Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK ( PPOK )

Oleh:

I KETUT ARI SETIAWAN

NIM. 2020207209059

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI) FAKULTAS


KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK ( PPOK )

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru
Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddarth, 2012).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu
Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30
tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit
sputum mukoid. Terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi
biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu
yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama
pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada
waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas.
Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit
tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif
dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi
sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka
prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah
timbulnya penyakit. (Price & Wilson, 2014 : 695)
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik
adalah sebagai berikut:
1. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai


pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan
terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.(5)

2. Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic, yaitu suatu perubahan


anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran
udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding
alveolus.(5)
3. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-


cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic
dan reversible akibat bronkospasme.(4)
4. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang mungkin


disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi
bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran
pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
B. PENYEBAB
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD adalah:
1. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok
berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan
metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan
bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan
pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
a. Riwayat Perokok:
1) Perokok Aktif

2) Perokok Pasif

3) Bekas Perokok

b. Polusi udara

Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,
aldehid dan ozon.
Polusi di dalam ruangan:

a) Asap rokok
b) Asap kompor

Polusi di luar ruangan: 

c) Gas buang kendaranan bermotor


d) Debu jalanan

e) Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)

c. Riwayat infeksi saluran nafas

Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita


bronchitis koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,
serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis
disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.

C. EPIDEMIOLOGI

The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan, jumlah penderita PPOK
sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56, 6 juta penderita dengan
angka prevalensi 6,3 persen (Kompas, 2016).
 Angka prevalensi bagi masing-masing negara berkisar 3,5- 6,7%, antara lain China
dengan angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa, Jepang (5,014 juta orang), dan
Vietnam (2,068 penderita).
 Sementara itu, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita dengan prevalensi
5,6 persen.
 Kejadian meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok (90% penderita
COPD adalah smoker atau ex-smoker)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di masyarakat. Di
Amerika Serikat pada tahun 2011 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK,
meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat
IV penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2011 dan angka
kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK
merupakan penyebab kematian keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada
2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%. Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa
sekitar 80 juta orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada
tahun 2005.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 2010
PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan
pada tahun 2012 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker
(WHO,2012). Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru
(30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2014).

D. PATHOFISIOLOGI

PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang berlangsung
bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya PPOK ini adalah
Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya
penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun
hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut menyebabkan
kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus
berlangsung lama, semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-
tahun dapat menyebabkan PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara menyebabkan
perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet akan meningkat
jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya peningkatan produksi
lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan
terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 2013).
C. PATHWAY
Pencetus
Asma, Bronkitis, emfisema Rokok dan Polusi

Inflamasi
PPOK

Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru Batuk

Perbesaran Alveoli Bersihan Jalan Nafas tdk


Efektif

Hipertiroid kelenjar mukosa


Inflamasi
Penyempitan salurran udara
Leukosit meningkat

hipertermi
Ekspansi paru Gg. Pertukaran Gas Imun menurun
menurun
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tida adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Gg, Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tidak
Efektif Intoleransi Aktifitas

Ansietas

Kurang pengetahuan
E. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala klinis yang timbul akan mengarah pada penyakit bronchitis,
emfisema, asthma, dan bronkiektasis

1. Batuk produktif (dahak kekuningan, darah) maupun tidak produktif

2. Sesak napas

3. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

4. Mengi atau wheeze

5. Ekspirasi yang memanjang

6. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

7. Penggunaan otot bantu pernapasan

8. Kelemahan badan

9. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

10. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan

11. Anemia

12. Mengurangi kapasitas untuk aktivitas fisik

13. Suara napas melemah

14. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Anamnesia
Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab
2. Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
3. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
4. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garis yang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran
diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal,
dan penambahan corakan kedistal.
5. Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi
dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
6. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
7. Laboratorium darah lengkap

G. PENATALAKSANAAN

1. Menghentikan merokok, menghindari polusi udara.


2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid


untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 – 2 liter/menit.

Tindakan rehabilitasi yang meliputi:


a.    Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b.   Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
c.    Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
d.   Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
e.    Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. PENGKAJIAN
Data Subjektif dan Data Objektif yang biasanya ditemukan pada pasien PPOK yaitu:
a. Data Subyektif
1) Batuk tidak efektif atau tidak batuk
2) Nafas terasa berat, dalam, dan lambat
3) Badan lemas disertai pusing
4) Kurang nafsu makan dan berat badan turun
5) Selalu terjaga pada malam hari
b. Data Objektif
1) Pernafasan dilakukan dengan usaha dan tampak adanya bantuan otot-otot
pernafasan
2) Dispneu, takipneu
3) Batuk nonproduktif ataupun produktif disertai sputum kental
4) Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksus
5) Kelainan pada bentuk dada
6) Fase ekspirasi memanjang
7) Bendungan vena jugularis
8) Suara nafas ronchii atau wheezing
9) Klien tampak kepayahan, gelisah
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen berkurang.
(obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau
kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput
paru-paru.

c. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing masing
masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
 Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
 Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
 Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
 Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :

 Berkurangnya gejala sesak nafas.


 Membaiknya faal paru.
 Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
 Memperbaiki kualitas hidup.
 Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Diagnosa
Tujuan Rencana tindakan Rasional
Keperawatan

1.    Bersihan jalan Klien dapat mening- 1.         Kaji 1.  Memantau tingkat kepatenan
nafas tidak efektif katkan bersihan jalan kemampuan klien jalan nafas dan meningkatkan
berhubungan nafas untuk memobilisasi kemampuan klien merawat diri /
dengan Kriteria hasil sekresi, jika tidak membersihkan/membebaskan
ketidakadekuatan 1.         Mampu mampu : jalan nafas
batuk, peningkatan mendemonstrasikan a.         Ajarkan 2.  Memantau kemajuan bersihan
produksi batuk terkontrol metode batuk jalan nafas
mukus/peningkatan 2.         Intake cairan terkontrol 3.  Mengencerkan secret agar
sekresi lendir adekuat b.         Gunakan mudah dikeluarkan
suction (jika perlu 4.   mengencerkan sekert
untuk mengeluarkan 5.  Menghindarkan bahan iritan
sekret) yang menyebabkan kerusakan
c.         Lakukan jalan nafas
fisioterapi dada
2.  Secara rutin tiap 8
jam lakukan
auskultasi dada untuk
mengetahui kualitas
suara nafas dan
kemajuannya.
3. Berikan obat sesuai
dengan resep;
mukolitik,
ekspektorans
4. Anjurkan minum
kurang lebih 2 liter
per hari bila tidak ada
kontra indikasi
5. Atur posisi pasien
6. Anjurkan klien
mencegah infeksi /
stressor
a.         Cegah ruangan
yang ramai
pengunjung atau
kontak dengan
individu yang
menderita influenza
b.         Mencegah
iritasi : asap rokok

2.        Gangguan Klien akan 1.         Kaji kebiasaan 1. Pasien distress pernafasan
kebutuhan nutrisi menunjukkan diit. Catat derajat sering anoreksia. Dan juga sering
kurang dari kemajuan/peningkatan kesulitan mempunyai pola makan yang
kebutuhan tubuh status nutrisi makan/masukan. buruk. Sehingga cenderung Bb
berhubungan Kriteria hasil Evaluasi BB menurun
dengan a.         Klien tidak 2. Berikan perawaatan 2.   kebersihan oral menhilangkan
ketidakadekuatan mengalami oral bakteri penumbuh bau mulut dan
intake nutrisi kehilangan BB lebih 3.   Hindari makanan eningkatkan rangsangan /nafsu
sekunder terhadap lanjut penghasil gas dan makan
peningkatan kerja b.         Masukan minuman karbont 3.  menimbulkan distensi
pernafasan, makanan dan cairan 4.   Sajikan menu abdomen dan meningkatkan
kesulitan masukan meningkat dalam keadaan hangat dispnea
oral sekunder dari c.         Urine tidak 5.   Anjurkan makan 4.   Menu hangat mempenga-ruhi
anoreksia pekat sedikit tapi sering relaksasi spingkter / saluran
d.        Output urine 6.   Kolaborasi tim pencrnaan shg respon
meningkat. nutrisi untuk mual/muntah berkurang
e.         Membran menentukan diit 5.  menegah perut penuh dan
mukosa lembab menurunkan resiko mual
f.          Kulit tidak 6.  Menentukan diit yang tepat
kering sesuai perhitungan ahli gizi
g.         Tonus otot
membaik
3.    Cemas Tujuan : rasa cemas 1.         Kaji tingkat 1. Untuk menentukan tingkat
berhubungan berkurang/hilang. kecemasan yang kecemasan yang dialami pasien
dengan kurangnya Kriteria Hasil : dialami oleh pasien. sehingga perawat bisa
pengetahuan 1.         Klien 2.         Beri memberikan intervensi yang
tentang mengungkapkan kesempatan pada cepat dan tepat.
penyakitnya. bahwa ia tidak cemas. pasien untuk 2.  Dapat meringankan beban
2.         Ekspresi mengungkapkan rasa pikiran pasien.
wajah rileks. cemasnya. 3.  Agar terbina rasa saling
3.         RR : 12 – 24 3.         Lakukan percaya antar perawat-pasien
X / menit. pendekatan kepada sehingga pasien kooperatif dalam
4.         N : 60 - 100 X klien dengan tenang tindakan keperawatan.
/ menit dan meyakinkan dan 4. Penjelasan yang sederhana dan
hindari pemberian singkat tentang tujuan intervensi
informasi atau dan pemeriksaan diagnostik serta
instruksi yang anjurkan kepada klien untuk ikut
bertele-tele dan terus serta dalam tindakan keperawatan
menerus. dapat mengurangi beban pikiran
4.         Berikan pasien.
penjelasan yang 5. Sikap positif dari tim kesehatan
sederhana dan singkat akan membantu menurunkan
tentang tujuan kecemasan yang dirasakan pasien.
intervensi dan 6. Pasien akan merasa lebih
pemeriksaan tenang bila ada anggota keluarga
diagnostik serta yang menunggu.
anjurkan kepada klien 7.  Lingkung yang tenang dan
untuk ikut serta nyaman dapat membantu
dalam tindakan mengurangi rasa cemas pasien.
keperawatan.
5.         Berikan
keyakinan pada
pasien bahwa
perawat, dokter, dan
tim kesehatan lain
selalu berusaha
memberikan
pertolongan yang
terbaik dan seoptimal
mungkin.
6.         Berikan
kesempatan pada
keluarga untuk
mendampingi pasien
secara bergantian.
7.         Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan nyaman.
4. Gangguan Tujuan : Rasa 1. Tentukan a. Nyeri dada biasanya ada
rasa nyaman: nyeri berkurang karakteristik nyeri, dalam beberapa derajat
nyeri sampai hilang. miaalnya; tajam, pneumonia, juga dapat timbul
berhubungan konsisten, di tusuk, komplikasi seperti perikarditis
Kriteria hasil:
dengan proses selidiki perubahan dan endokarditis.
a. K
peradangan karakter/intensitasnye
lien mengatakan b. Perubahan frekuensi
pada selaput ri/lokasi.
rasa nyeri jantung atau TD menunjukan
paru-paru. 2. Pantau tanda-tanda
berkurang/hilang. bahwa pasien mengalami nyeri,
vital
b. E khususnya bila alasan lain
kspresi wajah 3. Berikan tindakan untuk perubahan tanda-tanda
rileks. nyaman, misalnya; vital.
pijatan punggung,
c. Tindakan non-analgetik
perubahan posisi,
musik diberikan dengan sentuhan
tenang/perbincangan, lembut dapat menghilangkan
relaksasi/latihan ketidaknyamanan dan
napas. memperbesar efek terapi
analgesic.
4. Berikan analgesic
dan antitusif sesuai d. Obat ini dapat digunakan
indikasi. untuk menekan batuk non
produktif/proksimal atau
5. Ajarkan metode
menurunkan mukosa
relaksasi progresif
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum.

e. Untuk merilekskan otot-


otot pasien
5.Gangguan pola Tujuan : diharapkan 1.Mengkaji frekuensi, 1. Manifestasi distres
nafas berhubungan pertukaran gas pasien Kedalaman dan pernafasan tergantung pada
dengan perubahan dapat teratasi dengan kemudahan derajat keterlibatan paru dan
membran alveolus kriteria: pernafasan. status kesehatan umum
kapiler, gangguan  Pasien tidak sesak 2.Mengbsevasi warna
2. Sianosis menunjukkan
pengiriman  Tidak tampak kulit, membran
vasokontriksi atau respon
oksigen. pernapasan cuping mucosa dan kuku
tubuh terhadap demam/
hidung apakah terdapat
menggigil dan terjadi
sianosis.
hipoksemia.
3.Mempertahankan
istirahat dan tidur. 3. Menghemat penggunaan
4.Kolaborasi oksigen dengan Istirahat dan
pemberian oksigen tidur
dengan benar
4. Mempertahankan PaO2 di
atas 60 mmHg
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta.
Kusuma, Hardhi, Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta
Lynda Juall Carpenito Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC. Jakarta
Anonim. 2009. Askep-copd. Terdapat di web: http://askep-
asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-copd.html, diakses pada tanggal 1
Desember 2013 pukul 15.00 wita.
Asri, Idina. 2013. Askep PPOK dan laporan kasus. Terdapat di web:
http://idinasasri.blogspot.com/2013/02/askep-ppok-dan-laporan-kasus.html diakses pada
tanggal 1 Desember 2013 pukul 15.00 wita.
Gudril. 2011. Asuhan Keperawatan Penyakit Paru. Terdapat di web:
http://gudrilldrill.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-penyakit-paru.html diakses
pada tanggal 1 Desember 2013 pukul 15.00 wita.

ANALISA DATA DARI KASUS 1


No Data senjang Etiologi Masalah

1 DS : Obstruksi sekret, spasme Bersihan jalan nafas


bronkus tidak efektif
 Klien mengeluh sesak nafas
 Klien mengatakan batuk-batuk
tapi dahaknya sulit dikeluarkan
 Klien mengatakan sering batuk

DO :

 Terdengar suara gurgling,


 Nafas cepat dan dangkal
 Klien tampak sering batuk
 Nampak sesak nafas
2 DS : Adanya gangguan exhalasi Pola nafas tidak
efektif
 Klien mengeluh sesak nafas,
rasa sesaknya dirasakan seperti
terhimpit benda berat
 Keluarga mengatakan klien
memiliki riwayat penyakit asma

DO :

 Klien tampak sesak nafas, RR :


32 x/mnt
 Terdengar suara wheezing
diseluruh lapang paru
 Nafas cepat dan dangkal
3 DS : Bersihan jalan nafas tidak Intoleransi aktivitas
efektif –> akumulasi
 Klien mengatakan tidak bisa sekret pada jalan nafas –>
beraktivitas
 Klien mengatakan sesak ggn. Pertukaran gas –>
nafasnya bertambah bila banyak peningkatan penggunaan
bergerak atau beraktivitas energi untuk bernafas –>
penurunan energi
cadangan –> kelemahan
DO :

 Nampak aktivitas klien dibantu


 Klien nampak sesak saat
beraktivitas
4 DS : Infasi mikroorganisme Resiko gangguan
dalam tubuh –> pemenuhan kebutuhan
 Klien mengeluh mual meningkatkan aktivitas nutrisi
 Klien mengeluh tidak nafsu seluler
makan

DO :

 Klien tampak kurus


 Klien tidak mau makan

Prioritas Masalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. Pola nafas tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukkan sekresi pada jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d adanya gangguan exhalasi
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
4. Gangguan kebutuhan nutrisi b.d meningkatnya metabolisme berlebihan

INTERVENSI

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Tupan : 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk menentukan


vital intervensi selanjutnya
Setelah diberikan tindakan 2. Auskultasi bunyi 2. Bunyi nafas tidak
keperawatan selama 7hari pola pernafasan normal menandakan
nafas kembali efektif masih adanya masalah
3. Pertahankan posisi semi 3. Posisi semi fowler
Tupen : fowler dapat mengurangi
sesak.
Setelah dilakukan tindakan 4. Anjurkan kepada klien 4. Mengencerkan dahak
keperawatan selama 2 hari pola untuk minum air hangat agar mudah keluar
nafas berangsur-angsur membaik, 5. Bimbing dan latih 5. Batuk tidak terkontrol
dengan kriteria hasil : teknik nafas dalam dan adalah melelahkan
batuk efektif yang dan tidak efektif
 Sesak berkurang teratur menyebabkan frustasi
 Tidak menggunakan otot-otot 6. Membantu
pernafasan 6. Pemberian therapi pengenceran dahak
combivent + pulmocort
dengan alat nebulizer
sesuai indikasi 7. Membantu
7. Lanjutkan pemberian N mengencerkan dahak
asetyl cystein sesuai
instruksi dokter
2 Tupan : 1. Monitor kecepatan, 1. Sebagai data dasar
irama dan frekuensi untuk menentukan
Setelah diberikan tindakan pernafasan intervensi selanjutnya
keperawatan selama 5 hari 2. Pantau tanda tanda vital 2. Mengetahui kondisi
diharapkan pola nafas pasien pasien pasien dan keefektifan
kembali efektif intervensi
3. Pertahankan posisi semi 3. Posisi semi fowler
Tupen : fowler dapat mengurangi
sesak
Setelah diberikan tindakan 4. Lanjutkan pemberian 4. O2 membantu
keperawatan selama 1 hari pola O2 sesuai instruksi mengurangi sesak
nafas kembali efektif dengan dokter nafas dan juga untuk
memenuhi kebutuhan
kriteria hasil :
oksigen klien
 Sesak nafas berkurang 5. Pemberian therapi
5. Pemberian therapi sesuai instruksi untuk
 Wheezing berangsur-angsur Aminophilin dalam RL
menghilang mengurangi sesak
10 TPM dan furosemid nafas
sesuai instruksi dokter
3 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Sebagai data dasar
aktivitas klien untuk menentukan
Setelah diberikan tindakan intervensi selanjutnya
keperawatan selama 5 hari 2. Bantu klien melakukan 2. Dengan bantuan
intoleransi aktivitas teratasi aktivitas yang tidak orang lain kebutuhan
dapat dilakukan ADL klien terpenuhi
Tupen : 3. Libatkan keluarga 3. Mengurangi
dalam pemenuhan ADL ketergantungan
Setelah dilakukan tindakan klien keluarga kepada
keperawatan selama 1 hari petugas
intoleransi aktivitas berangsur- 4. Aktivitas yang sesuai
angsur teratasi dengan kriteria 4. dapat mencegah
Anjurkan klien
kekakuan otot
hasil : melakukan aktivitas
sesuai dengan
 Aktivitas klien tidak lagi kemampuannya 5. Mengurangi kerja otot
dibantu 5. Selingi periode aktivitas meminimalkan
 Saat beraktivitas klien tidak dengan istirahat penggunaan energi
sesak lagi yang berlebihan.
4 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Sebagai data dasar
pemasukan nutrisi klien untuk menentukan
Setelah diberikan tindakan intervensi selanjutnya
keperawatan selama 5 hari 2. Hindarkan klien untuk 2. Makanan yang
gangguan pemenuhan kebutuhan mengkonsumsi merangsang batuk
nutrisi berangsur-angsur terpenuhi makanan yang dapat dapat meningkatkan
merangsang batuk frekuensi batuk lebih
Tupen : tinggi
3. Berikan makanan pasien 3. Mencegah klien cepat
Setelah diberikan tindakan dalam porsi kecil tapi bosan terhadap
keperawatan selama 1 hari nutrisi sering makanan yang
berangsur-angsur terpenuhi diberikan
4. Agar dapat mengerti
dengan kriteria hasil : 4. Berikan edukasi kepada
pentingnya nutrisi
klien dan keluarga
 Nafsu makan baik bagi tubuh
tentang nutrisi
 Mual berkurang dan hilang 5. Memenuhi kebutuhan
5. Anjurkan pemberian
nutrisi klien
diet TKTP
6. Menghentikan
6. Pemberian therapi
produksi asam
sucralfat dan ranitidine
lambung dan
sesuai instruksi dokter
mengurangi rasa mual

FORMAT PENGKAJIAN DAN RESURE


GAWAT DARURAT

1. PEGKAJIAN

A. Identitas Mahasiswa
NAMA : I ketut ari setiawan
NIM : 2020207209059

B. Identitas Klien
NAMA : Tn ‘’S’’
UMUR : 25 Th
JENIS KELAMIN : Laki-laki
TANGGAL MASUK : 25 Oktober 2020
NO REGISTER : 20956
DIAGNOSA MEDIS : TENSION PNEOMOTHORAX

C. Keluhan Utama
Klien datang ke UGD diantar oleh warga akibat kecelakaan tunggal sepeda motor akibat
menabrak trotoar dalam kondisi sadar.

D. Pengkajian Primor
 Airway : Saat dilakukan Pengujian Klien dalam keadaan sadar dan mengeluh sangat
sesak. Ada jejas di bagian frontalis
 Breating : Klien mengeluh sesak nafas cepat dan dangkal dengan RR : 34x/mnt,
gerakkan dinding dada tidak simestris, ditensi vena jigularis meningkat,
devisiasi trakea ke sisi kiri, bunyi paru kanan tidak terdengar, perkusi dada
kanan hipersonor.
 Circula : didapatkan TD : 140/90 mmng R : 34x/mnt N : 110x/mnt T : 36 oc Sp02 : 90
% lemah, banyak keringat.
 Disabluty : klien dalam keadaan sadar, bcs : 15
 Eksposure : terdapat jejas di dada kanan, nyeri pada dada kanan.

E. Pengkajian sekunder
1. Riwayat Kesehatan sekarang : klien masuk UGD Dengan keadaan sadar gcs :15 akibat
kecelakaan tunggal sepeda motor. Klien mengeluh sangat sesak, nafas cepat dan dangkal
nyeri pada dada kanan, ada jejas di bagian frontea gerakkan dinding dada tidak simestris,
ada jejas di dada kanan di tensi vena jigularis meningkat, devisiasi trakea ke kiri.

2. Riwayat kesehatan lalu : Keluarga mengatakan klien tidak memiliki penyakit


keturunan / kronik. Tidak pernah dirawat di Rumah sakit hanya berobat di puskesmas saja.

3. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan /
kronik.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut pendek, bersih, tidak ada kecaman
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis
c. Telinga : Bersih tidak ada Kelainan
d. Hidung : Normal, simetris
e. Mulut : Mulut Bersih
f. Leher ; Ditensi Vena jugularis meningkat
g. Dada : Gerakan dinding dada tidak sintesis ada jejas di dada kanan
h. Abdomen : Tidak ada Kelainan
i. Extremitas : Tidak ada Kelainan
j. Kulit : Terdapat lesi dan turgor sedikit kering

F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Lab
2. pemeriksaan Radiologi – Ro. thortex

II. ANALISIS DATA

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

1. Ds : Klien Mengeluh Pola Nafas tidak Efektif Penurunan ekspasi


paru
Sangat sesak.

Do :

- Nafas cepat dan dangkal


- Perkusi dada kananhipersonor
- klientaampaksesaknafas
- Auskultasi: suara napas
menghilang di dada kanan

-gerakandinding dada
tidaksimetrris

- RR : 34x/mnt

2. Nyeri akut Trauma jaringan


Ds : Klien mengatakan Nyeri
pada dada.

Do :

- Ada jejas di dada kana

- Ada jejas di bagian


frontalis
-
- skala nyeri 5-6
-
- Banyakkeringat
-
- Distensivena jugularis
meningkat
-
- Devisiasitrakeakesisikiri

Ds : klien mengatakan lemah


3. Resiko trauma Penyakitatau proses
Do : cedera

- Spot 90 % Klien

- keluar banyak keringat.

- terabakreptasidiigake 5
midklavicula
- klienterlihatlemah
- TD : 140/90 mmg
R : 34x/mnt

N : 110x/mnt

T : 36O C
4 Ds : klienmengatakan takut dan Kurang pengetahuan mengenai kurang terpajan pada
bingung kondisi informasi

Do :

- Klientampaklemah
- Banyakkeringat
- Distensi vena
- Vena
jugularismeningkat
- TD :140/90 mmHg
N : 110 x/mnt
RR : 34 x/mnt
T : 36O C

1. DX 1: Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru


2. DX 2: Ganggun rasa nyeri akut b/d trauma jaringan
3. DX 3: Resiko truma / penghentisn napas b/d penyakit / proses cedera, sistem drainase
dada, kurang pendidikan, keamanan, pencegahan
4. DX 4: Kurang pengetahuan mengenai kondisib/d kurang terpajan pada informasi.

Perencanaan keperawatan

no tujuan intervensi rasional

1 Tujuan: Setelah diberikan Mandiri — Pemahaman penyebab


tindakan keperawatan kollaps paru perlu untuk
diharapkan pola pernapsan — Mengidentifikasi etiologi atau pemasangan selang dada
faktor pencetus, Co kollaps yang tepat dan memilih
efektif / normal .
spontan, trauma, keganasan, tindakan terapeutik lain.
Kriteria hasil: infeksi, komplikasi ventilasi — Distress pernapasan dan
mekanik perubahan pada tanda
 GDA dalam batas — Evaluasi fungsi pernapasan, catat vital dapat terjadi sebagai
normal kecepatan atau pernapasan akibat stress fisiologis
 Bebas sianosis sewrak, dispnea, keluhan Lapar dan nyeri atau dapat
 Bebas dari tanda dan Udara terjadinya sianosis, menunjukkan terjadinya
gejala hipoksia perubahan tanda vital. syok sehubungan dengan
— Auskultasi bunyi napas hipoksia/perdarahan
 Tidak ada penggunaan
— Catat pengembangan dada dan — Bunyi napas dapat
otot aksesoris posisi trakea menurun/tak ada pada
pernapasan — Kaji Fremitus lobus, segmen
— Kaji pasien terhadap nyeri tekan paru/seluruh area paru
bila batuk napas dalam (Unilateral)
— pertahankan posisi nyaman, — Pengembangan dada
biasanya dengan peninggian sama dengan ekspansi
kepala tempat tidur. Baik ke sisi paru, deviasi trakea dari
yang sakit untuk kontrol pasien area sisi yang sakit pada
untuk sebanyak mungkin tegangan pneumotorak
— pertahankan prilaku tenang, bantu — Suara dan tatil premitus
pasien untuk kontrol diri dengan (vebrasi) menurun pada
menggunakan pernapasan lebih jaringan yang terisi
lambat atau dalam cairan atau konsolidasi
bila selang di pasang : — Sokongan terhadap dada
— Observasi gelembung udara botol dan otot abdominal
penampung membuat batuk lebih
efektif atau mengurangi
trauma
— Evaluasi ketidak normalan atau — Meningkatkan inspirasi
kontinuitas gelembung botol maksimal, meningkatkan
penampung ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang
tidak sakit
— Membantu pasien
mengalami efek
fisiolagis hipoxia yang
dapat dimanifestasikan
— Tentukan lokasi kebocoran udara sebagai ansietas atau
dengan mengklem kateter thorak takut
pada hanya bagian distal sampai — Gelembung udara selama
keluar dai dada ekspirasi menunjukkan
— Berikan kassa berminyak dan atau lubang angin dari
bahan lain yang tepat disekitar pneumotorak (kerja yang
sisi pemasangan sesuai indikasi diharapkan) gelembung
— Klem seang pada bagian bawah biasanya menurun seiring
unit dreinase bila dengan expansi paru
— Posisikan sistem drainase selang dimana area pleural
untuk fungsi optimal contoh koil menurun
selang ekstra di tempat tidur, — Dengan bekerjanya
yakinkan selang tidak penghisapan,
terlipat/mengantung dibawah menunjukka kebocoran
saluran masuknya kewadah udara menetap yang
drainase, alirkan akumulasi mungkin berasal dari
drainase bila perlu pneumotorak besar pada
— Catat karakter/jumlah drainase sisi pemasangan selang
selang dada dada (berpusat pada
pasie) atau unit drainase
dada (berpusat pada
Kolaborasi sistem)
— Kaji seri foto thorak — Bila gelembung berhenti
— awasi/gambarkan seri AGD dan saat kateter diklem pada
nadi oksimetri. Kaji kapasitas sisi pemasangan,
kebocoran terjadi pada
vital atau ukuran volume tidal pasien (pada sisi
pemasukan/dalam tubuh
pasien)
— berikan O2 tambahan melalui — Biasanya memperbaiki
kanule/masker sesuai indikasi. kebocoan pada sisi
insersi
— Mengisolasi lokasi
kebocoran udara pusat
sistem
— Posisi tak tepat, terlipat
atau pengumpulan
bekuan/cairan pada
selang mengubah
tekanan negatif yang
diinginkan dan membuat
udara/cairan

— Berguna dalam
mengevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya
komplikasi./perdarahan
yang memerlukan upaya
intervensi
— Mengawasi kemajuan
perbaikan hemotorak
atau pneumotorak dan
ekspansi paru,
mengidentifikasi
kesalahan posisi selang
endotrakeal
mempengaruhi inflasi
paru
— Menjadi status
pertukaran gas dan
ventilasi perlu untuk
kelanjutan atau gangguan
dalam terapi
— alat dalam menurunkan
kerja napas,
meningkatkan
penghilangan disytress
respirasi dan sianosis,
sehubungan dengan
hopoksia

2 Tujuan: setelah diberikan Mandiri — Nyeri dada, biasanya ada


tindakan keperawatan dalam beberapa derajat
diharapkan nyeri dapat — Tentukan karakteristik nyeri, pada pneumotoraks.
mis : tajam, konstan, ditusuk. — Perubahan frekuensi
hilang atau terkontrol.
Selidiki perubahan jantung atau TD
karakter/lokasi/ intensitas nyeri. menunjukkan bahwa
Kriteria hasil:
— Pantau tanda vital. pasien mengalami nyeri,
— Berikan tindakan nyaman, mis; khususnya bila alasan
 Menunjukkan rileks
pijatan punggung, perubahan lain untuk perubahan
 istirahat/tidur, dan posisi, musik tanda vital telah terlihat.
 peningkatan aktivitas tenang/perbincangan, — Tindakan non-analgesik
dengan tepat. relaksasi/latihan napas. diberikan dengan
— Anjurkan dan bantu pasien dalam menghilangkan
teknik menekan dada dengan ketidaknyamanan dan
bantal. memperbesar efek terapi
analgesik.
— Alat untuk mengontrol
Kolaborasi ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
Berikan analgesik dan antitusif sesuai kefektifan upaya batuk.
indikasi. — Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk
nonproduktif/
paroksismal atau
menurunkan mukosa
berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/istirahat
umum.

3 Tujuan: setelah diberikan Mandiri — Imformasi tentang


tindakan keperawatan bagaimana sistem
diharapkantrauma/penghenti — kaji dengan pasien tujuan atau bekerja memberikan
pungsi unit drainase dada, catat keyakinan menurunkan
an jalan napas tidak terjadi
gambaran keamanan ansietas pasien
— pasangan kateter thorak kedinding — mencegah terlepasnya
Kriteria hasil:
dada dan berikan panjang selang kateter dad/selang
ekstra sebelum terlipat dan menurunkan
 Mengenal kebutuhan
memindahkan./mengubah psosisi nyeri/ketidaknyamanan
atau mencari bantuan
pasien sehubungan dengan
untuk mencegah
— Amankan sisi sambung selang penarikan/mengerakkan
komplikasi
— Berikan bantalan pada sisi dengan selang
plester/kassa — Mencegah terlepasnya
— Amankan unit drainase pada selang
sangkutan tempat tertentu area — Melindungi kulit dari
dengan lalu lintas rendah iritasi/tekanan
— Berikan transportasi aman bila — mempertahankan posisi
pasien dikirim unit batas tujuan duduk tinggi dan
diagnosik. Sebelumnya menurunkan risiko
memindakan periksa botol untuk kecelakaan jatuh/unit
batasan cairan yang tepat, pecah
ada/tidaknya gelembung adanya — meningkatkan
diklem atau lepaskan dari sumber kontinuitas evakuasi
penghisap. oftimal cairan/udara
— Awasi sisi luabng pemasangan selama pemindahan. Bila
selang, catat, adanya/karakteristik pasien mengeluarkan
drainase dari sekitar kateter. banyak jumlah
Ganti/pasang ulang kassa penutup cairan/udara dada, selang
steril sesuai kebutuhan harus tidak diklem atau
— Anjurkan klien untuk penghisapan dihentikan
menghindari berbaring /menarik karena risiko akulumasi
selang ulang
— Identifikasi perubahan/situasi — Memberikan pengenalan
yang dilaporkan pada perawat, dini dan mengobati
contoh perubahan bunyi adanya erosi / infeksi
gelembung, lapar udara tiba-tiba kulit
dan nyeri dada, lepaskan alat — menurunkan resiko
obstruksi/terlepasnya
selang
Obserbvasi tanda distress pernapasan
bila kateter thorak lepas/tercabut.
— Intervensi tepat waktu
dapat mencegah
komplikasi serius
— pneumotorak dapat
terulang /memburuk
karena mempengaruhi
fungsi pernapasan dan
memerlukan intervensi
darurat

4 Tujuan: setelah diberikan Mandiri — Informasi menurunkan


tindakan keperawatan takut karena
diharapkan klien — Kaji patologi masalah individu ketidaktahuan
— Identifikasi kemungkinan memberikan pengetahuan
mengetahui mengenai
kambuh/komplikasi jangka dasar untuk pemahaman
kondisi aturan pengobatan panjang kondisi dinamik dan
— kaji ulang tanda/gejala yang pentingnya intervensi
Kriteria hasil: memerlukan eveluasi medik terapeutik
cepat, contoh nyeri dada tiba-tiba, — Penyekit paru yang ada
 Mengidentifikasi dispnea, distress pernapasan seperti PPOM berat dan
tanda/gejala yang lanjut keganasan dapat
memerlukan evaluasi medik — Kaji ulang praktek kesehatan meningkatkan insiden
 Mengikuti program yang baik contok ; nutrisi baik, kambuh. Selain itu
pengobatan istirahat, latihan pasien sehat yang
 Menunjukkan menderita pneumotorak
perubahan pola hidup spontan, insiden kambuh
yang perlu untuk 10 %-15%. Orang yang
mencegah terulangnya mempunyai episode
spontan kedua berisiko
masalah
untuk insiden ketiga
(60%)
— Berulangnya
pneumotorak
/hemothorak memerlukan
intervensi medik untuk
mencegah/nenurunkan
potensial komplikasi
— Mempertahankan
kesehatan umum,
meningkatkan
penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan

Anda mungkin juga menyukai