Oleh:
NIM. 2020207209059
2. Emfisema paru
2) Perokok Pasif
3) Bekas Perokok
b. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,
aldehid dan ozon.
Polusi di dalam ruangan:
a) Asap rokok
b) Asap kompor
C. EPIDEMIOLOGI
The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan, jumlah penderita PPOK
sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56, 6 juta penderita dengan
angka prevalensi 6,3 persen (Kompas, 2016).
Angka prevalensi bagi masing-masing negara berkisar 3,5- 6,7%, antara lain China
dengan angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa, Jepang (5,014 juta orang), dan
Vietnam (2,068 penderita).
Sementara itu, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita dengan prevalensi
5,6 persen.
Kejadian meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok (90% penderita
COPD adalah smoker atau ex-smoker)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di masyarakat. Di
Amerika Serikat pada tahun 2011 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK,
meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat
IV penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2011 dan angka
kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK
merupakan penyebab kematian keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada
2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%. Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa
sekitar 80 juta orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada
tahun 2005.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 2010
PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan
pada tahun 2012 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker
(WHO,2012). Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru
(30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2014).
D. PATHOFISIOLOGI
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang berlangsung
bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya PPOK ini adalah
Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya
penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun
hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut menyebabkan
kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus
berlangsung lama, semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-
tahun dapat menyebabkan PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara menyebabkan
perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet akan meningkat
jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya peningkatan produksi
lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan
terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 2013).
C. PATHWAY
Pencetus
Asma, Bronkitis, emfisema Rokok dan Polusi
Inflamasi
PPOK
Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru Batuk
hipertermi
Ekspansi paru Gg. Pertukaran Gas Imun menurun
menurun
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tida adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Gg, Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tidak
Efektif Intoleransi Aktifitas
Ansietas
Kurang pengetahuan
E. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala klinis yang timbul akan mengarah pada penyakit bronchitis,
emfisema, asthma, dan bronkiektasis
2. Sesak napas
8. Kelemahan badan
11. Anemia
1. Anamnesia
Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab
2. Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
3. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
4. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garis yang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran
diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal,
dan penambahan corakan kedistal.
5. Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi
dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
6. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
7. Laboratorium darah lengkap
G. PENATALAKSANAAN
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
5. Pengobatan simtomatik.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 – 2 liter/menit.
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing masing
masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :
1. Bersihan jalan Klien dapat mening- 1. Kaji 1. Memantau tingkat kepatenan
nafas tidak efektif katkan bersihan jalan kemampuan klien jalan nafas dan meningkatkan
berhubungan nafas untuk memobilisasi kemampuan klien merawat diri /
dengan Kriteria hasil sekresi, jika tidak membersihkan/membebaskan
ketidakadekuatan 1. Mampu mampu : jalan nafas
batuk, peningkatan mendemonstrasikan a. Ajarkan 2. Memantau kemajuan bersihan
produksi batuk terkontrol metode batuk jalan nafas
mukus/peningkatan 2. Intake cairan terkontrol 3. Mengencerkan secret agar
sekresi lendir adekuat b. Gunakan mudah dikeluarkan
suction (jika perlu 4. mengencerkan sekert
untuk mengeluarkan 5. Menghindarkan bahan iritan
sekret) yang menyebabkan kerusakan
c. Lakukan jalan nafas
fisioterapi dada
2. Secara rutin tiap 8
jam lakukan
auskultasi dada untuk
mengetahui kualitas
suara nafas dan
kemajuannya.
3. Berikan obat sesuai
dengan resep;
mukolitik,
ekspektorans
4. Anjurkan minum
kurang lebih 2 liter
per hari bila tidak ada
kontra indikasi
5. Atur posisi pasien
6. Anjurkan klien
mencegah infeksi /
stressor
a. Cegah ruangan
yang ramai
pengunjung atau
kontak dengan
individu yang
menderita influenza
b. Mencegah
iritasi : asap rokok
2. Gangguan Klien akan 1. Kaji kebiasaan 1. Pasien distress pernafasan
kebutuhan nutrisi menunjukkan diit. Catat derajat sering anoreksia. Dan juga sering
kurang dari kemajuan/peningkatan kesulitan mempunyai pola makan yang
kebutuhan tubuh status nutrisi makan/masukan. buruk. Sehingga cenderung Bb
berhubungan Kriteria hasil Evaluasi BB menurun
dengan a. Klien tidak 2. Berikan perawaatan 2. kebersihan oral menhilangkan
ketidakadekuatan mengalami oral bakteri penumbuh bau mulut dan
intake nutrisi kehilangan BB lebih 3. Hindari makanan eningkatkan rangsangan /nafsu
sekunder terhadap lanjut penghasil gas dan makan
peningkatan kerja b. Masukan minuman karbont 3. menimbulkan distensi
pernafasan, makanan dan cairan 4. Sajikan menu abdomen dan meningkatkan
kesulitan masukan meningkat dalam keadaan hangat dispnea
oral sekunder dari c. Urine tidak 5. Anjurkan makan 4. Menu hangat mempenga-ruhi
anoreksia pekat sedikit tapi sering relaksasi spingkter / saluran
d. Output urine 6. Kolaborasi tim pencrnaan shg respon
meningkat. nutrisi untuk mual/muntah berkurang
e. Membran menentukan diit 5. menegah perut penuh dan
mukosa lembab menurunkan resiko mual
f. Kulit tidak 6. Menentukan diit yang tepat
kering sesuai perhitungan ahli gizi
g. Tonus otot
membaik
3. Cemas Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat 1. Untuk menentukan tingkat
berhubungan berkurang/hilang. kecemasan yang kecemasan yang dialami pasien
dengan kurangnya Kriteria Hasil : dialami oleh pasien. sehingga perawat bisa
pengetahuan 1. Klien 2. Beri memberikan intervensi yang
tentang mengungkapkan kesempatan pada cepat dan tepat.
penyakitnya. bahwa ia tidak cemas. pasien untuk 2. Dapat meringankan beban
2. Ekspresi mengungkapkan rasa pikiran pasien.
wajah rileks. cemasnya. 3. Agar terbina rasa saling
3. RR : 12 – 24 3. Lakukan percaya antar perawat-pasien
X / menit. pendekatan kepada sehingga pasien kooperatif dalam
4. N : 60 - 100 X klien dengan tenang tindakan keperawatan.
/ menit dan meyakinkan dan 4. Penjelasan yang sederhana dan
hindari pemberian singkat tentang tujuan intervensi
informasi atau dan pemeriksaan diagnostik serta
instruksi yang anjurkan kepada klien untuk ikut
bertele-tele dan terus serta dalam tindakan keperawatan
menerus. dapat mengurangi beban pikiran
4. Berikan pasien.
penjelasan yang 5. Sikap positif dari tim kesehatan
sederhana dan singkat akan membantu menurunkan
tentang tujuan kecemasan yang dirasakan pasien.
intervensi dan 6. Pasien akan merasa lebih
pemeriksaan tenang bila ada anggota keluarga
diagnostik serta yang menunggu.
anjurkan kepada klien 7. Lingkung yang tenang dan
untuk ikut serta nyaman dapat membantu
dalam tindakan mengurangi rasa cemas pasien.
keperawatan.
5. Berikan
keyakinan pada
pasien bahwa
perawat, dokter, dan
tim kesehatan lain
selalu berusaha
memberikan
pertolongan yang
terbaik dan seoptimal
mungkin.
6. Berikan
kesempatan pada
keluarga untuk
mendampingi pasien
secara bergantian.
7. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan nyaman.
4. Gangguan Tujuan : Rasa 1. Tentukan a. Nyeri dada biasanya ada
rasa nyaman: nyeri berkurang karakteristik nyeri, dalam beberapa derajat
nyeri sampai hilang. miaalnya; tajam, pneumonia, juga dapat timbul
berhubungan konsisten, di tusuk, komplikasi seperti perikarditis
Kriteria hasil:
dengan proses selidiki perubahan dan endokarditis.
a. K
peradangan karakter/intensitasnye
lien mengatakan b. Perubahan frekuensi
pada selaput ri/lokasi.
rasa nyeri jantung atau TD menunjukan
paru-paru. 2. Pantau tanda-tanda
berkurang/hilang. bahwa pasien mengalami nyeri,
vital
b. E khususnya bila alasan lain
kspresi wajah 3. Berikan tindakan untuk perubahan tanda-tanda
rileks. nyaman, misalnya; vital.
pijatan punggung,
c. Tindakan non-analgetik
perubahan posisi,
musik diberikan dengan sentuhan
tenang/perbincangan, lembut dapat menghilangkan
relaksasi/latihan ketidaknyamanan dan
napas. memperbesar efek terapi
analgesic.
4. Berikan analgesic
dan antitusif sesuai d. Obat ini dapat digunakan
indikasi. untuk menekan batuk non
produktif/proksimal atau
5. Ajarkan metode
menurunkan mukosa
relaksasi progresif
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum.
DO :
DO :
DO :
Prioritas Masalah :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukkan sekresi pada jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d adanya gangguan exhalasi
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
4. Gangguan kebutuhan nutrisi b.d meningkatnya metabolisme berlebihan
INTERVENSI
1. PEGKAJIAN
A. Identitas Mahasiswa
NAMA : I ketut ari setiawan
NIM : 2020207209059
B. Identitas Klien
NAMA : Tn ‘’S’’
UMUR : 25 Th
JENIS KELAMIN : Laki-laki
TANGGAL MASUK : 25 Oktober 2020
NO REGISTER : 20956
DIAGNOSA MEDIS : TENSION PNEOMOTHORAX
C. Keluhan Utama
Klien datang ke UGD diantar oleh warga akibat kecelakaan tunggal sepeda motor akibat
menabrak trotoar dalam kondisi sadar.
D. Pengkajian Primor
Airway : Saat dilakukan Pengujian Klien dalam keadaan sadar dan mengeluh sangat
sesak. Ada jejas di bagian frontalis
Breating : Klien mengeluh sesak nafas cepat dan dangkal dengan RR : 34x/mnt,
gerakkan dinding dada tidak simestris, ditensi vena jigularis meningkat,
devisiasi trakea ke sisi kiri, bunyi paru kanan tidak terdengar, perkusi dada
kanan hipersonor.
Circula : didapatkan TD : 140/90 mmng R : 34x/mnt N : 110x/mnt T : 36 oc Sp02 : 90
% lemah, banyak keringat.
Disabluty : klien dalam keadaan sadar, bcs : 15
Eksposure : terdapat jejas di dada kanan, nyeri pada dada kanan.
E. Pengkajian sekunder
1. Riwayat Kesehatan sekarang : klien masuk UGD Dengan keadaan sadar gcs :15 akibat
kecelakaan tunggal sepeda motor. Klien mengeluh sangat sesak, nafas cepat dan dangkal
nyeri pada dada kanan, ada jejas di bagian frontea gerakkan dinding dada tidak simestris,
ada jejas di dada kanan di tensi vena jigularis meningkat, devisiasi trakea ke kiri.
3. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan /
kronik.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut pendek, bersih, tidak ada kecaman
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis
c. Telinga : Bersih tidak ada Kelainan
d. Hidung : Normal, simetris
e. Mulut : Mulut Bersih
f. Leher ; Ditensi Vena jugularis meningkat
g. Dada : Gerakan dinding dada tidak sintesis ada jejas di dada kanan
h. Abdomen : Tidak ada Kelainan
i. Extremitas : Tidak ada Kelainan
j. Kulit : Terdapat lesi dan turgor sedikit kering
F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Lab
2. pemeriksaan Radiologi – Ro. thortex
Do :
-gerakandinding dada
tidaksimetrris
- RR : 34x/mnt
Do :
- Spot 90 % Klien
- terabakreptasidiigake 5
midklavicula
- klienterlihatlemah
- TD : 140/90 mmg
R : 34x/mnt
N : 110x/mnt
T : 36O C
4 Ds : klienmengatakan takut dan Kurang pengetahuan mengenai kurang terpajan pada
bingung kondisi informasi
Do :
- Klientampaklemah
- Banyakkeringat
- Distensi vena
- Vena
jugularismeningkat
- TD :140/90 mmHg
N : 110 x/mnt
RR : 34 x/mnt
T : 36O C
Perencanaan keperawatan
— Berguna dalam
mengevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya
komplikasi./perdarahan
yang memerlukan upaya
intervensi
— Mengawasi kemajuan
perbaikan hemotorak
atau pneumotorak dan
ekspansi paru,
mengidentifikasi
kesalahan posisi selang
endotrakeal
mempengaruhi inflasi
paru
— Menjadi status
pertukaran gas dan
ventilasi perlu untuk
kelanjutan atau gangguan
dalam terapi
— alat dalam menurunkan
kerja napas,
meningkatkan
penghilangan disytress
respirasi dan sianosis,
sehubungan dengan
hopoksia