LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
yang lainya dan biasanya tidak bersifat revesibel dan dalam waktu yang lama
akan terjadi gejala akut yang memburuk yang sering disebut dengan
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit umum yang dapat
penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang tidak bersifat
dengan respons inflamasi abnormal pada paru terhadap partikel atau gas yang
1
PPOK merupakan suatu penyakit kronis yang dikarenakan adanya
aliran udara yang disebabkan karena paparan yang lama terhadap polusi
maupun asap rokok. Penyakit ini merupakan istilah lain untuk penyakit paru
ditandai dengan adanya gejala sesak napas dan dalam waktu yang lama akan
a. Asma
2008). Asma adalah penyakit inflamasi kronis jalan napas yang ditandai
b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronik merupakan suatu keadaan adanya batuk produktif lebih
2
produktif dan menetap minimal 3 bulan secara berturut-turut dalam kurun
c. Emfisema
paru dan pembesaran abnormal dan permanen pada ruang udara yang jauh
d. Bronkiektasis
3. Etiologi PPOK
Penyakit paru obstruksi kronik dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan
gaya hidup yang sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi
a. Usia
PPOK jarang mulai menyebabkan gejala yang dikenali secara klinis sebelum usia
umum ini sering kali berhubungan dengan sifat yang terkait dengan
3
Difisiensi bawaan.Ketidakmampuan ini dapat mengakibatkan seseorang
mengalami emfisema dan PPOK pada usia sekitar 20 tahun, yang berisiko
b. Merokok
merupakan penyebab PPOK yang paling umum, dan mencakup 80% dari
semua kasus PPOK yang ditemukan. Diduga bahwa sekitar 20% orang yang
untuk menjaga saluran pernapasan bebas dari iritan, bakteri dan benda asing
rokok perhari selama satu tahun atau mereka yang merokok 20 batang rokok
selama dua tahun akan memiliki akumulasi yang ekuivalen dengan 2 pack
years (Francis,2008).
Debu organik dan anorganik serta bahan kimia dan asap dapat menjadi faktor
d. Polusi udara
4
Udara yang buruk akan menyebabkan partikel-partikel yang dihirup
beban paru-paru menjadi lebih tingi. Dimana partikel yang dihirup akan
Terjadinya penyumbatan.
e. Infeksi
sistem pernapasan akut seperti pneumonia, bronkitis, dan asma. Orang dengan
yang lemah, tidak seperti pada asma diriwayat asma sebelumnya didalam
menderita emfisema pada saat masih muda meskipun tidak ada riwayat
merokok.
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe perokok(Smalzer &Bare, 2007):
a. Kelemahan badan
b. Batuk
5
c. Sesak nafas
f. Ekspirasiyangmemanjang
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungi utama untuk melakukan
2011).
Gambar 1 Anatomi
Nair, 2011).
6
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
paru-paru(PeatandNair,2011).
a. Hidung
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan
berupa tulang dan hyalinekartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit.
mukosa (TortorraandDerrickson,2014).
b. Faring
13cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh
posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi
tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)
(Tortorraand Derrickson,2014).
7
c. Laring
3bagian lain yang merupakan bagian tungga ladalah tiroid, epiglotis, dan
d. Trakea
kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk
e. Bronkus
8
Gambar 2
Struktur bronkus
dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri
f. Paru
lobus di paru sebelah kanan dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara
kedua paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan
pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura
9
pelumas.Cairan ini mengurangi gesakan antar kedua pleura sehingga
kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas.Cairan ini
juga membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain,seperti
Gambar 3
Alveoli(Sherwood,2010)
Cabang cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole
Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar.sel tipe I
dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. Sel alveolar tipe I
10
menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan
dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu respirasi seluler
2014).
1. Ventilasi pulmonar
2. Respirasi eksternal
3. Transport gas
atau sebaliknya
4. Respirasi internal
6. Patofisiologi
itu faktor kebiasaan buruk merokok juga dapat menyebabkan cedera pada sel
epitel jalan napas yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, dimana pada
paru-paru.
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Apabila tidak terjadi
seseorang,yaitu jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk
paru.
Faktor resiko merokok dan polusi uda menyebabkan proses inflamasi bronkus
fase awal ekspirasi. Udara yang masuk ke alveoli pada saat inpirasi akan
13
7. Pathway PPOK
Faktor
Predisposisi
MK:
Edema ,spasme Bersihan jalan bronkus, Peningktan secret bronkus
nafas tidak
efektif
Udara terperangkap
Dalam Alveolus
Sesak nafas,
MK:
Suplay O2 jaringan Pao2 rendah nafas pendek Pola nafas
rendah Pao2 tinggi
tidak efektif
Kompensisi kardivaskuler
Hipertensi pulmonal
Gangguan
metabolisme MK:
jaringan Gangguan
Pertukaran gas
Metabolisme erob
MK:
Intoleransi
14
aktivitas
Produksi ATP
menurun MK:
Perfusi perifer
tidak efektif
Defisit Energi Lelah, lemah
MK:
Gangguan
pola tidur
Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran FEV 1 dan FVC dengan spirometri setelah
pemberian bronkodilator dibagi menjadi GOLD 1,2,3,dan 4. Cara kerja tes spirometri adalah
pengukuran berat badan, tinggi badan terlebih dahulu, kemudian melakukan tes dengan menarik
nafas dalam-dalam dengan posisi sungkup mulut terpasang pada mulut.Setelah penuh, tutup
bagian mulut, kemudian hembuskan nafas sekencang-kencangnya dan semaksimal mugkin hingga
udara dalam pau-paru keluar sepenuhnya dan pau-paru dalam keadaan kosong (Medicalogy,208).
Pengukuran spirometri harus memenuhi kapasitas udara yang dikeluarkan secara paksa dari titik
insprasi maksimal (Forcd Vitl Capcity (FC)), kapaitas udara yang dikeluarkan pada detik pertama
(EV1/FVC).
Pada tabel 1 diperlihakan klsifikasi tingkat keparahan ketrbatasan aliran udara pada pasien PPOK.
Tabel 1
15
GOLD 2 Sedang 50% ≤ FEV1< 80% nilai prediksi
Sumber: GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and
Prevention of COPD.
Keterangan :
a. GOLD 1: Ringan.Prediksi dari Force expired olume(volume dara yang dapat dihembuskan paksa)
lebih dari 80 %.
b. GOLD 2: Sedang. Prediksi dari Force expired volume in one second(volume udara yang dapat
dihembuskan paksa dalam satu detik pertama) lebih dari 50 % dan kurang dari 80 %.
c. GOLD 3: Berat. Prediksi dari Force expired volume in one second(volume udara yang dapat
dihembuskan paksa dalam satu detik pertama) lebih dari 30 % dan kurang dari 50 %.
d. GOLD 4: Sangat berat. Prediksi dari Force expired volume(volume udara yang dapat dihembuskan
9. Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2< 55 mmHg dengan nilai saturasi
oksigen<85%. Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi,
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain
c. Infeksi respiratori
16
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan rangsangan otot
polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja napas
d. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama
pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis
kronis, tetapi klien dengan emfiesema berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak disritmia
asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
Merupakan komlikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini sangat
berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespon terhadap terapi yang
biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher sering kali terlihat
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Mengurangi paparan asap rokok, populasi udara indoor dan outdoor penting untuk mencegah
progresif PPOK. Berhenti merokok merupakan intervensi tunggal yang paling efektif untuk
menurunkan resiko PPOK dan memperlambat progresi PPOK. Penelitian yang dilakukan oleh
dianjurkan pada klien yang mengalami penyakit pernapasan kronik. Penelitian ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pauwels, R, A. (2001), yang mengungkapkan bahwa
klien PPOK yang memprogramkan berhenti merokok lebih berpeluang besar untuk
17
menyelesaikan rehabilitasi paru dibandingkan dengan klien PPOK yang tidak berhenti
merokok.
3) Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien dengan
gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
5) Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan Penatalaksanaan
meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan nafas (Davey, 2002).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
2000).
1) Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga
fase kronik.
3) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
18
1) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari
polusi udara.
diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu
5) Pengobatan simtomatik.
7) Pengobatannya oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat1-2liter/menit.
b) Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
c) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
d) Latihan pernapasan,untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling
efektif.
a. Pengertian
Pursed lip breathing adalah salah satu teknik latihan pernapasan dengan cara menghirup udara
melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir yang lebih dirapatkan dengan waktu
ekspirasi yang dipanjangkan. Pernapasan dengan bibir dirapatkan, yang dapat memperbaiki
19
transport oksigen, membantu untuk mengontrol pola nafas lambat dan dalam, dan membantu
pasien untuk mengontrol pernapasan, bahkan dalam keadaan stress fisik. Tipe pernapasan ini
Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara melaluihidung dan
adalah cara yang sangatmudah dilakukan, tanpa memerlukan alatbantu apapun, dan juga tanpa
b. Tujuan
Tujuan pursed lip breathing untuk memperpanjang pernapasan dan meningkatkan tekanan
jalan nafas selama eskpirasi sehingga dapat mengurangi jumlah udara yang terperangkap dan
mengurangi hambatan jalan napas, membantu pasien dalam memperbaiki transpor oksigen,
mengatur pola nafas lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, dan
Pursed lip breathing dapat meningkatkan aliran udara ekshalasi dan mempertahankan
kepatenan jalan napas yang kolaps selama ekhalasi. Proses ini membantu menurunkan
pengeluaran udara yang terjebak sehingga dapat mengontrol ekspirasi dan memfasilitasi
Pursed lips breathing sedapat dilakukan dalam dua keadaan yakni dalam keadaan tidur dan
duduk dengan menghirup udara dari hidung dan mengeluarkan udara dari mulut dengan
mengatupkan bibir (Smeltzer et al., 2008). Berikut adalah langkah-langkah melakukan pursed
20
2) Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung sambil melibatkan
otot otot abdomen menghitung sampai 3 seperti saat menghirup wangi dari bunga mawar.
3) Berikan instruksi pada pasien untuk menghembuskan dengan lambat dan rata melalui bibir
4) Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti
3) Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung sampai hitungan 3
dan hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung hingga hitungan 7
21
Gambar 4
prosesekspirasiyang dilakukan scara tenng dan rilks degan tujuan untuk memprmudah prses
Pursed lip breathing exercise terdiri dari dua mekanisme yaitu inspirasi secara dalam serta
ekspirasi aktif dalam dan panjang.Proses ekspirasi secara normal merupakan proses
mengeluarkan nafas tanpa menggunakan energi berlebih, namun ada teknik pursed lip
breathing akan melibatkan proses ekspirasi secara aktif dan panjang.Inspirasi dalam dan
ekspirasi panjang pada teknik pursed lip ini akan membantu meningkatkan kekuatan kontraksi
otot intra abdomen.Kekuatan otot intra abdomen meningkat akan menyebabkan tekanan intra
abdomen meningkat melebih pada saat ekspirasi pasif. Tekanan intra abdomen yang
meningkat lebih kuat akan meningkatkan pegerakan diafragma ke atas dan membuat rongga
thorak semakin mengecil Rongga thorak yang semakin mengecil ini menyebabkan tekanan
intra alveolus semakin meningkat sehingga melebihi tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut
akan menyebabkan udara dapat dengan mudah mengalir keluar dari paru ke atmosfer.
Ekspirasi Panjang saat bernafas pursed lip brething juga akan menyebabkan obstruksi jalan
akan memperlancar udara yang dihirup dan dihembuskan sehingga akan mengurangi sesak
2008).
e. Manfaat Pursed Lip Breating
Latihan pernapasan dengan teknik pursed lip ini dapat membantu meningkatkan compliance
paru untuk melatih kembali otot-otot pernapasan untuk dapat berfungsi dengan baik serta
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan informasi atau dasar tentang pasien,agar dapat
fisik,mental,social dan lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi
tentang kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan pasien, menilai keadaan kesehatan
(Dermawan, 2012).
a. Biodata Pasien
pasien.Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui terjadinya masalah atau
penyakit dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan pasien tentang
penyakitnya (Muttaqin,2014)
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang pelu dikaji meliputi data saat ini atau masa yang lalu. Perawat
mengkaji paien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dar keluhan utama,
kejadian yang memuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang bisa mucul pada pasien PPOK adalah sesak nafas yang sudah
Pasien dengan serangan PPOK datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan utama
sesak nafas,kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing,lendir dan sekresi
Pada PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetic dengan
lingkungan, seperti merokok atau tempat kerja yang penuh polusi (Muttaqin, 2014).
2. Kelainan alergi
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
terlihat pasien mempunyai bentuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap,
penipisan massa otot, bernafas dengan bibir yang dirapatkan dan pernafasan abnormal
2. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun ( Muttaqin, 2014).
3. Perkusi
24
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma mendatar
4. Auskultasi
Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara nafas ronkhi basah halus dan wheezing
2. Pemeriksaan Penunjang
Uji fungsi paru meliputi spirometri sederhana, pengukuran volume paru formal, kapasitas
difusi karbonmonoksida (CO) dan gas darah arteri. Ujifungsi paru digunakan untuk mengukur
dan merekam 4 komponen paru yaitu saluran napas(besar dan kecil), parenkim paru
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah pada pasien PPOK meliputi cek darah rutin yaitu Hb, Hematokrit, dan
leukosit. Polisitemia akan timbul sebagai tanda telah terjadi hipoksia kronik (Kemenkes,
2008).
c. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan rontgen thorax AP tampak gambaran hiperlusen, pelebaran sela iga dan
pendataran diafragma yang merupakan gambaran dari emfisema. Emfisema merupakan salah
satu bentuk PPOK. Pemeriksaan radiologi lain yang memungkinkan dilakukan pada pasien
PPOK yaitu computed tomography (CT). berdasarkan penelitian yang di lakukan selama lima
tahun pada pasien-pasien penderita PPOK di Jepang ditemukan adanya perburukan gambaran
Banyak ditemukan pasien dengan keluhan sesak nafas seperti PPOK dan asma mengalami
gangguan tidur. Jika gangguan tidur ini dia baikan menyebabkan penurunan kualitas hidup
25
pasien akibat gangguan tidur, maka dapat dilakukan dengan pemberian terapi EEG (Electro
enchelopati gram). Sampai saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima
adalah usulan dari Rechts chaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan EEG. Pada waktu non
rapid eye movement (NREM) sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin
dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Tidur REM lebih dangkal, ditandai dengan
gerakan bola mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak
lagi mendengkur, nafas menjadi tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan temperatur
3. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efetif b.d spasmen jalan nafas, hipersekresi dijalan nafas, sekresi
yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, wheezing
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas, penurunan energi, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru dibuktikan dengan dipsnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pola
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dispnea
(D.0003)
d. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah dibuktikan dengan akral terasa
dingin (D.0009)
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan
f. Gangguan pola tidur b.d restraint fisik dibuktikan dengan mengeluh sulit tidur (D.0055)
26
4. Intervensi Keperawatan
38
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiak mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Pola Nafas Definisi: Menejemen Jalan Nafas
dengan hambatan upaya nafas, penurunan Inspirasi dan/atau ekspirasi yang Definisi: mengidentfikasi dan mengelola kepatenan
energi, posisi tubuh yang menghambat memberikan ventilasi adekuat jalan nafas Tindakan :
ekspansi paru dibuktikan dengan dipnea, Setelah dilakukan intervensi Observasi :
penggunaan otot bantu pernafasan, pola keprawatan selama 3 X 24 jam 1. Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman,
nafas abnormal Defenisi: maka pola napas membaik dengan usaha napas )
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak kriteria hasil: 2. Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling,
memberikan ventilasi adekuat 1. Jalan nafas paten mengi, wheezing, ronkhi kering )
2. Sekret berkurang 3. Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
3. Frekuensi nafas dalam batas
Teraupeutik :
normall
1. Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
4. Kilen mampu melakuan Batuk
head-tilt dan chin- lift ( jaw-thrust jika curiga
efektif dengan benar
trauma Servikal )
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
endotrakea
6. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik 8. Berikan oksigen , jika perlu
39
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
40
2. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya
nafas
2. Monitor pola napas seperti ( seperti bradipnea
taipnea,hiperventilasi)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
41
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan resprasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan Eduasi :
1. Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan -
Informasikan hasil pemantauan , jika perlu
42
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan Petukaran gas Defenisi:
dengan ketidak seimbangan ventilasi- Oksigen dan/atau eliminasi
perfusi, perubahan membran alveolus- karbondioksida pada membran Terapi oksigen Defenisi:
kapiler, dibuktikan dengan dispnea. alveolus-kapiler dalam batas normal Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
Defenisi: Setelah dilakukan intervensi mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan
Kelebihan atau kekurangan oksigen keprawatan selama 3 X 24 jam maka
dan/atau karbondioksidapada membran Tindakan Observasi:
pertukaran gas meningkat
alveolus-kapiler
1. monitor kecepatan aliran oksigen
Kriteria Hasil:
2. monitor posisi alat terapi oksigen
1. dispnea menurun
3. monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan
2. bunyi napas tambahan menurun
fraksi yang diberikan cukup
pemasanga oksigen
Terapeutik
1. Bersihan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
perlu
43
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan kelurgan cara
menggunakan oksigen di rumah. Kolaborasi
1. Kolaborasi penentukan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
4. 2. Warna kulit pucat menurun 1. Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi, perifer,
Perfusi perifer tidak efektif 3. Pengisian kapiler membaik edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle –
berhubungan dengan peningkatan 4. Akral membaik brachial index )
tekanan darah, dibuktikan dengan akral 5. Turgor kulit membaik 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
terasa dingin Defenisi: Penurunan 6. Tekanan darah sistolik ( mis. Diabetes, merokok, orang tua,
sirrkulasi darah pada lever kapiler yang membaik hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
dapat mengganggu metabolisme tubuh. 7. Tekanan darah 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
diastolik membaik pada ekstremitas.
Perfusi perifer Defenisi: Terapeutik :
Keadekuatan aliran darah pembuluh darah Perawatan 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
distal untuk menunjang fungsi jaringan. sirkulasi darah di area keterbatasan pefusi.
Defenisi: 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Mengedentifikasi dan merawat area ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
selama 3 X 24 jam maka perfusi perifer lokal dengan keterbatasan sirkulasi 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
meningkat perifer pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
Kriteria hasil : Tindakan: 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
1. Denyut nadi perifer meningkat Observasi : 6. Lakukan hidrasi Edukasi :
44
5. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan
oba penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat ( mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki )
8. Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
9. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah
lemak jenuh , minyak ikan omega 3 )
10. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan ( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa )
5. Gangguan pola tidur berhubungan Pola tidur dengan restraint fisik, hambatan Tindakan: Observasi
Defenisi: lingkungan, dibuktikan dengan Keadekuatan kualitas dan 1. identifikasi pola aktivitas dan tidur
kuantitas mengeluh sulit tidur tidur 2. identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
Defenisi: Setelah dilakukan intervensi 3. identifikasi makan dan minum yang mengganggu
keperawatan selama 3 X 24 jam tidur (mis: kopi, teh, alkohol, makan mendekati
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu maka pola tidur membaik tidur waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur) 4.
akibat faktor eksternal identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Kriteria Hasil:
terapeutik
1. Keluhan sulit tidur menurun
1. modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan,
2. Keluhan sering terjaga
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
menurun
2. batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Istirahat meningkat
3. fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. Kemampuan beraktivitas
4. tetapkan jadwal tidur rutin
meningkat
5. lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Dukungan tidur Defenisi:
(mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
Menfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
45
6. sesuaikan jadwal pemberian obat dan /atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga Edukasi
1. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
46
6. frekuensi napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpisah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
Evaluasi keperawatan
5. Implementasi
adalah penilaian terkhir
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
keperawatan yang
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk
didasarkan pada tujuan
intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan
keperawatan yang
yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008)
ditetapkan. Penetapan
6. Evaluasi
keberhasilan suatu
47
asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan prilaku dan kriteri a. Tanggal dan
waktu dilakukan
hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu evaluasi
keperawatan
(Nursalam. 2008). Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
b. Diagnosa
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa keperawatan
komponen
c. Evaluasi
keperawatan
yaitu:
48
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer. (2012). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. EGC.
Brunner & Suddarth. (2010). Buju Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin Asih. EGC.
Danusantosos halim. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, edisi2. EGC.
Djojodiningrat D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
Kosasih, Alvin, S.,Agus, D., Temmangsonge,R.Pakki, Titin, M. (2008). Diagnosis dan tatalaksana
kegawatdaruratan paru (CV Sagung).
Pamungkas, R., Arif, S., Jurusan, D., Poltekkes, K., & Semarang, K. (n.d.). EFEKTIVITAS PURSED
LIP BREATHING DAN DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI
PERNAFASAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) ialah suatu keadaan yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru . Masalah utama yang
biasanya di . 1–7.
Qamila, B., Ulfah Azhar, M., Risnah, R., & Irwan, M. (2019). Efektivitas Teknik Pursed
Lipsbreathing Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok): Study Systematic Review.
Jurnal Kesehatan, 12(2), 137. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v12i2.10180
Russell, R., Norcliffe, J. Bafadhel, M. (2012). Chronic obstructive pulmonary disease: management
of chronic disease. Elsevier Ltd. All rights reserved.
SDKI, D. & P. (2016). tandar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik.
(Edisi 1). DPPPPNI.
Smeltzer, B. &. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. EGC.
Tim Pokja SDKi DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
PErsatuan Peawat Nasional Indonesia.
World Health Organization (WHO). (2017). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
49
50