nyeri. saraf atau jaringan
hilang atau berkurang.
tulang.
Kriteria hasil :
2. Kaji pernyataan 2. Ketidaksesuaian
Tampak rileks dan verbal dan non antara verbaldan
tidur/istrahat dengan verbal nyeri pasien. non verbal
baik. menunjukan.der
Melaporkan nyeri ajat nyeri.
hilang/terkontrol.
Berpatisipasi dalam
3. Evaluasi
aktivitas yang 3. Memberikan
diinginkan. keefektifan
obat
pemberian obat.
berdasarka
aturan.
4. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah 4. Meningkatkan
posisi, pijatan relaksasi dan
punggungdll. pengalihan
perhatian.
5. Berikan
lingkungan
5. Penurunan
tenang.
stress,
menghemat
6. Kolabors
energi.
si: Berikan
analgesik
6. Mempertah
rutin s/d
ankan
indikasi.
kadar obat,
menghinda
ri puncak
periode
nyeri.
13
7. Berikan tindakan 4. Meningkatkan
kenyamanan, ubah relaksasi dan
posisi, pijatan pengalihan
punggungdll. perhatian.
8. Berikan 5. Penurunan
lingkungan stress,
tenang. menghemat
energi.
9. Kolaborasi: 6. Mempertahanka n
Berikan analgesik kadar obat,
rutin s/d indikasi. menghindari
puncak periode
nyeri.
4. Kolaborasi . Memaksimalkan
pemberian bernapas dan
oksigen. menurunkan kerja
napas.
.
14
dari kebutuhan Setelah dilakukan berat badan sering anoreksia
tubuh berhubungan tindakan dan ukuran karena dispnea,
dengan penurunan keperawatan tubuh. produksi sputum,
intakeinadekuat, selama 3x24 dan obat-obatan.
penurunan nafsu jampasien akan
makan, nyeri menunjukan 2. Aukultasi bising . Membantu dalam
menelan. perbaikan nutrisi. usus. menentukan
respon untuk
makan atau
Kriteria hasil: berkembangnya
komplikasi.
. Tidak tampak mual
muntah, 3. Berikan . Meningkatkan
. Peningkatan makanan dalam proses pencernaan
pengecapan dan jumlah kecil dan dan toleransi
menelan. dalam waktu pasien terhadap
. Nafsu makan yang sering dan nutrisi yang
meningkat. teratur. diberikan dan dapat
meningkatkan
kerjasama pasien
saat makan.
15
Kriteria hasil : dan dorong mengidentifikasi
mengekspresikan perasaan.
. Tampak rileks perasaan.
. Klien dapat
beristrahat. 3. Libatkan . Dapat
. Dapat bekerja pasien/orang memperbaiki
sama dalam terdekat dalam perasaan kontrol.
program terapi. perencanaan
keperawatan.
2.3.1 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan
suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien
terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan
intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
2.3.2 Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat
digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
16
2.3.2.1 Tujuan tercapai.
2.3.2.2 Tujuan sebagian tercapai.
2.3.2.3 Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat
untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat
menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai dengan
rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang.
17
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas dan biodata klien
a. Identitas Pasien
Nama : An. M
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 1tahun2 bulan
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Pakkat
Tanggal Masuk RS : 13 juli 2022
No.MR : 097519
Ruangan : Rawatan Anak
Tanggal pengkajian : 14-16 Juli 2022
Diagnosa Medis : ISPA
b. Penanggung Jawab
Nama :Tn. B
Umur : 34 Tahun
Hub.Keluarga : Ayah
Pekerjaan : Petani
2. Keluhan utama
Data subjektif : Orang tua klien mengatakan anaknya demam naik turun dan
batuk, batuk berdahak susah dikeluarkan, dan seluruh tubuh bengkak kurang
lebih selama seminggu sebelum datang ke rumah sakit
Data Objektif : Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak lemas,
18
3.2 Riwayat Kesehatan
19
dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan sayur- sayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu
makan anaknya berkurang, frekuensi makan dua kali sehari dan hanya
memakan bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 3 jam dan tidur malam kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 1 jam dan tidur malam kurang lebih 5 jam dan kadang sering
terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2 kali
sehari, rajin menggosok gigi, dan ganti baju sewaktu- waktu ketika baju
kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap 2x
sehari walaupun sakit
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif
bermain dengan teman-teman sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif, lemah,
dan sering mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3 x/hari
dengan konsistensi padat dan berwarna kecoklatan, dan BAK 5-6 x/hari,
dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari,
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari, warna
kuning pekat dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Mukosa bibir : tampak kering
20
1 Therapy Yang Diberikan
2. Analisa data
21
2.
DS : Virus bakteri, jamur Bersihan jalan nafas
- orangtua klien mengatakan Infeksi saluran nafas tidak efektif
anaknya batuk berdahak atas
dan susah bernafas
DO : Kuman berlebih
- Keadaan umum dibronkus
lemah, kesadaran
compos mentis Proses peradangan
- Klien tampak batuk
berdahak,suara nafas Akumulasi sekret di
vesikuler basah disertai bronkus
ronchi danperkusi sonor
memendek, Bersihan jalan nafas
RR :41X/menit tidak efektif
S : 37,30C, N
TD : 106x/menit
3 DS : Infeksi saluran nafas Gangguan pola tidur
- orang tua klien atas
mengatakan
biasanya anaknya tidur Kuman berlebih
siang 3 jam, tetapi dibronkus
selama sakit menjadi
hanya 1 jam
- tidur malam biasanya Proses peradangan
8 jam tetapi selama sakit
menjadi 5 jam dan
sering terbangun Akumulasi sekret di
DO : bronkus
- klien tampak lemah,
mata cekung Batuk berdahak, sesak
- klien tampak batuk Gangguan pola tidur
berdahak, suara nafas
vesikuler basah
disertai ronchi dan
perkusi sonor
memendek, RR :
42x/menit, S : 37,30C, N :
106x/menit
22
3.3 Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sekret berlebih
3.4 Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
O Keperawatan Kriteria hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan pasien 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan untuk semifowler
berhubungan bersihan jalan memaksimalkan membantu klien
dengan akumulasi nafas yang ventilasi. memaksimalkan
secret di bronkus efektif ventilasi
Kriteria hasil : sehingga
Setelah kebutuhan
dilakukan oksigen
tindakan terpenuhi.
keperawatan 2. Auskultasi 2. Memastikan
selama 3x24 suara napas, suara napas
jam maka catat adanya vesikuler.
kriteria hasil suara
yang tambahan.
diharapkan 3. Batuk efektik
yaitu : 3. Ajarkan batuk membantu
kemudahan efektif. klien untuk
bernafas, mengeluarkan
frekuensi dan sekret sehingga
irama bernafas, pernafasan
pergerakan tidak
sputum keluar terganggu.
dari jalan
nafas, 4. Monitor repirasi 4. Penurunan
pergerakan dan status O2 saturasi
23
2 Ketidakseimban Tujuan : 1. Kaji adanya 1. Untuk
gann nutrisi Kebutuhan alergi makanan mengetahui
kurang dari nutrisi terpenuhi adanya
kebutuhan tubuh Kriteria hasil : riwayat alergi
Berhubungan Setelah makanan
dengan anoreksia dilakukan 2. Anjurkan orang 2. Untuk
tindakan tua klien untuk memenuhi
keperawatan memberikan porsi kebutuhan
selama 3x24 jam makan keciltapi nutrisi klien
maka kriteria sering
hasil yang 3. Yakinkan diet 3. Untuk
diharapkan yaitu yang dimakan mencegah
: adanya mengandung konstipasi
peningkatan berat tinggi serat untuk pada anak
badan sesuai mencegah
dengan tujuan, konstipasi
berat badan ideal 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk
sesuai tinggi ahli gizi untuk meningkatkan
badan, mampu menentukan jumlah kalori
mengidentifikasi jumlah kalori dan dan nutrisi
kebutuhan nutrisi yang yang
nutrisi, tidak dibutuhkan oleh dibutuhkan
ada tanda pasien oleh pasien
malnutrisi, dan 5. Berikan
menunjukkan permainan atau 5. Untuk
peningkatan desain ruangan memberikan
fungsi hiburan kepada anak
pengecapan dari agar mau makan
menelan
24
3 Gangguan pola Tujuan : 1. Jelaskan 1. Tidur yang
tidur Kebutuhan tidur pentingnya tidur cukup dapat
berhubungan terpenuhi Kriteria yang adekuat membantu
dengan sekret hasil : Setelah proses
berlebih dilakukan penyembuhan
tindakan 2. Fasilitasi untuk 2. Kelelahan
keperawatan mempertahankan dapat
selama 3x24 jam aktivitas sebelum menurunkan
maka kriteria tidur kualitas tidur
hasil yang 3. Ciptakan 3. Lingkungan
diharapkan yaitu lingkungan yang yang nyaman
: jumlah jam nyaman dapat
tidur dalam batas meningkatkan
normal, pola kualitas tidur
tidur, kualitas 4. Anjurkan klien 4. Air hangat
dalam batas minum air hangat dapat
normal, perasaan sebelum tidur mengurangi
fresh setelah penumpukan
tidur, mampu sekret
mengidentifikas i 5. Kolaborasi 5. Pemberian
hal-hal yang pemberian obat jika bronkodilator
meningkatkan diperlukan dapat
tidur melegakan
pernafasan
dan
mengurangi sekret
25
3.5 Implementasi/ Evaluasi
N Tanggal/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
O Waktu
1 13 Juli Bersihan jalan 1. Membina hubungan S:
2022 napas tidak saling percaya pada Ibu klien mengatakan klien
09.00 efektif pasien dan keluarga masih batuk dan demam
Wib berhubungan pasien untuk menjalin dan batuknya masih
dengan kerja sama yang baik terdengar grok-grok.
akumulasi dalam komunikasi
secret di terapeutik O:
bronkus 2. Memberikan edukasi Keadaan umum :
tentang ISPA pada lemah
orangtua pasien Kesadaran :
3. Mengajarkan teknik composmentis GCS 4-
batuk efektif 5-6, CRT < 2 detik
4. Memposisikan klien Nampak batuk
semifowler berdahak
5. Memonitoring suara Suara napas : ronki
nafas klien dengan dan perkus i:
auskultasi hipersonor.
6. Mengukur tanda- tanda Tanda vital : RR :
vital 40x/menit, Suhu : 38
o
7. Mengkolaborasikan C, Nadi : 120x/menit
dengan dokter dalam Klien Nampak lemah,
pemberian terapi : tidak rewel, akral hangat.
- Nebulizer : Tidak terpasang
ventolin 1 cc + Nacl oksigen.
1 cc
- Ambroxol syrup, A:
sanbe kid oral, Masalah teratasi
antrain 110mg/IV, sebagian
vitamin
A P:
200.000/IV Intervensi di lanjutkan
( 2,3,4,5,6,7)
Terapi
Nebulizer : ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x
cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oral
Antrain 110 mg/IV (jika
demam)
Vitamin A 200.000/IV
26
tubuh sering. makan dan porsi makan tidak
Berhubungan 3. Meyakinkan orang tua dihabiskan
dengan klien bahwa diet yang
anoreksia dimakan mengandung O:
tinggiserat.. klien tampak pucat, lemas
4. Berkolaborasi dengan BB: 24 kg
untuk menentukan IMT: 18,7
jumlah kalori dannutrisi porsi makan tampak tidak
yang diihabiskan.
dibutuhkan pasien. TTV: P : 24 kali per menit,
5. Memberikan permainan N: 106 kali per menit, S:
ataudesain ruangan. 38,3 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
A:
masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
diharikedua.
13 Juli Gangguan pola 1. Jelaskan pentingnya S:
2022 Tidur tidur yang adekuat orangtua klien mengatakan
13.30 berhubungan 2. Fasilitasi untuk anaknya belum dapat tidur
Wib dengan sekret mempertahankan nyenyak, masih sering
berlebih aktivitas sebelum tidur terbangun pada malam hari
3. Ciptakan lingkungan
yang nyaman O:
4. Anjurkan klien minum air Klien tampak lemah, mata
hangat sebelum tidur cekung
5. Kolaborasi pemberian TTV: P : 24 kali per menit,
obat jika diperlukan N: 106 kali per menit, S:
38,3 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
Klien tidak menghabiskan
minum air hangatnya
A:
masalah belum teratasi
27
semifowler 5-6, CRT < 2 detik
5. Mengauskultasi suara Klien nampak
nafas klien batuk
6. Mengukur tanda-tanda Suara napas :ronki
vital klien Tanda vital :
7. Mengkolaborasikan RR : 38x/menit, Suhu :372
o
pemberian terapi C, Nadi : 100x/menit
Klien nampak lemah, tidak
rewel, akralhangat.
Klien nampak bisaistirahat
Tidak terpasang
oksigen.
A:
masalah teratasi sebagian
P :intervensi di lanjutkan
Dengan Terapi
Nebulizer: ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oralAntrain
110 mg/IV (jika demam)
Vitamin A 200.000/IV
28
sekret aktivitas sebelum tidur sering terbangun pada malam
berlebih 3. Ciptakan lingkunganyang hari, tidur 6 jam malam hari
nyaman O:
4. Anjurkan klien minum air Klien tampak lemah, mata
hangat sebelum tidur cekung
5. Kolaborasi pemberian TTV: P : 24 kali per menit,
obat jika diperlukan Nadi: 100 kali per menit,
Suhu: 37.8 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
Klien mulai menghabiskan
minum air hangatnya
A:
masalah teratasi sebagian
A: Masalah teratasi
29
dengan ahli gizi dalam BB: 24 kg
memberikan variasi IMT: 18,7
makanan padaanak porsi makan tampak sudah
4. Mengajarkan orangtua dihabiskan.
teknikdistraksi TTV: P : 22 kali per menit,
dalampemberian makan N: 100 kali per menit, S:
anaknya 37,3 oC.
A:
masalah telah teratasi
P:Intervensi
dihentikan.
P:
intervensi dihentikan
30