PPOK
O
L
E
H
A. DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial,
serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD, 2009).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon
inflamasi yang abnormal dari paruparu terhadap gas atau partikel yang berbahaya.
(Hariman, 2010)
B. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam
bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling
sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2013).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth,
2013).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi
berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2013).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
C. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara
a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. infeksi saluran nafas bawah berulang
D. ANATOMI FISIOLOGI
Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen kedalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida
sisa oksida keluar tubuh yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura
dan paru-paru.
Ada tiga proses pernapasan yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi gas.
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif
yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit
kearah luar akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi,
diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi
kecil kembali, dan udara terdorong keluar.
2) Difusi
Difusi / Pertukaran gas pulmonal mencakup 2 proses yang independent, pernapasan
internal-pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernapasan eksternal-
pertukaran gas antara kapiler dalam tubuh dengan sel-sel tubuh. Kedua proses tersebut
mencakup perpindahan gas melalui difusi perpindahan gas dari tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang berkonsentrasi lebih rendah. Kecepatan perpindahan gas ini
bergantung pada konsentrasi atau pada tekanan yang dikeluarkan oleh gas (tekanan
parsial). Secara umum udara yang kita hirup sebenarnya merupakan campuran yang
mengandung kira-kira 21% oksigen, 0,04% karbondioksida, dan 78% nitrogen.
3) Transportasi
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah(aliran darah). Masuknya O2 ke dalam sel darah yang
bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97
% dan sisa 3% yang di transportasikan ke dalam cairan plasma dan sel.
E. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi
adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa
pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi
darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di
saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah
kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama
terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang
di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi
seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil.
Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan.
Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol .
Pathways
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/Laporan-pendahuluan-ppok.html
F. MANIFESTASI KLINIS (Brunner n Suddarth, 2013)
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa
penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan
aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1) Batuk bertambah berat
2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas NOC : NIC
tidak efektif b.d Respiratory status : Manajemen jalan nafas
bronkokontriksi, Airway patency Monitor status pernafasan dan
peningkatan produksi
V Kriteria Hasil : oksigenisasi sebagaimana mestinya
sputum, batuk tidak Mendemonstrasikan batuk Posisikan pasien untuk
efektif, efektif dan suara nafas memaksimalkan ventilasi
kelelahan/berkurangnya yang bersih, tidak ada Buang sekret dengan memotivasi
tenaga dan infeksi sianosis dan dyspneu pasien untuk melakukan batuk atau
bronkopulmonal. (mampu mengeluarkan menyedot lendir
sputum, mampu bernafas Motivasi pasien untuk benafas
dengan mudah, tidak ada pelan, dalam, berputar dan batuk
pursed lips) Instruksikan bagaimana agar bisa
Menunjukkan jalan nafas melakukan batuk efektif
yang paten (klien tidak Lakukan penyedotan lendir melalui
merasa tercekik, irama endotrakea
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
2. Pola napas tidak efektif NOC : NIC
berhubungan dengan Respiratory status : Terapi oksigen
napas pendek, mukus, Ventilation Monitor respirasi dan status
bronkokontriksi dan Kriteria Hasil : oksigen
iritan jalan napas Mendemonstrasikan batuk Monitor TTV
efektif dan suara nafas Posisikan pasien untuk
yang bersih, tidak ada memaksimalkan ventilasi
sianosis dan
dyspneu Auskultasi suara nafas , catat
(mampu mengeluarkan adanya suara tambahan
sputum, mampu bernafas Pertahankan jalan nafas yang paten
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah (sistole 110-
130mmHg dan diastole
70-90mmHg), nad (60-
100x/menit)i, pernafasan
(18-24x/menit))
3. Gangguan pertukaran NOC 1. NIC
gas berhubungan Respiratory status : Manajemen asam basa
dengan ketidaksamaan Pertukaran Gas Monitor TTV
ventilasi perfusi Kriteria Hasil : Monitor tanda- tanda syok
Frkuensi nafas normal Berikan posisi yang nyaman
(16-24x/menit) Berikan atau pertahankan
Tidak terdapat disritmia kepatenan jalan nafas
Melaporkan penurunan Berikan cairan IV secara tepat
dispnea Berikan oksigen konsentrasi tinggi
Menunjukkan perbaikan Pantau pemberian oksigen
dalam laju aliran ekspirasi
4. Intoleransi aktivitas NOC : 1. NIC
berhubungan dengan Self Care : ADLs Manajemen energi
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : Monitor intake nutrisi untuk
antara suplai dengan Berpartisipasi dalam mengetahui sumber energi yang
kebutuhan oksigen aktivitas fisik tanpa adekuat
disertai peningkatan Monitor respon O2 pasien (TTV)
tekanan darah, nadi dan Bantu klien dalam aktifitas sehari-
RR hari yang teratur sesuai kebutuhan
Mampu melakukan Anjurkan klien aktifitas fisik
aktivitas sehari hari sesuai kemampuan
(ADLs) secara mandiri Membatasi jumlah pengunjung
5. Perubahan nutrisi NOC : 1. NIC
kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food Manajemen nutrisi
tubuh berhubungan and Fluid Intake Identifikasi alergi atau intoleransi
dengan dispnea, Kriteria Hasil : aktifitas yang dimiliki pasien
kelamahan, efek Adanya peningkatan berat Atur diet yang diperlukan
samping obat, produksi badan sesuai dengan Kaji kebiasaan diet, masukan
sputum dan anoreksia, tujuan makanan saat ini. Catat derajat
mual muntah. Berat badan ideal sesuai kesulitan makan. Evaluasi berat
dengan tinggi badan badan dan ukuran tubuh.
Mampu mengidentifikasi Auskultasi bunyi usus
kebutuhan nutrisi Berikan perawatan oral sering,
Tidak ada tanda tanda buang sekret.
malnutrisi Dorong periode istirahat I jam
Tidak terjadi penurunan sebelum dan sesudah makan.
berat badan yang berarti Pesankan diet lunak, porsi kecil
sering, tidak perlu dikunyah lama.
Hindari makanan yang
diperkirakan dapat menghasilkan
gas.
Timbang berat badan tiap hari
sesuai indikasi.
6. Kurang perawatan diri NOC : NIC
berhubungan dengan Self care : Activity of Bantuan perawatan diri
keletihan sekunder Daily Living (ADLs) Monitor kemampuan perawatan
akibat peningkatan Kriteria Hasil : diri secara mandiri
upaya pernapasan dan Klien terbebas dari bau Berikan lingkungan yang
insufisiensi ventilasi badan terapeutik
dan oksigenasi Menyatakan kenyamanan Brikan bantuan sampai pasien
terhadap kemampuan mampu melakukan perawatan diri
untuk melakukan ADLs mandiri
Dapat melakukan ADLS Dorong pasien untuk melakukan
dengan bantuan aktifitas normal sehari-hari
Dorong klien untuk mandi,
berpakaian, dan berjalan dalam
jarak dekat, istirahat sesuai
kebutuhan untuk menghindari
keletihan dan dispnea berlebihan.
Bahas tindakan penghematan
energi.
Berika peralatan kebersihan
pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
GOLD, 2009. Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Hariman, 2010.Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta
Johnson, M.,et all, 2007, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2007, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Tarwoto & Ratna Ayani, 2009. Anatomi sistem pernapasan.Jakarta
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.