TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
trhambtnya alran udra pernpasan yng daat tejadi pda salran pernpasan
pnyumbatan sluran npas yng mnimbulkan gjala srupa satu dngan yng
lainya dn basanya tdak bersfat revesibel dn dlam wktu yng lma akn
(GOLD, 2017).
dan
1
berkaitan dengan respons inflamasi abnormal pada paru terhadap
obstrksi atu penyumbtan alran udra pda salran pernpasan yang ditndai
dengn adnya gejla sesk npas dandalam wktu yng lma akn
a. Asma
2007).
b. Bronkitis kronis
2
Bronkitis kronimerupkan suatukeadaan adnya batk prduktif lbih dri
c. Emfisema
d. Bronkiektasis
jringan elastk penunjng, yng disbabkan olh atu berkitan dngan infksi
gejla yng didminasi olh batk dan pengelaran sptum purlen dalm jumlh
,2007).
3. Etiologi PPOK
3
a. Usia
4
PPOKjarang mlai mnyebabkan gjala yng diknali secra klnis seblum
yangterkait dengn
b. Merokok
menybabkan batk prduktif. Pda brokitis krnik btuk prduktif dpat terjdi
PPOKyang ditmukan. Didga bhwa sektar 20% orng yng merkok akn
salran pernpasan bebs dari irian, baktri dn benda asng lainny yang
packyears(Francis,2008).
5
c. Lapangankerjaberdebu
d. Polusiudara
menybabkan terjadinyapenyumbatan.
6
4. Tanda dan Gejala
2007):
bronchitiskronis(blue bloater).
a. Kelemahanbadan
b. Batuk
c. Sesaknafas
f. Ekspirasiyangmemanjang
i. Suaranafasmelemah
j. Kadangditemukanpernapasanparadoksal
k. Edemakaki,asietasdanjaritabuh
7
memastikanbahwatbuh mengkstrakoksgen
Gambar 1
paru-paru(PeatandNair,2011).
a. Hidung
Masuknyaudara bermuladarihidung.Hidungmerupakan
eksternalterdapat rangkapenunjang
menghangatkan,melembabkan,danmenyaringudarayang masuk;(2)
8
mendeteksistimulasiolfaktori(indrapembau);dan(3)modifikasigetara
9
suara yangmelalui bilikresonansi yangbesar danbergema.Rongga
b. Faring
pajang 13cm. Dnding fring dissun olh ott rangka dn dibtasi olh
bendaasing)(Tortorraand Derrickson,2014).
c. Laring
pitasuara.
10
Epiglotismelindungisaluran udaradan mengalihkanmakanandan
d. Trakea
e. Bronkus
Gambar 2
Struktur
bronkus
11
Setlah larng, traka terbgi menjdi dua cbang utma, brnkus kann dan
kri, yng mna cabng-cabng inimemaski pru knan dn kri pla.Di dlam
brnchiole(Sherwood,2010). Padapasien
sehingmenyebabkanbronkitiskronis.
f. Paru
saatbasah(PeateandNair,2011).
12
Gambar 3
Alveoli(Sherwood,201
0)
Cabangcabangbronkusterusterbagihinggabagianterkecilyaitubronchiole
terdapatsekumpulanalveolus,kantung udarakeciltempat
dimanaterjadipertukarangas(Sherwood,2010).
mengandungmikrofiliyang mensekresi
cairanalveolar.Cairanalveolarinimengandungsurfaktansehingga dapat
14
dimanakeduanya membentukmembran respiratori(Tortoradan
Derrickson,2014).Respirasimencakupdua prosesyang
danrespirasieksternal.Respirasi selulermengacupadaproses
metabolismintraseluler yangterjadi di
1. Ventilasipulmonar
Bagaimanaudaramasukdankeluardariparu
2. Respirasieksternal
Bagaimanaoksigenberdifusidari paruke
sirkulasidarahdan
karbondioksidaberdifusidari darahkeparu
3. Transportgas
tubuhatausebaliknya
4. Respirasiinternal
darisel tubuh(PeateandNair,2011)
6. Patofisiologi
FEV(ForcedExpiratoryVolume, ketidakadekuatandalam
pengosonganparu danhiperinflasi(Decramer,
2012).
juga dapat menyababkan cedera pada sel epitel jalan napas yang
16
ventilasi paru.
17
Faktorresiko merokokdan polusi udarmenyebabkan prosesinflamasi
alveol padasaat inpirasi aan terebak kedlam alvolus pada sat teradi
menyebabkanterjadinyakeluhansesaknapas.
18
7. Pathway
PPOK
Faktor
Predisposi
si
MK:
Bersihan jalan
Edema ,spasme
nafas tidak
efektif bronkus, Peningktan
secret bronkus
Obstruksi bronkiolus
awal Fase ekspirasi
Udara
terperangkap
Dalam Alveolus
Sesak nafas,
Suplay O2 Pao2
nafas pendek
jaringan rendah
MK:
rendah Pao2 tinggi Pola nafas
tidak efektif
Gangguan
Kompensisi metabolism MK:
kardivaskule Gangguan
e jaringan Pertukaran gas
r
Metabolism
e erob
Hipertens
i
pulmonal
Produksi
ATP MK:
MK:
Perfusi perifer menurun Intoleransi
aktivitas
tidak efektif
Defisit Energi
Lelah, lemah
19
MK:
Gangguan
pola tidur
20
8. Klasifikasi PPOK
paksa dri titik insprasi makimal (Forcd Vitl Capcity (FC)), kapaitas
paien PPOK.
Tabel 2.1
21
Sumber: GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and
Prevention of COPD.
Keterangan :
9. Komplikasi
a. Hipoksemia
b. Asidosis respiratori
22
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness, dan
takipnea.
c. Infeksi respiratori
timbulnya dyspnea.
d. Gagal jantung
ini.
e. Kardiak disritmia
asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
23
2.10 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
40% kasus.
pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
sedang-berat.
24
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
B. Penatalaksanaan Keperawatan
adalah:
harian
25
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
g. Pengobatanoksigen,bagiyangmemerlukan.Oksigenharusdiberi
kan denganaliranlambat1-2liter/menit.
h. Tindakanrehabilitasiyangmeliputi:
a) Fisioterapi,terutamabertujuanuntukmembantupengeluaransec
ret bronkus.
b) Latihandenganbebanoalh ragatertentu,
dengantujuanuntuk
memulihkankesegaranjasmani.
dapatkembali mengerjakanpekerjaansemula.
d) Latihanpernapasan,untukmelatih penderitaagarbisa
melakukan
pernapasanyangpalingefektif.
26
Latiahan Pernafasan dengan Pursed Lip Breating
a. Pengertian
Pursedlipsbreathingadalahsalah satutekniklatihanpernapasan
b. Tujuan
membantu pasien
27
untuk mengontrol pernapasan, dan mencegah kolaps alveoli
dihembuskan).
28
4) Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir
Gambar 4
Pursed Lip
Breating (Smelzer
et l., 2013)
29
d. Mekanisme Pursed Lip Breating
secaradalamsertaekspirasiaktifdalam danpanjang.Prosesekspirasi
menyebabkantekanan intraabdomen
seakin meingkat
sehinggamelebihitekananudaraatmosfer.Kondisitersebutakan
30
dihirup dandihembuskan sehinggaakan mengurangisesak
31
e. Manfaat Pursed Lip Breating
mencegahdistress
pernapasan(IgnataviusandWorkmann.d.)Latihanpernapasanpursed
lipdapatmencegahatelektasisdanmeningkatkanfungsiventilasipada paru,
pemulihankemampuanototpernapasanakanmeningkatkancompliance
2.2.1 Pengajian
a. BiodataPasien
kelamindanpekerjaan
32
perlu dikajiuntuk mengetahuiterjadinyamasalahatau penyakitdan
tingkat pendidikandapat
berpengaruhterhadappengetahuan
pasiententangpenyakitnya(Muttaqin,2014)
b. Riwayat Kesehatan
dar kelhan uama, keadian yng memuat kodisi sekrang ini, riwyat
c. Keluhan Utma
d. RiwayatKesehatanSekarang
keluhanutamasesaknafas,kemudiandiikuti dengangejala-
gejalalain
sepertiwheezing,lendirdansekresiyangsangatbanyaksehingga
e. RiwayatKesehatanMasaLalu
penyakityangberhubungandenganinteraksi
orangterinfeksiakandapatdiketahuisumberpenularannya.
2. Kelainanalergi
3. Tempattinggalpasien,kondisilingkunganmisalnya
adanyapolusi udara.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
34
Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara nafas ronkhi
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan radiologi
35
penderita PPOK di Jepang ditemukan adanya perburukan gambaran
2015).
PPOK dan asma mengalami gangguan tidur. Jika gangguan tidur ini
chaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan EEG. Pada waktu non
bola mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada waktu
ronkhi (D.0149)
36
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas, penurunan
dengan
37
dipnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal
(D.0005)
(D.0056)
38
2.2.4. intervensi Keperawatan
39
11.
41
42
43
44
4.
Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
Defenisi: Defenisi:
Keadekuatan aliran darah Mengedentifikasi dan merawat area lokal
pembuluh darah distal untuk dengan keterbatasan sirkulasi perifer
menunjang fungsi jaringan.
Tindakan:
Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan selama 3 X 24 1. Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi,
jam maka perfusi perifer perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
meningkat suhu, ankle – brachial index )
2. Identifikasi faktor resiko gangguan
Kriteria hasil : sirkulasi ( mis. Diabetes, merokok, orang
1. Denyut nadi tua, hipertensi, dan kadar kolesterol
perifer tinggi)
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
menurun bengkak pada ekstremitas.
membaik Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus atau
membaik pengambilan darah di area keterbatasan
6. Tekanan darah pefusi.
sistolik membaik 2. Hindari pengukuran tekanan darah
7. Tekanan darah pada ekstremitas dengan
diastolik membaik keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi :
45
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkakn mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu.
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan oba
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat ( mis. Melembabkan kulit kering
pada kaki )
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh ,
minyak ikan omega 3 )
10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan ( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa )
46
5. Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan tidur
berhubungan dengan restraint Defenisi: Defenisi:
fisik, hambatan lingkungan, Keadekuatan kualitas dan Menfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
dibuktikan dengan mengeluh kuantitas tidur
sulit tidur Tindakan:
Setelah dilakukan intervensi Observasi
Defenisi: keperawatan selama 3 X 24 1. identifikasi pola aktivitas dan tidur
jam maka pola tidur 2. identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
Gangguan kualitas dan kuantitas membaik dan/atau psikologis)
waktu tidur akibat faktor eksternal 3. identifikasi makan dan minum yang
Kriteria Hasil: mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alkohol,
1. Keluhan sulit tidur menurun makan mendekati waktu tidur, minum banyak
2. Keluhan sering air sebelum tidur)
terjaga menurun 4. identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
3. Istirahat meningkat
4. Kemampuan terapeutik
beraktivitas meningkat 1. modifikasi lingkungan (mis:
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
2. batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. tetapkan jadwal tidur rutin
5. lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
6. sesuaikan jadwal pemberian obat dan
/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi
1. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
47
2. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. anjurkan menghindari makanan/minum yang
menggung tidur
4. anjurkan penggunakan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
5. anjurkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis: psikologis,
gaya hidup, sering berubah shif bekerja)
6. ajarkan relaksasi atot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya.
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan Toleransi Aktivitas Manajemen energi
dengan ketidakseimbangan antara Defenisi: Defenisi:
suplai dan kebutuhan oksigen, Respon fisiologi terhadap Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
tirah baring, kelemahan, aktivitas yang membutuhkan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
dibuktikan dengan dispnea saat tenaga dan mengoptimalkan proses pemulihan
48
6. frekuensi napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpisah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
49
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
dan kriteri hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada
komponen yaitu:
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Ogan
(PPOK) No MR :-
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 35 Tahun
Hubungan : Anak
1. Keluhan Utama
30 x/mnt, S 36,00c.
5. Faktor Pencetus
Faktor pencetus yang terjadi pada Ny.A yaitu akibat dari hipertensi
6. Lama Keluhan
sakit.
7. Faktor Pemberat
Faktor pemberat pada Ny.A yaitu usia yang sudah memasuki usia
mendapatkan pertolongan.
E. Genogram
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: pasien
X : Meninggal
: Tinggal Serumah
F. Aktivitas Sehari-hari
biasanya BAB di
pagi hari.
- Warna: BAB
pasien tampak
berwarna
- Konsintes : biasa b. BAk
- Frekuensi: klien
terpasng kateter
- Urin output: 800 cc
b. BAK - Warna : kuning pekat
- Frekuensi : 4 – 6 - Bau : kas
kali sehari
- Warna: kuning
- Bau: kas
3. Pola tidur - Waktu tidur: jam 21.00 - Waktu tidur: keluarga
dan istirahat wib mengtakan klien
Keluarga mengatakan mengalami susah tidur
klien tidur setalah isya dan waktu tidur tidak
sampai jam 5 subuh. menentu.
Lama: 6-9 jam - Klien mengatakan sering
- Kebiasaan sebelum terbangun karena nafas
tidur: keluarga sesak
mengatakan Kebiasaan sebelum tidur:
sebelum tidur klien keluarga mengatakan
baca doa dan ayat- sebelum tidur klien baca
ayat al- quran doa dan ayat-ayat al-quran
- Kesulitan dalam
tidur:
tidak ada.
Personal - Gosok gigi - Gosok gigi
hygein Frekunsi 2 x sehari Frekunsi kadang-kadang,
pagi dan sore hari gosok gigi di tempat tidur
- Mandi di bantu keluarga
Frekunsi 2 x sehari, - Mandi
Selama dirawat di RS
pagi dan sore hari,
Klien mengatakan belum
menggunakan sabun
mandi
- Keramas
G. Pola Presepsi Dan Konsep Diri
1. Gambaran Diri
2. Harga Diri
3. Peran
4. Ideal Diri
dengan baik.
5. Identitas
Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu dan istri
1. keadaan umum
kesadaran : Cm
2. Tanda-tanda vital
- R: 30 x/mnt
- S: 360C
- N: 76x/menit
3. Berat badan
- sebelum sakit: 60 kg
- setalah sakit: 60 kg
Mulut : Lidah kotor, mukosa lembab, tidak ada karang gigi, gusi
baik tidak ada pendarahan
Paru-paru :
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama getaranya, tidak ada
nyeri tekan
Jantung
Abdomen
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Radiologi
Hari/ Jenis pemeriksaan Kesan
tanggal
28 EKG Intervention sinus tachicardi
Oktober R/S Invansion area vetneem Vs
2022
and V6 Abnormal EKG.
Radiologi Bronchitis Pleural Reaction
bilateral Besar cor normal
Trachea dan medistinum di
tenggah Tak tampak penebalan
hilus Sistema tulang tak
tampak kelainan.
Pemberian
Terapi
Hari/tanggal Obat Dosis Rute
Infus asering 12 tpm IV
Inj cefotaxcim 2x 125 gram
Inj Methilprednisolon 2x 25 gram IV
Inj lasix 1x 20 gram IV
Valsatrn 1x 80 gram IV
Vectrine kapsul 3x300 ml Oral
Nebu combiven 2,1/2 ml/ 8 jam Inheler
a. DATA FOKUS
Data Sabjektif:
2. Klien tampak batuk berdahak dan nafas klien sesak, dahak sudah
6. Makanan tampak tidak habis, Cuma habis separoh dari porsi yang di
ML
11. Kepala tampak sedikit kotor, rambut lepek dan ada ketombe
- R: 30 x/mnt
- S: 360C
- N: 76x/menit
b. ANALISA DATA
pahit Do:
- Makanan tampak tidak habis
karna nafsu makan klien
menurun
- Sisa makanan ¼ porsi rumah
sakit
5. Ds: Defisit Kelemahan
- Klien mengatakan selama di perawatan diri
rawat belum ada mandi
- Klien mengatakan selama di
rawat belum ada kermas
Do:
- Rambut klien terasa lepek,
kepala sedikit kotor
- Tampak ada ketombe
- Badan bau keringat
c. Diagnosa Keperawatan
2. Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen tidak edekuat keseluruh
67
kemudian elurgan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam yang
ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiak mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Menejemen Jalan Nafas
berhubungan dengan hambatan keprawatan selama 3 X 24 jam Definisi:
upaya nafas dibuktikan dengan maka pola napas membaik mengidentfikasi dan mengelola kepatenan
dipnea, penggunaan otot bantu dengan kriteria hasil: jalan nafas
pernafasan, pola nafas abnormal 1. Jalan nafas paten Tindakan :
Defenisi: 2. Sekret berkurang Observasi :
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang 3. Frekuensi nafas dalam batas 3. Monitor pola nafas (
tidak memberikan ventilasi adekuat normall frekuensi, kedalaman, usaha napas )
4. Kilen mampu melakuan Batuk 4. Monitor bunyi nafas tambahan ( mis,
efektif dengan benar gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering
)
5. Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma
)
Teraupeutik :
1. Pertahankan kapatenan
jalan napas
dengan head-tilt dan chin- lift (
68
jaw-
thrust jika curiga trauma Servikal )
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum pengisapan endotrakea
6. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
7. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen , jika perlu
69
Manajemen energi
3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setalah dilakukan intervensi Defenisi:
dengan ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3 X 24 jam Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
suplai dan kebutuhan oksigen maka toleransi aktivitas energi untuk mengatasi atau mencegah
dibuktikan dengan dispnea saat meningkat kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan
Defenisi: Kriteria hasil:
1. Saturasi oksigen meningkat Tindakan:
Ketidak cukupan energi untuk 2. Kemudahan dalam aktivitas Observasi:
melakukan aktivitas sehari-hari sehari- hari meningkta 1.Identifikasi gangguan fungsi tubuh
3. Keluhan lelah menurun yang mengakibatkan kelelahan
4. Dispnea saat aktivitas menurun 2.Monitor kelelahan fisik dan emosional
5. Tekanan darah membaik 3.Monitor pola dan jam tidur
6. Frekuensi napas membaik 4.Monitor lokasi dan ketidak nyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1.Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2.Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3.Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4.Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpisah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring melakukan
aktivitas secara bertahap
70
2. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan.
71
4. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan ketidak keperawatan selama 3 X 24 jam Defenisi:
mampuan menelan makana maka status nutrisi membaik Mengidentifikasi dan mengelola asupan
Definisi: nutrisi yang seimbang
Resiko mengalami asupan nutrisi Kriteria Hasil:
tidak cukup untuk memnuhi 1. Porsi makanan yang di Tindakan:
kebutuhan metabolisme habiskan meningkat Observasi:
2. Persaan cepat kenyang menurun 1. Identifikasi status nutrisi
3. Nyeri abdomen menurun 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
4. Frekunsi makan mebaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrisi
5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium Terapeutik:
72
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
73
5. Defisit perawatan diri Setelah dilakukannya intervensi Dukungan perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan keperawatan selama 2 X 24 jam Defenisi:
dibuktikan dengan tidak mampu maka perawatan diri meningkat Menfasilitasi pemenuhan kebutuhan
mandi/ toilet secara mandiri. Kriteria Hasil: perawatan diri
Defenisi: 1. Kemampuan mandi meningkat
Tidak mampu melaukan 2. Kemampuan Tindakan
atau menyelesaikan Observasi:
aktivitas perawatan diri mengenakan pakaian 1. Identifikasi usia dan budaya
meningkat dalam membantu kebersihan diri
3. Kemampuan makan meningkat 2. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
4. Kemampuan toilet meningkat 3. Monitor kebersihan tubuh (mis.
5. Mempertahankan keberishan Rambut, mulut, kulit, kuku)
diri meningkat 4. Monitor integritas
6. Mempertahankan kebersihan kulit Terapeutik:
mulut meningkat 1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun,
sikat gigi, shampoo, pelembap kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Fasilitaskan menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemadirian Edukasi:
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi tehadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
74
1.4 Implementasi Dan Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
75
Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Observasi:
- Memonitor pola nafas (frekunsi)
- Memonitor bunyi nafas tambahan
- Memonitor sputum Terapeutik
- Mengatur posisi klien dengan semi
fowler
- Menganjurkan minum air hangat
- Mengingatkan kembali untuk
melakukan batuk efektif yang telah di
ajarkan
- Mengingatkan kembali untuk minum air
hangat.
77
Observasi: S:
Intolernasi aktivitas - klien
b.d Ketidak 1. Mengidentifikasi fungsi
mengatakan aktivitas
seimbangan antara tubuh yang menyebabkan
kelehana yaitu klien sesak di bantu perawat dan
suplai dan
kebutuhan oksigen nafas keluarga
ditandai dengan - klien mengatakan
2. Monitor pola dan jam tidur
sesak nafas saat tidur sering terbangun
yaitu klien tidur tidak
beraktivitas. karena sesak
teratur dan sering
terbangun kerena O:
sesak nafas - klien tampak
terbaring lemah di
Terapeutik
tempat tidur
1. menyeediakan lingkungan - aktivitas
nyaman dan rendah stimulus tampak dibantu
(yaitu dengan membatasi
A:
pengunjung
Masalah belum teratasi
2. membatu keperluan klein P:
Observasi:
3. me fasilitasi duduk di sisi
1. Monitor pola dan jam
tidur yaitu klien tidur
tidak teratur dan
sering
78
tempat tidur, jika tidak terbangun kerena
dapat berpisah atau sesak nafas
berjalan
Terapeutik
Edukasi
1. menyeediakan
1. Menganjurkan tirah baring lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Menganjurkan melakukan
(yaitu dengan
aktivitas secara bertahap
membatasi
3. Menganjurkan pengunjung
menghubungi perawat jika
2. membatu
tanda dan gejala kelelahan
keperluan klein
tidak berkurang
3. me fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
Kolaborasi tidak dapat berpisah
79
2. Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan
tidak berkurang
Resiko defisit Observasi: S:
nutrisi b.d - Klien mengatakan
ketidak 1. Mengidentifikasi
tidak ada alergi
mampuan
menelan makana status nutrisi terhadap makanan
2. Meidentifikasi alergi dan - klien mengatakan
intoleransi makanan: klien kurang
mengatakan tidak ada alergi
makanan menyukai makan rs
3. Mengidentifikasi makanan karena tidak berasa
yang disukai - klien
4. Memonitor berat badan
mengatakan makan
sedikit-sedikit
tapi sering
5. Memonitor hasil
80
pemeriksaan laboratorium O:
- klien tampak
Terapeutik:
makan sedikit tapi
1. Melaakukan oral
sering
hygiene sebelum makan
- klien tampak sikat
2. Berikan makanan tinggi
gigi sebelum makan
serat untuk mencegah
- BB: 60 Kg
konstipasi
- Diit ML rendah garam
3. Memberikan makanan
- Porsi makan
tinggi kalori dan tinggi
yang dihabiskan ½
protein
porsi rs
4. Menganjurkan makan
A:
sedikit tapi sering
Masalah belum
Edukasi:
teratasi P:
1. Menganjurkan posisi duduk
Intervensi di lanjutkan
2. Megajarkan diet
Observasi:
yang diprogramkan
1. Menonitor berat badan
Kolaborasi: Terapeutik:
1. Kolaborasi 1. Menganjurkan
82
2. Kolaborasi dengan ahli gizi diit.
Kolaborasi
:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi
S:
Defisit perawatan Observasi: - Klien
diri b.d mengatakan badan
1. Mengdentifikasi usia dan
kelemahan segar setelah mandi
budaya dalam membantu
dibuktikan - Klien
kebersihan diri
dengan tidak mengatakan kepala
2. Mengidentifikasi
mampu mandi/ sudah tidak gatal lagi.
jenis bantuan yang
toilet secara - Keluarga mengatakan
dibutuhkan
mandiri. mengerti
3. Memonitor kebersihan tubuh
:Rambut terasa lepek, cara
badan bau keringat memandikan pasien
4. Monitor integritas kulit: yang di ajarkan
tidak ada lecet pada kulit O:
- Klien tampak sudah
besih dan rapi
Terapeutik:
83
1. Menganjurkan kelurga - Keluarga
menyediakan
tampak mendampingi
peralatan mandi (mis. klien
Sabun, sikat gigi, A:
shampoo, pelembap kulit) Masalah sebagain
2. Mnyiapkan lingkungan teratasi P:
yang aman dan nyaman Intervensi
3. Menfaasilitaskan dilanjutkan Edukasi
menggosok gigi, sesuai 1. Mengingatkan keluarga
kebutuhan membantu
4. Menfaasilitasi mandi,
sesuai kebutuhan dan mendampingi
5. Memberikan bantuan kebutuhan mandi dan
sesuai tingkat toilet pasien.
kemadirian
Edukasi:
1. Menjelaskan manfaat
mandi dan dampak tidak
mandi tehadap kesehata
2. Mengajarkan
kepada keluarga cara
memandikan
84
pasien
85
CATATAN PERKEMBANGAN
Terapeutik
O:
1. Mengatur posisi
86
klien dengan - klien tampak batuk
semi fowler
- frekunsi nafas 20 x/mnt
Edukasi 36,00c A:
1. Mengingatkan Masalah
kembali untuk
teratasi P:
melakukan batuk
efektif yang telah Intervensi dihentikan
di ajarkan
2. Mengingatkan
kembali untuk
minum air
hangat.
87
88
Observasi S:
Pola nafas tidak efektif 1. Mengobservasi - Klien mengatakan nafas
b.d suplai oksigen tidak
latihan kadang- kadang masih sesak
edekuat keseluruh
pernafasan yang di - Klien mengatakan nfas sesak
tubuh ditandai dengan
ajarkan lagi saat banyak bergerak
sesak nafas (dispnea)
2. Memonitor - Klien mengatakan melakukan
frekunsi teknik pernafasan yang di
pernafasan ajarkan yaitu pursd lip
Terapeutik breating
1. Menyediakan O:
lingkungan - Klien tampak melakukan
yang tenang latihan pernahasan yang di
2. Mengatur ajarkan
posisi nyaman - Frekunsis nafas 20 x/mnt
pasien - Terpasang oksigen 2 l/jam
3. Menendampingi - Klien masih tampak sesak
klien A:
tenik P:
Observasi
1. Mengobservasi
pernafasan pursed
latihan pernafasan yang di
lip breating
ajarkan
Edukasi
89
1. Menganjurkan
klien melakukan
latihan
pernafasan pused lip
90
breating yang 2. Memonitor frekunsi
telah di ajarkan pernafasan Terapeutik
Kolaborasi 1. Menyediakan lingkungan
1. Kolaborasi dengan yang tenang
dokter pemberian 2. Mengatur posisi nyaman pasien
oksigen. 3. Menendampingi
klien melakukan tenik
pernafasan pursed lip
breating
Edukasi
1. Menganjurkan klien
melakukan latihan pernafasan
pused lip breating yang telah
di ajarkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter pemberian oksigen.
. Observasi: S:
Intolernasi aktivitas b.d - klien mengatakan
1. Monitor pola dan
Ketidak aktivitas di bantu perawat
jam tidur yaitu
dan keluarga
klien tidur tidak
seimbangan - klien mengatakan tidur
teratur dan
antara suplai sudah mulai nyenyak
sering
91
dan
kebutuhan
oksigen
ditandai dengan sesak
92
nafas saat beraktivitas. terbangun O:
kerena sesak - klien tampak terbaring h
nafas di tempat tidur
- aktivitas tampak sebagian
Terapeutik
masih dibantu
1. menyeediakan A:
lingkungan Masalah sebagian teratasi
nyaman dan P:
rendah stimulus Terapeutik
(yaitu 1. menyeediakan
dengan membatasi lingkungan nyaman dan
pengunjung rendah stimulus (yaitu
2. Membatu
dengan membatasi
atau berjalan
Edukasi
93
1. Menganjurkan aktivitas secara bertahap
tirah baring
3. Menganjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
2. Menganjurkan
kelelahan tidak berkurang
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Observasi: S:
Resiko defisit nutrisi 1. Menonitor - klien mengatakan makan
b.d dipnea (sesak sedikit-sedikit tapi sering
nafas) berat badan - klien mengatakan makan
Terapeutik: yang habsi sudah meningkat
1. Menganjurkan dari hari yang kemaren
makan sedikit O:
tapi sering - klien tampak makan sedikit
Edukasi: tapi sering
1. Mengingatkan
94
program diit. - BB: 60 Kg
Kolaborasi: - Diit ML rendah garam
1. Kolaborasi - Porsi makan yang
dengan ahli gizi diberikan hampir habis
A:
Masalah
teratasi P:
Intervensi di hentikan
Observasi: S:
Defisit perawatan diri 1. Menanyakan - Klien sudah mandy
b.d kelemahan pasien sudah mandi - Klien mengatakan badan
dibuktikan dengan tidak atau belum sudah segar
mampu mandi/ toilet 2. Menganjurkan O:
secara mandiri. pasien mandy - Klien tampak sudah besih
3. Mendampingi dan rapi
pasien Edukasi: - Keluarga tampak
1. Mengingatkan mendampingi klien
keluarga A:
Masalah teratasi
untuk membantu
memenuhi
95
perawatan diri paisen P:
Intervensi
dihentikan 2. .
CATATAN PERKEMBANGAN
di ajarkan ruangan
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan
dokter
pemberian oksigen.
. Observasi: S:
Intolernasi aktivitas - Klien mengatakansudah
1. Monitor pola dan jam
b.d Ketidak bisa beraktivitas
seimbangan
98
antara suplai dan tidur yaitu klien O:
kebutuhan tidur tidak teratur - Klien tampak
dan sering sudah melakukan
oksigen ditandai terbangun kerena aktivitas
dengan sesak nafas sesak nafas A:
saat beraktivitas. Masalah teratasi
Terapeutik
P:
1. menyeediakan Intervensi dihentikan
lingkungan
nyaman dan
rendah
stimulus (yaitu
dengan
membatasi
pengunjung
2. Membatu
keperluan
klein
3. Menfasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat
99
berpisah
atau berjalan
10
0
Edukasi
1. Menganjurkan
tirah baring
2. Menganjurkan
melakukan
aktivitas
secara bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan
gejala
kelelahan
tidak berkurang
10
1
BAB IV
PEMBAHASA
Pengkajian merupakan tahap awal dari satu proses keperawatan, kegiatan yang dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan data sekunder lainnya seperti mencatat hasil
oleh perawat ketika menghadapi klien dengan gagal ginjal kronis gangguan sistem
perkemihan terutama pada klien dengan gagal ginjal kronik meliputi riwayat
kesehatan, review sistem (Head to toe) dan pengkajian psikososial (Somantri, 2009).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik paru yang
ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang tidak
inflamasi kronik akibat gas yang bersifat racun bagi tubuh. Penyebab utama PPOK
antara lain asap rokok, polusi udara dari pembakaran, dan partikel-partikel gas
disebabkan karena gangguan pusat pernafasan, gangguan otot dinding dada dan
2014).
Pengkajian pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis ini di dekatkan pada
fungsi paru maka tubuh akan melakukan kopensasi pada organ tersebut.
102
Pengkajian yang dilakukan kepada Ny.A dengan usia 60 tahun di dapatkan bahwa
klien masuk melalui IGD dengan Keluhan sesak nafas semenjak 3 hari yang lalu,
sesak
103
awalnya dirasakan saat beraktivitas, sesak semangkin memberat 2 jam SMRS, sedangkan
keluhan yang di dapatkan saat melakukan pengkajian pada tanggal 17 -10-2019 yaitu
klien mengatakan nafas masih sesak, sesak meningkat saat beraktivitas seperti
banyak bergerak, klien mengeluh batuk, batuk berdahak, klien mengeluh nafsu
makan menurun, susah tidur, klien juga mengatakan belum BAB semnjak 2 hari
yang lalu. vital sign yang di dapatkan saat melakukan pengkajian yaitu TD 155/88
Berdasarkan teori gejala klinis pada PPOK antara lain batuk, produksi sputum, sesak
kualitas dan intensitas sesak nafas saat melakukan aktivitas pada pasien PPOK antara
ventilasi relatif, gangguan pertukaran gas, kompresi jalan nafas dinamis dan faktor
kardiovaskuler. Oleh karena itu pada penanganan PPOK tidak hanya menghandalkan
terapi farmakologi saja melainkan terapi non-farkologi juga merupakan hal yang
Sedangkan dilihat dari ri wayat penyakit yang di alami oleh Ny.A yaitu Klien
yang lalu, dilihat dari teori salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen
hemoglobin serta hemotokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
,2012).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien PPOK yaitu antara lain
pemeriksaan darah pada pasien PPOK meliputi cek darah rutin yaitu Hb, Hematokrit,
dan leukosit. Polisitemia akan timbul sebagai tanda telah terjadi hipoksia kronik
pelebaran sela iga dan pendataran diafragma yang merupakan gambaran dari
emfisema. Emfisema merupakan salah satu bentuk PPOK. Pemeriksaan radiologi lain
yang memungkinkan dilakukan pada pasien PPOK yaitu computed tomography (CT).
seperti PPOK dan asma mengalami gangguan tidur. Jika gangguan tidur ini dia
baikan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien akibat gangguan tidur, maka
dapat dilakukan dengan pemberian terapi EEG (Electro enchelopati gram). Sampai
saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima adalah usulan dari
Rechts chaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan EEG. Pada waktu non rapid eye
movement (NREM) sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin
dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Tidur REM lebih dangkal,
ditandai dengan gerakan bola mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada
waktu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas menjadi tak teratur, aliran darah ke
otak bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai banyak gerakan tubuh.
105
Pemeriksaan fisik yang abnormal yang di dapatkan pada Ny.A yaitu pada paru-paru
saat askultasi terdengar suara tambahan yaitu ronkhi dilapang paru, pasien terpasang
oksigen 4 l/jam dengan kanul nasal. Sedangkan dari hasil pemeriksaan EKG di
dapatkan hasil Intervention sinus tachicardi R/S Invansion area vetneem Vs and V6
bilateral Besar cor normal Trachea dan medistinum di tenggah Tak tampak penebalan
Diagnosa keperawatan yang di dapatkan dari hasil pengkajian pada Ny.a yaitu yang
pertama bersihan jalan nafas b.d hipersekresi di jalan nafas ditandai dengan batuk
tidak efektif, ronkhi dan sputum berlebih dengan data subjektif klien mengeluh batuk
berdahak, klien mengatakan dahak susah keluar, sedangkan data objektif yang di
dapatkan yaitu klien tampak batuk, klien tampak letih, askultasi: suara ronkhi di paru.
Sedangkan diagnosa kedua yang di dapatkan yaitu pola nafas tidak efektif b.d suplai
oksigen tidak edekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas (dispnea)
dengan data sabjektif yaitu klien mengatakan sesak nafas, klien mengatakan sesak
bertambah saat beraktivitas, klien mengatakan badan lemas, dan data objektif klien
tampak sesak, klien terpasang oksigen 4 l/jam, klien tampak lemas, dan diagosa
ketiga yaitu intolernasi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan sesak nafas saat beraktivitas dengan data sabjektif klien
mengatakan susah tidur, klien mengatakan aktivitas di bantu dan data objektif yang di
dapatkan yaitu klien tampak berbaring lemah di tempat tidur, aktivitas klien tampak
di bantu.
keperawatan, dimana pada kasus ini rencana tindakan di ambil bedasarkan standar
106
intervensi keperawatan indonesia (SIKI). Diagnosa pertama yaitu bersihan jalan nafas
b.d
107
hipersekresi di jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, ronkhi dan sputum
berlebih dengan tujuan intervensi yaitu jalan nafas efektif dengan kriteria hasil
Observasi monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi
nafas tambahan, (mis: girgling, mengi, wheezing, ronkhi kering), monitor sputum
(jumlah, warna, aroma) sedangkan pada bagian kedua yaitu terapeutik pertahankan
kepatenan jalan napas dengan heald-tilt dan cjin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
servikal), posisikan semo fowler atau fowler, berikan minum hangat, lakukan
fisioterapi dada, jika perlu, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik, lakukan
dengan forsep McGill, berikan Oksigen, jika perlu. Bagian edukasi yang
direncanakan yaitu anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi,
ajarkan teknik batuk efektif dan pada bagian terakhir kolaborasi pemberian
Intervensi pada diagnosa kedua yaitu pada bagian pertama observasi direncanakan
kedalaman napas sebelum dan sesudah latihan, sedangkan pada bagian kedua yiatu
terapeutik menyediakan tempat yang tenang, posisikan pasien nyaman dan rileks,
tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut, pastikan tangan di dada
mundur ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan saat menarik napas,
ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahap selama tujuh hitungan,
lakukan konsekuensi yang telah ditetapkan jika tidak melakukan perilaku yang
diharapkan, modifikasi konsekuensi dan harapan perilaku, jika perlu, murunkan limit
setting jika perlu pasien mendekati perilaku yang diharapkan, sedangkan pada bagian
108
edukasi jelaskan manfaat dan konsekuensi perilaku yang diharapkan.
109
Sedangkan intervensi yang direncanakan pada diagnosa yang terakhir yaitu pada
mengakibatkan kelelahan monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan
jam tidur, monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas, dan
pada bagian terapeutik sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan), lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif, berikan
aktivitas distraksi yang menenangkan , fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpisah atau berjalan, pada bagian edukasi anjurkan tirah baring, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
kelelahan, bagian terakhir kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4.2 Analisa Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait
Pada kasus Ny.A intervensi lebih di terapkan pada diagnosa pola nafas tidak efektif
b.d suplai oksigen tidak edekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas
(dispnea) dimana pada diagnosa ini dajarkan tentang teknik pernafasan yaitu pursed
110
lip breating yaitu latihan pernapasan yang menekankan pada proses ekspirasi yang
dilakukan secara tenang dan rileks dengan tujuan untuk mempermudah proses
111
terjebak oleh saluran napas (Potter and Perry 2010). Manfaat dari latihan pernapasan
dengan teknik pursed lip ini dapat membantu meningkatkan compliance paru untuk
melatih kembali otot-otot pernapasan untuk dapat berfungsi dengan baik serta
pursed lipdapat mencegah atelektasis dan meningkatkan fungsi ventilasi pada paru,
(Westerdal 2005).
Intervensi yang diberikan juga pernah dilakukan oleh Barakatul Kamila, dkk Pada
tahun 2019 dengan judul efektivitas teknik pursed lips breathing pada pasien
penyakit paru obstruksi kronik (ppok): study systematic review dimana di dapatkan
sehari setiap pagi, siang, dan sore dengan waktu 6-30 menit selama 3 hari berturut-
meningkatkan pemenuhan oksigenisasi pada pasien PPOK dengan pola napas tidak
efektif. Selanjutnya, disarankan teknik PLB dapat dijadikan sebagai salah satu
Seiring juga penelitian yang telah dilakukan oleh Ratnaningtyassih Pamungkas, dkk
pada tahun 2016 dengan judul penelitian Efektivitas Pursed Lip breathing dan deep
Pursed Lib Breathing dan Deep Breathing terhadap penurunan frekuensi pernapasan
112
pada pasien PPOK di RSUD Ambarawa. rekomendasi hasil penelitian ini adalah
Purset Lib
113
Breathing lebih efektif digunakan untuk menurunkan frekuensi pernafasan pada
pasien PPOK
Intervensi pursed lip breating ini dilakukan selama 3 hari dimana pada hari pertama
pemberian di dapatkan frekunsi nafas 25 x/mnt, masih sesak dan terpasang oksigen
nasal kanul 4 l/jam setelah 3 hari pemberian terapi di dapatkan 20 x/mnt dengan
terpasang oksigen nasal kanul 2 l/jam dengan oksigen kadang sudah bisa dilepaskan.
Pada kasus Ny.A dalam mengatasi keluhan yang sesak nafas telah dilakukan teknik
pernafasan dengan pursed lip breating, dimana intervensi dilakukan selama 3 hari,
sedangkan alternatif lain yang mendukung dalam melakukan intervensi yaitu dengan
mengatur posisi nyaman pasien, menciptakan lingkungan yang tenang bagi pasien.
Sehingga dengan dengan pemberian intervensi pursed lip breating pada pasien dapat
114
BAB V
PENUTU
1.1 Kesimpulan
1.1.1 dari hasil pengajian kepada Ny.A dengan usia 60 tahun dengan diagnosa
menis penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dengan penyakit penyerta stroke
dan hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu. Dari hasil pengajian di dapatkan
klien mengeluh nafsu makan menurun, susah tidur, klien juga mengatakan
belum BAB semnjak 2 hari yang lalu. vital sign yang di dapatkan saat
36,0 0c.
1.1.2 Diagnosa yang di dapatkan pada kasus yaitu bersihan jalan nafas b.d
hipersekresi di jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, ronkhi dan
sputum berlebih, pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen tidak edekuat
b.d Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
1.1.3 Intervensi yang di berikan lebih ditekankan pada diagnosa pola nafas tidak efektif
b.d suplai oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas
1.1.4 Implementasi telah dilakukan selama 3 hari kepada ketiga diagnosa yang di
116
1.1.5 Evaluasi yang di dapatkan dari tiga diagnosa yang ada 2 diagnosa dapat di
atasi, yaitu pada diagnosa bersihan jalan dan intoleransi aktivitas, sedangkan
1.2 Saran
Disarankan kepada pasien untuk melakukan teknik latihan pernafasan yang telah
Saran untuk kepada lahan praktek khususnya kepada perawat untuk menerapkan
117
DAFTAR
PUSTAKA
Bare & Smeltzer. (2012). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.
EGC. Brunner & Suddarth. (2010). Buju Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih.
EGC.
Danusantosos halim. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, edisi2. EGC.
Djojodiningrat D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia.
Pamungkas, R., Arif, S., Jurusan, D., Poltekkes, K., & Semarang, K. (n.d.). EFEKTIVITAS
PURSED LIP BREATHING DAN DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI
PERNAFASAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) ialah suatu keadaan yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru . Masalah utama
yang biasanya di . 1–7.
Qamila, B., Ulfah Azhar, M., Risnah, R., & Irwan, M. (2019). Efektivitas Teknik Pursed
Lipsbreathing Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok): Study Systematic
Review. Jurnal Kesehatan, 12(2), 137. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v12i2.10180
118
SDKI, D. & P. (2016). tandar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator
diagnostik. (Edisi 1). DPPPPNI.
Smeltzer, B. &. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. EGC.
Tim Pokja SDKi DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PErsatuan Peawat Nasional Indonesia.
119
World Health Organization (WHO). (2017). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
120
121
122
123
124