Tn.S berumur 57th datang ke RS rawalumbu, dengan keluhan dispnea yang semakin meningkat
sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan terus-menerus dan semakin meningkat saat beraktifitas,
serta batuk sejak 2 minggu yang lalu dengan napas mengi beserta nyeri di dadadengan TTV :
TD 140/90mmhg, Nadi : 88x/menit RR: 26x/menit, Suhu 37,7°C.
a. Dispnea
b. Respirasi (RR)
c. Mengi
d. TTV (Tanda Tanda Vital)
a. Dispnea adalah isilah medis untuk sesak nafas. Kondisi ini terjadi akibat tidak
terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru yang menyebabkan pernapasan menjadi
cepat, pendek, dan dangkal.
b. Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energy yang dilakukan jasad hidup
melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup.
c. Mengi adalah istilah untuk menggambarkan suara bernada tinggi saat bernafaas.
d. Tanda tanda vital merupakan metode pengukuran atau pemeriksaan fungsi tubuh yang
paling dasar yang dapat dilakukan untuk mengetahui tanda klinis yang memiliki
manfaat dalam meneggakan diagnosis penyakit dan menentukan perencanaan.
1. Karna pada saat dispnea menyebabkan nafas menjadi cepat, pendek, dan dangkal
maka pada saat pemeriksaan pernafasan hasilnya akan meningkat atau diatas batas
normal.
2. Karena mengi disebabkan oleh penyemppitan dan peradangan pada saluran
pernapasan ditenggorokan maupun yang menuju paru-paru
1. Pengertian PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran
udara disaluran napas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial, serta
adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan restensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah Bronchitis kronis, Emfisema paru-paru dan
Asthma bronchiale ( S Meltzer 2001). PPOK adalh kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Bruner & Suddarth, 2002)
2. Klasifikasi
a. Bronchitis kronis
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun
berturut-turut (Bruner & Suddarth, 2002)
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu :
1. Infeksi: stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza.
2. Alergi
3. Rangsang : missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
Tanda dan gejala
1. Peningkatan fungsi ciliary sehingga menurunkan mekanisme pembersih mucus.
Oleh karena itu “mucociliary defence” dari paru mengalami kerusakan dan
meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi.
2. Mucus lebih kental
3. Kerusakan fungsi ciliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mucus.
4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara
5. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan : ratio ventilasi perfusi terutama
selama ekspirasi.
6. Klien terlihat cyanosis
b. Emfisema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002)
Penyebab :
1. Factor tidak diketahui
2. Predisposisi genetic
3. Merokok
4. Polusi udara
Tanda dan gejala
1. Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
2. Dispnea
3. Takipnea
4. Perkusi : hiperresona, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5. Auskultasi bunyi napas : kreleks, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6. Hipoksemia
7. Hiperkapria
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
c. Asthma Bronchiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap meski yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyebab :
1. Alergi (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2. Infeksi saluran napas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat
5. Obat-obatan
Tanda dan gejala :
1. Dispnea
2. Pemulaan serangan terdapat sensasi kontraksi dada (dada terasa berat)
3. Wheezing
4. Batuk non produktif
5. Takikardia
6. Takipnea
3. Etiologi
Secara keseluruhan penyebab PPOK tergantung jumlah partikel gas yang dihirup oleh
seseorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
a. Asap rokok
b. Perokok aktif
c. Perokok pasif
d. Polusi udara
e. Polusi didalam ruangan gas buang kendaraan bermotor
f. Polusi ditempat kerja
g. Infeksi saluran pernapasan bawah berulang
4. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk
keperluan metabolism dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme.
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses
masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adlah peristiwa pertukaran gas antara
alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah
teroksigenasi. Gangguan vertilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan
pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara disaluran
napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital
(KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas
vitas paksa (VEP1/KVP) (Sherwod, 2001).
Factor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mucus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mucus dan silia ini mengganggu sistem ekslator mukosilaris dan
menyebabkan penumpukan mucus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
saluran napas. Mucus berfungsi sebagai tempat persemian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapria akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mucus yang kental dan adanya peradangan ( GOLD,
2009)
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predomian berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrogaf untuk melepaskan Neutrophil Chemotatic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan (Kamangar, 2010). Selama aksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas
dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokontriksi, dan hipersekresi mucus.
Kelainan perfusi berhubungan dengan kontriksi hipoksik pada arteriol (Chonjonwski, 2003)
5.Manifestasi klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pad awalnya sedikit dan mukoid
kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya
parahnya batuk,penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, inilah yang biasanya
membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat
melakukan aktifitas dan pada saat mengalami aksaserbasi akut.
6.Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal
Corak paru yang bertambah
2. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu :
Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligeoomia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
Corakan paru yang bertambah
Pemeriksaan faal paru
b. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun timbul
sianosis, terjadi vasokontraksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga
menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.
c. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clok wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan
V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
d. Kultur sputum untuk mengetahui pathogen penyebab infeksi
e. Laboratorium darah lengkap
7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah :
a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakaan aktivitas harian
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Tn.S berumur 57th datang ke RS Rawalumbu, dengan keluhan dispnea yang semakin meningkat
sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan terus-menerus dan semakin meningkat saat beraktifitas,
serta batuk sejak 2 minggu yang lalu dengan napas mengi beserta nyeri di dada dengan TTV :
TD 140/90mmhg, Nadi : 88x/menit RR: 26x/menit, Suhu 37,7°C.
I. Data demografi
1. Biodata
- Nama : Tn.S
- Usia : 57 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Bekasi
- Suku : Sunda
- Status pernikahan : Sudah kawin
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Petani
- No.RM : 015
- Tanggal masuk : 2 Oktober 2019
- Tanggal pengkajian : 2 Oktober 2019
2. Penanggung jawab
- Nama : Ny.A
- Usia : 50 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Hubungan dengan klien : Istri
II. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan dispnea yang semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu.
III. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Tn.S berumur 57th datang ke RS Rawalumbu, dengan keluhan dispnea yang
semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan terus-menerus dan
semakin meningkat saat beraktifitas, serta batuk sejak 2 minggu yang lalu dengan
napas mengi beserta nyeri di dada.
Riwayat kesehatan dahulu
Istri pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat
penyakit seperti ini.
Riwayat kesehatan keluarga
Istri pasien mengatakan dalam keluarga belum pernah ada yang mengalami
penyakit serupa sebelumnya
IV. Riwayat psikososial
Sebelum sakit pasien sering bersosialisasi dengan masyarakat disekitar tempat
Sesudah sakit pasien mengatakan bahwa pasien sedikit terganggu aktivitasnya
V. Riwayat spiritual
Istri pasien mengatakan bahwa pasien dan keluarga nya beragama islam dan sebelum
sakit pasien rajin dalam menjalankan ibadah
VI. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: composmentis
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 37,7°C
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 26x/menit
TD : 140/90 mmHg
3. Sistem pernapasan
Inspeksi : Simetris tampak menggunakan O2
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada
Perkusi : dada bagian kiri terdengan pekak dan bagian kanan terdengar sonor
4. Sistem kardivaskular
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di Ic5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bj 1 dan Bj 2 murni
5. Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, tidak terdapat karies gigi
Abdomen inspeksi bentuknya datar
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
6. Sistem indra
Mata : Konjungtifa tanpa anemis, fungsi penglihatan baik.
Hidung : Fungsi penghidungan normal dan tidak terdapat penumpukan secret
Telinga : Fungsi pendengaran baik, tidak terdapat penumpukan srumen
7. Sistem musculoskeletal
Kepala : Bentuk mesosepal
Tidak ada keterbatasan gerak
8. Sistem integument
Turbor tidak elastic, kulit kembali dalam lebih dari 4S
VII. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan 3x sehari, 1 piring nasi dengan lauk pauk
Sesudah sakit pasien makan 2x sehari, ½ porsi dengan lauk pauk
2. Cairan : Pasien minum hanya 200cc
3. Eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lembek, bau
has feses
Sesudah sakit pasien BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lembek, bau
has feses.
4. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan waktu tidurnya cukup, 7-8 jam perhari
Sesudah sakit pasien mengatakan waktu tidurnya terganggu, 4-5 jam perhari
VIII. Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium
Radiologi
Terdapat Turbular Shadows dan Corak paru yang bertambah
AGD
PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun timbul sianosis, terjadi
vasokontraksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
X. Analisa Data
XII. Intervensi
XIII. Implementasi