Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembinaan Jejaring Rujukan lebih mengutamakan kepada upaya peningkatan


mutu pelayanan dan pencegahan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
serta menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Pada saat ini angka kematian ibu
dan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi yaitu 3-6 kali dari angka
kematian di ASEAN (Badan Pusat Statistik 2005).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan barat dilihat dari hasil sensus
penduduk pada tahun 2010 sebesar 240 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
Kemenkes tahun 2013, kematian ibu sebagian besar disebabkan karena
perdarahan (28%), Eklampsia (24%), dan Infeksi (11%). Menurut SDKI tahun 2012
AKI di tingkat Nasional sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
tahun 2015 target MDG’s menurunkan angka kematian ibu sebanyak 102 per
100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan jika di lihat berdasarkan kasus kematian maternal yang terjadi
pada tahun 2017 di Kalimantan barat, tercatat sebanyak 98 kasus kematian
ibu.Sehingga jika di hitung angka kematian ibu maternal dengan jumlah
kelahiran hidup sebanyak 86.572,maka kematian ibu maternal di kalimantan
barat pada tahun 2016 adalah sebesar 113 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan tahun 2012 AKB menurut SDKI sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup.
MDG’s menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000
kelahiran.
Dalam berbagai studi ditemukan keadaan yang melatar belakangi kematian
ibu, yang dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Terlambat mengenali tanda bahaya dan pengambilan keputusan di tingkat
keluarga untukmencari pertolongan tenaga profesional.
2. Terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan/ terlambat merujuk
3. Terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan/
terlambat mengobati.
Sedangkan penyebab terbanyak kematian neonatus usia 0-6 hari yaitu
gangguan pernafasan 35,9%, prematuritas 32,4% dan sepsis 20%.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam Pelayanan Obstetri

1
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Dimana pelayanan
PONEK yang bermutu ditentukan oleh faktor input proses dari pelayanan itu
sendiri. Faktor input dari pelayanan itu sendiri meliputi kebijakan, tenaga yang
melayani, sarana dan prasarana, standar asuhan kebidanan, standar atau
pedoman lain yang tesedia serta metoda yang di sepakati.
Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input
yang ada dalam interaksi antara bidan yang ada dengan pasien, meliputi
penampilan kerja sesuai dengan standar, hubungan interpersonal dan penerapan
etika dan kode etik kebidanan.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Rumah Sakit mampu
PONEK 24 jam adalah rumah sakit yang mampu menyelenggarakan pelayanan
kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam
dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, sarana prasarana dan
manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan
memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan perubahan perilaku dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Untuk meningkatkan kerjasama anatar jejaring diwilayah RSUD Kabupaten
Melawi.
2. Khusus
a. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek
administrasi dan manajemen, kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta
prosedur pelayanan di Rumah Sakit
b. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan maternal dan perinatal
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di Rumah
Sakit

2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Rujukan medis sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 tahun
2009 merupakan kegiatan rujukan yang berkaitan dengan urusan medis dan
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Rujukan kasus, rujukan kasus merupakan rujukan yang berkaitan dengan
kasus yang dialami klien dalam hal ini komplikasi ibu dan bayi baru lahir /
neonatus.
2. Rujukan laboratorium, rujukan bahan laboratorium yang berkaitan dengan
kebutuhan diagnose komplikasi ibu dan bayi baru lahir / neonatus.
3. Rujukan ilmu, rujukan ilmu pengetahuan diantara tenaga Kesehatan dalam
rangka peningkatan pengetahuan penanganan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir / neonatus dimana pihak yang lebih kompeten akan memberikan ilmu
sesuai kebutuhan dan kewenangan.

D. Batasan Operasional
Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari
sarana pelayanan primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier. Sistem
rujukan dibangun dengan membuat jejaring antar fasilitas dan pemangku
kepentingan agar pelayanan rujukan kegawatdaruratan ibu dan BBL / neonatus
dapat menjadi efektif, efisien dan berkeadilan. Terdapat dua prinsip yang perlu
diperhatikan agar dapat dihasilkan suatu sistem jejaring pelayanan rujukan yang
efektif, efisien dan berkeadilan, yaitu :
1. Kolaborasi
Mengingat sistem Kesehatan nasional di Indonesia berjenjang dari tingkat
kompetensi terendah di tingkat bidan di desa atau bidan praktik swasta
sampai tingkat tertinggi yaitu rumah sakit tersier yang melibatkan pelayanan
sektor pemerintah maupun swasta serta mempunyai tingkat kewenangan yang
berbeda maka prinsip kolaborasi antar fasilitas yang berbeda tersebut menjadi
sangat penting khususnya bagi komplikasi ibu dan BBL ( neonatus ) yang
merupakan keadaan gawat darurat. Sangat penting pula untuk Bersama-sama
memahami peran dokter spesialis dikabupaten / jejaring rujukan sebagai
Pembina fungsional dalam kolaborasi ini. Kolaborasi antar fasilitas baik publik
maupun swasta diharapkan akan membentuk suatu jejaring system rujukan

3
pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir / neonatus didalam
suatu wilayah tertentu misalnya suatu kabupaten atau kota tertentu
2. Pertukaran informasi
Agar dapat terbangun suatu jejaring system rujukan yang efektif dan
efisien, maka antar pemberi layanan di semua fasilitas yang telah berjejaring
seharusnya terjadi suatu pertukaran informasi yang tepat dan sama. Hal ini
harus secara berkesinambungan di sosialisasikan agar semua pemberi layanan
dalam suatu jaringan bisa saling berkomunikasi dengan baik, tepat sasaran
karena memiliki informasi dan pemahaman yang sama.

E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 001 tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

4
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Buku Pedoman penyelenggaraan Pelayanan PONEK, maka


standar kebutuhan tenaga di RSUD Kabupaten Melawi dijabarkan sebagai
berikut:
Kualifikasi
Nama Jabatan
Formal Non Formal
Ketua Tim PONEK Dokter Spesialis Kebidanan Pelatihan PONEK
dan Penyakit Kandungan
Koordinator IGD Pendidikan dokter Pelatihan PONEK
Koordinator Klinik DIII Kebidanan Pelatihan PONEK
Kandungan
Koordinator DIII Kebidanan Pelatihan PONEK
Pelayanan VK dan
Kamar Bersalin
Koordinator Dokter Spesialis Anak Pelatihan PONEK
Pelayanan DIII Kebidanan / Keperawatan
Neonatus /
Perinatologi

B. Distribusi Ketenagaan

Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berkualitas untuk menjamin
dilaksanakannya pelayanan yang telah ditentukan, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Ketua Tim PONEK
Adalah seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang
terlatih..
2. Koordinator IGD
Adalah Dokter Umum yang bertugas di IGD.
3. Koordinator Klinik Kandungan
Adalah lulusan DIII Kebidanan dengan masa kerja minimal 3 tahun.
4. Koordinator Pelayanan VK dan Kamar Bersalin
5
Adalah lulusan DIII Kebidanan dengan masa kerja minimal 3 tahun.
5. Koordinator Pelayanan Neonatus/ Perinatologi
Adalah seorang Dokter Spesialis Anak yang terlatih mendampingi petugas
lulusan DIII Kebidanan atau Keperawatan/ S1 Keperawatan dengan masa
kerja minimal 3 tahun.

C. Pengaturan Jaga
Jam Dinas
1. Dinas Pagi : 07.00 – 13.00
2. Dinas Sore : 13.00 – 19.00
3. Dinas Malam: 19.00 – 07.00
4. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan siap 24 jam menangani kasus
maternal (terjadwal)
5. Dokter Spesialis Anak siap 24 jam menangani kasus neonatal dan pediatrik
(terjadwal)
6. Tenaga bidan siap 24 jam melayani kasus maternal neonatal (terjadwal)

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

(Ada pada lampiran)


1. Rancangan bangunan dari ruang tindakan maternal dan neonatal (Kamar
Bersalin dan R. Neonatus) adalah sebagai berikut:
1.1 Mudah dicapai oleh pasien
1.2 Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan pelayanan
1.3 Lalu lintas teratur sehingga tidak terjadi kesimpang siuran
1.4 Adanya perbatasan yang jelas yang memisahkan antara fasilitas umum
dan khusus bagi pelayanan maternal dan neonatal.
1.5 Kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan (R.
Tunggu) yang nyaman
1.6 Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, linen, dan obat
farmasi
2. Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetri neonatal emergensi
komprehensif:
2.1 Ruang bersalin (ruang tindakan, ruang persalinan)
2.2 Ruang nifas (ruang perawatan ibu)
2.3 Ruang perinatal
2.4 Poliklinik Kandungan
2.5 Poliklinik Anak
2.6 Instalasi Gawat Darurat
2.7 Ruang rawat intensif ICU
2.8 Pelayanan Ruang Operasi dan Rawat Inap

7
DENAH PONEK

R. Tunggu

R. Nifas
Station
Nurse
R.
US
G

R.
Al
at
R.
Neo
nat
us
R. Tindakan

R.
Cuci
Alat
WC

WC
R.Isol
asi
WC

8
DENAH RUANG KEBIDANAN DAN PERINATOLOGI RSUD KABUPATEN MELAWI

GUDANG

ALAMANDA
PEONY VIP 2
IB

ALAMANDA
PEONY VIP 1
IA

AMARILIS AMARILIS
II A II B

MANDEVILLA RUANG
III B VK

RUANG JAGA
RUANG
BIDAN
TINDAKAN

Ruang Laken

RUANG JAGA
BIDAN

9
DENAH POLIKLINIK RSUD KABUPATEN MELAWI

L
R. MCU
O
K
E
Kasir
T

Lobby

R. Informasi
(HUMAS)

R. Poli Bedah R. Poli Gigi

R. Poli
Penyakit R. Poli Mata
Dalam

R. Poli Syaraf R. USG


Kebidanan

R. Poli KIA R. Poli DOTS

Wc
Wc Wc

10
DENAH KAMAR OPERASI RSUD KABUPATEN MELAWI

OK OK

OK OK

R. Persiapan

R. Ganti R. Ganti

R. Istirahat
R. Obat
Dokter

R. Diskusi
R. Dokter
Dokter

R. Perawat R. Perawat

11
B. Standar Fasilitas

Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PONEK harus


dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
3. Ruang pulih atau observasi pasca tindakan (ruang bersalin).
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
internal.
4.1 Kriteria Umum Ruangan
4.1.1 Struktur Fisik
a. Lantai harus porselen
b. Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci
4.1.2 Kebersihan
a. Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran
dapat terlihat dengan mudah.
b. Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah rumah sakit
c. Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-
langit
4.1.3 Pencahayaan
a. Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik.
b. Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga
tidak masuk.
c. Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak
membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh.
d. Tersedia peralatan gawat darurat.
e. Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus
4.1.4 Ventilasi
a. Ventilasi termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang.
b. Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c. Suhu ruangan harus dijaga 24-26°C
d. Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).

12
4.1.5 Pencucian tangan
a. Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
desinfektan yang dikendalikan dengan siku.
b. Wastafel, kran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian
yang sesuai ( dari lantai dan dinding ).
c. Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
d. Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air
yang dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak
ada kawat terbuka.
e. Harus ada handuk ( kain bersih ) atau tisu untuk
mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah wastafel.
4.2 Kriteria Khusus Ruangan
4.2.1 Area cuci tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur
adalah 6 meter dengan wastafel.
4.2.2 Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus
atau IGD.
a. Ada satu ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam Unit
Perawatan Khusus. Tujuan kamar ini ialah memberikan
pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi pasien, misalnya
syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi.
b. Dilengkapi dengan meja resusitasi bayi.
c. Kamar PONEK :
 Ruang berukuran 15 m²
 Berisi lemari dan troli darurat
 Tempat tidur bersalin serta tiang infus
 Pemancar panas (Infant warmer)
 Meja, kursi
 Aliran udara bersih dan sejuk
 Pencahayaan
 Lampu sorot dan lampu darurat
 Mesin isap
 Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding
(outlet)
13
 Lemari isi perlengkapan persalinan, obat, atau infus
 Alat resusitasi dewasa dan bayi
 Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
 Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
 Sarana pendukung meliputi toilet, kamar tunggu keluarga,
kamar persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar
jaga, ruang sterilisator dan jalur ke ruang bersalin/ kamar
operasi
4.2.3 Ruangan Maternal
a. Kamar Bersalin
 Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD.
 Ruangan berukuran 12 meter ( 6 meter untuk masing -
masing pasien )
 Tiap ibu bersalin punya privasi agar keluarga dapat hadir
 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang
 Terdapat dua kamar bersalin
 Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar
neonatal,untuk memudahkan transpor bayi dengan
komplikasi ke ruang rawat
 Ruang bersalin merupakan unit terintegrasi kala 1, kala 2
dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh
sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi
 Kamar bersalin dekat dengan ruang jaga perawat ( nurse
station ) agar memudahkan pengawasan ketat setelah
pasien partus sebelum dibawa ke ruang rawat (post partum)
 Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
 Ruang post partum cukup luas
 Jumlah tempat tidur per ruangan maksimal 4
 Tiap ruangan mempunyai jendela sehingga cahaya dan
udara cukup
 Ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan

14
 Ruang perawat ( nurse station ) berisi meja, telepon, lemari
berisi perlengkapan darurat atau obat
 Ruang tindakan operasi kecil atau one daycare, untuk
kuret, penjahitan dan sebagainya berisi meja operasi
lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil,
wastafel cuci tangan operator, perlengkapan kuret dan
sebagainya
 Ruang tunggu bagi keluarga pasien berisi kursi
b. Pojok Laktasi
Terdapat ruangan yang berisi meja dan kursi
4.2.4 Ruangan Operasi
a. Ruang kamar operasi diperlukan untuk tindakan operasi
seksio sesaria atau laparatomi.
b. Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam
kamar operasi tersedia pemancar panas (Infant Warmer) dan
perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
c. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah berisi
meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/ nadi,
oksigen dan sebagainya, tempat rekam medik dan troli
darurat.
d. Pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
e. Fasilitas pelayanan berikut untuk kamar operasi :
 Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas
lalu lintas orang.
 Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih.
Ruang ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor,
tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas
air panas atau dingin, ada meja kerja dan kursi, troli.
 Saluran pembuangan kotoran atau cairan
 Ruang tunggu keluarga
 Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Ada autoklaf besar berguna bila darurat
 Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat

15
 Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang,
terdapat di depan kamar operasi. Wastafel itu dirancang
agar tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan steril
 Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi
linen, baju dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli
pembawa linen
 Ruang gas atau tabung gas
 Kamar ganti pria dan wanita
 Kamar jaga dokter
 Kamar jaga perawat
 Kamar rumatan rumah tangga (house keeping) berisi lemari,
meja, kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember,
perlengkapan kebersihan dan sebagainya
 Ruang tempat brankar dan kursi dorong
4.2.5 Ruangan Penunjang
a. Ruang perawat / bidan
b. Ruang Rekam Medik
c. Toilet petugas
d. Ruang loker staf / perawat
e. Ruang rapat / konferesi
f. Ruang keluarga pasien
g. Ruang cuci
h. Ruang obat, wastafel, meja kerja dan sebagainya
i. Ruang linen bersih
4.2.6 Laboratorium 24 jam
4.2.7 Radiologi 24 jam
4.2.8 Pelayanan darah 24 jam
4.2.9 Peralatan Esensial

Tabel Peralatan Maternal Esensial


No Jenis Peralatan Jumlah
1 Kotak resusitasi, berisi :
- Balon yang bisa mengembang
sendiri berfungsi baik 1
- Bilah laringoskop berfungsi 0
16
baik
- Bola lampu laringoskop
berfungsi baik 0
- Bola lampu laringoskop 0
ukuran dewasa
- Baterai AA (cadangan) untuk 0
bilah laringoskop 0
- Bola lampu laringoskop 1
cadangan 1
- Selang reservoir oksigen 1
- Masker oksigen dewasa 1
- Pipa endotrakeal 1
- Plester 1
- Gunting 1
- Kateter penghisap 1/1/1/1/1
- Sonde Fr no 5 1
- Alat suntik 1, 3, 5, 10, 20 cc 1
- Ampul epineprin / adrenalin 1
- NaCl 0,9% / RL 0
- MgSO 40% 1
- Sodium bikarbonat 8,4 % 1
- Kateter vena
- Infus set
2 Inkubator 1
3 Penghangat (radiant warmer) 1
4 Ekstraktor Vakum 0
5 Forceps 0
6 AVM ( Aspirasi Vacum Manual) 1
7 Monitor denyut jantung /
1
pernafasan
8 Foetal dopler 1
9 Set seksio sesaria 1

Tabel Peralatan Neonatal Esensial


No Jenis Peralatan Jumlah

17
1 Infant warmer (1 unit di Neonatus,
1 unit di VK, 1 unit di Kamar 3
operasi
2 Bed site monitor (Pulse oxymeter
1
neonatus)
3 Terapi Sinar 2
4 Syringe Pump 5
5 Tabung oksigen (mobile) 1
6 Lampu Tindakan 1
7 Resusitator neonates 1
8 Suction manual 1
9 Suction listrik 1

18
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN RAWAT JALAN


Tata laksana pelayanan perinatal risiko tinggi dalam ruang lingkup pelayanan
rawat jalan meliputi Klinik Kandungan dan Klinik Anak yang terjadwal setiap hari
kerja Senin sampai dengan Kamis pukul 08.00 – 13.00 WIB dan hari Jumat pukul
08.00 – 11.00 WIB.
Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan adalah :
1. Klinik anak
Pemeriksaan bayi sehat maupun sakit yang dilakukan setiap hari senin –
kamis pukul 08.00 – 13.00 WIB dan hari Jumat pukul 08.00 – 11.00 WIB oleh
dokter spesialis anak meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kondisi
umum dan fisik, pemantauan pemberian ASI dan kemampuan minum bayi serta
pemeriksaan tanda-tanda infeksi tali pusat.
2. Klinik Kandungan
Pelayanan pasien di Klinik Kandungan dilakukan oleh Dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan setiap hari Senin sampai dengan Kamis pukul 08.00
– 13.00 WIB dan hari Jumat pukul 08.00 – 11.00 WIB.
2.1 Kebidanan
a. Pemeriksaan kehamilan rutin bagi ibu hamil, meliputi pencatatan
keluhan, penimbangan berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan fisik
dan kondisi kandungan. Pada kasus tertentu dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan USG janin.
b. Pemeriksaan masa nifas bagi ibu post partum, meliputi pencatatan
keluhan, pemeriksaan fisik, perawatan luka episiotomy atau luka post
operasi.
c. Di klinik ini juga melayani deteksi kehamilan yang mempunyai risiko
tinggi serta penatalaksanaannya bahkan pencegahan komplikasi lebih
lanjut dengan intervensi pengobatan yang diperlukan, dilakukan
pencatatan serta perencanaan dalam proses persalinan untuk kasus risiko
tinggi.
2.2 Pelayanan KB
a. Sasaran : setiap pasangan suami istri usia produktif, untuk mengatur
kehamilan
b. Jenis layanan kontrasepsi : IUD, pil KB, suntik, kondom, MOW
19
2.3 Kandungan
Pelayanan pemeriksaan wanita dengan gangguan ginekologis, misalnya
mioma uteri, kista uteri, endometriosis, dll.

B. PELAYANAN RAWAT INAP


Pelayanan rawat inap secara fungsional melalui dua pintu, baik dari klinik rawat
jalan maupun dari IGD dengan kasus kehamilan patologis dengan persalinan yang
direncanakan maupun kasus rujukan dengan kondisi gawat darurat. Pelayanan
rawat inap maternitas ada di lantai 1 dengan kapasitas 15 TT yang terdiri dari VK 2
bed, dan untuk neonatus terdapat 13 box, 1 infant warmer dan 1 portable incubator
dan 2 baby incubator. Sedangkan di ICU belum tersedia baby incubator, infant
warmer dan portable incubator.

1. Pelayanan Ibu Bersalin


a. Tim PONEK yang melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 hari
seminggu
b. Ruangan bersih yang memadai
c. Persalinan dengan pendampingan keluarga
d. Penyuluhan dan KIE mengenai persalinan, perawatan nifas, perawatan
payudara, dan keluarga berencana lainnya
e. Senam nifas
f. Penanganan kegawat daruratan sedini mungkin mulai dari IGD dan VK
g. Pelaksanaan rawat gabung
h. Penyuluhan gizi
i. Pencatatan pada register jumlah ibu bersalin
j. Melaksanakan rujukan

2. Pelayanan Bayi
a. Ruangan bayi yang memadai, bersih, aman dan nyaman
b. Pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
c. Pelaksanaan PMK
d. Imunisasi bayi
e. Pemeliharaan kesehatan bayi dan ibu

20
f. Pemantauan tumbuh dan kembang
g. Penerapan ASI Eksklusif
h. Pencatatan bayi baru lahir
i. Melaksanakan rujukan

C. SISTEM IDENTIFIKASI
Pendaftaran pasien dalam lingkup pelayanan perinatal risiko tinggi dilakukan
oleh petugas khusus di TPPRJ/TPPRI (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat
jalan/Rawat Inap). Sistem pemberian nomor RM secara langsung (belum sentral).

D. KLASIFIKASI PENYAKIT
Berbagai klasifikasi kasus yang menjadi bagian dalam pelayanan maternal neonatal
tinggi adalah :
1. Kasus terkait dengan kehamilan ibu
a. Kehamilan normal
b. Pelayanan kesehatan maternal dengan masalah yaitu :
 Syok
 Perdarahan pada kehamilan muda
 Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
 Perdarahan pasca persalinan
 Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan atau koma, tekanan darah
tinggi
 Persalinan lama
 Malpresentasi dan malposisi
 Demam dalam kehamilan dan persalinan
 Demam pasca persalinan
 Nyeri perut pada kehamilan muda, pada kehamilan lanjut dan persalinan
 Gerak janin tidak dirasakan
 Ketuban Pecah Dini (KPD)
 Gawat janin dalam persalinan
2. Kasus terkait dengan kesehatan neonatus
a. Neonatus normal
b. Neonatus bermasalah :
 Asfiksia neonatorum
 Sepsis
21
 Trauma lahir
 Sindroma gangguan pernafasan
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
 Kelainan congenital
 Ikterus neonatorum
 Bayi baru lahir dengan ibu bermasalah: ibu dengan hepatitis B, diabetes
mellitus dan ibu dengan TBC.

E. PENYELESAIAN DAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS


Data rekam medis yang berkaitan dengan pelayanan perinatal risiko tinggi
disesuaikan dengan persyaratan dan ketentuan dari Unit Rekam Medis baik dalam
hal pengisian, waktu penyelesaian, kelengkapan serta pengembalian data. Pengisian
rekam medis sesuai dengan ketentuan rekam medis dan pengembalian rekam medis
maksimal 2x24 jam.

F. SISTEM RUJUKAN
1. Pengertian Rujukan
Sistem Rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik secara vertikal
maupun horizontal, struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau
permasalahan kesehatan. Kegiatan rujukan mencakup:
a. Rujukan Pasien
 Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah
sakit.
 Rujukan eksternal adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit
dengan mengikuti sistem rujukan yang ada.
b. Rujukan atas permintaan pasien / keluarga
2. Sistem pelayanan rujukan maternal dan perinatal di RSUD Kabupaten Melawi
Bila pasien maternal dan perinatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk
ke sarana kesehatan yang lebih lengkap fasilitas dan tenaga kesehatannya.
Harus ada koordinasi, mudah dijangkau sehingga tidak merugikan pasien.
Mudah, cepat dan tepat adalah yang utama.
Rujukan internal rumah sakit berpedoman kepada prosedur rujukan di dalam
rumah dan mekanisme kerja di bagian anak, obstetri dan ginekologi. Rujukan
eksternal mengikuti rujukan sesuai jenjang pelayanan.
22
a. Persiapan rujukan pasien ke jenjang pelayanan yang lebih tinggi:
 Menyiapkan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
 Memberi penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk ke rumah
sakit lain.
 Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan
yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
 Pada saat merujuk pasien harus disertakan surat rujukan dan resume
medik pasien yang meliputi : riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien
yang dibuat saat kasus diterima perujuk, tindakan atau pengobatan yang
telah diberikan dan keterangan lain yang perlu disampaikan terkait dengan
kondisi pasien.
 Proses pelaksanaan rujukan harus mendapat persetujuan dari dokter dan
keluarga.
b. Rumah Sakit sebagai penerima rujukan :
 Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan
yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
 Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah jika dibutuhkan
 Pasien / keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan / perawatan yang
akan dilaksanakan.

23
BAB V

LOGISTIK

A. PROSEDUR PENYEDIAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT


Di RSUD Kabupaten Melawi, dalam pemenuhan standar fasilitas dan peralatan
sudah diatur dalam prosedur pengadaan barang. Pengadaan barang sendiri terdiri
dari yang direncanakan atau yang masuk dalam RAPB (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja) Rumah Sakit (Budgeter) dan yang tidak direncanakan (non
budgeter).
Sistem yang digunakan oleh RSUD Kabupaten Melawi dalam pemenuhan
standar fasilitas/ peralatan adalah sebagai berikut :
1. Logistik Farmasi
Pengadaan logistik obat-obat kegawatan dan alkes dengan menggunakan Form
SIP. Bentuk Formulir berbeda pada pembelian Alkes yang harganya > Rp.
5.000.000,- dan < Rp. 5.000.000,-. (Formulir terlampir).
2. Logistik Umum
Pemenuhan kebutuhan ATK, Rumah Tangga, Mebeler dan Electronik dengan
menggunakan Form SIP (Surat Ijin Pembelian). Jika pengadaan barang inventaris
dengan harga < Rp. 1.000.000, dapat langsung diajukan melalui logistic umum
dengan disetujui oleh Kabag yang bersangkutan. Tetapi jika harganya > Rp.
1.000.000,- diajukan melalui Tim pembelian / pengadaan barang. (Form
terlampir).

B. PERENCANAAN PERALATAN DAN PEREMAJAAN


Perencanaan peralatan dan peremajaan adalah suatu kegiatan untuk
merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai
pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena keausannya.
Tujuan perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar peralatan
yang digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti
perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang kelancaran pelayana

24
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksanya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
5. Mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan
suatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. Demi melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit . Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1.1 Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
1.2 Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
1.3 Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal
potensial bermasalah.

25
1.4 Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
1.5 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
1.6 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
1.7 Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
2. Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan di ruang rawat inap
ibu dan anak adalah :
2.1 Ketepatan Identitas
Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn / Ny / An), salah
jenis kelamin dan salah alamat.
2.2 Terpasang gelang identitas pasien rawat inap
Target 100%. Pasien yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas
pasien.
2.3 Pelaksanaan SBAR
Target 100%. Konsul ke dokter via telp menggunakan metode SBAR.
2.4 Ketepatan penyampaian hasil pemeriksaan penunjang
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah ketik hasil, mengetik
terbalik dengan hasil lain, hasil tidak terketik dan salah identitas
2.5 Ketepatan pemberian obat
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah jumlah,
salah jenis, kurang / kelebihan dosis, salah rute pemberian, salah identitas
pada etiket dan salah pasien.
2.6 Ketepatan Tranfusi
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah dan salah pasien.
3. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
3.1 Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit

26
3.2 Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3.3 Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
3.4 Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
3.5 Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
3.6 Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut di atas
3.7 Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di
atas) dan melakukan self assessment dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
3.8 Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
3.9 Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
4. Sasaran Keselamatan Pasien Tim PONEK di RSUD Kabupaten Melawi
4.1 Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
4.2 Peningkatan komunikasi yang EFEKTIF
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur Write back, Read back dan Repeat back (reconfirm).
4.3 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
4.4 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi.
Sasaran keselamatan pasien ini bertujuan untuk mencegah salah operasi,
salah posisi, dan salah pasien. Dilakukan pada pasien operasi / tindakan
invasif:
 Penandaan (Mark Site) :
Yaitu penandaan daerah operasi / tindakan invasif yang dilakukan oleh
dokter operator dengan menggunakan spidol permanen. Bila jenis operasi
elektif, penandaan dilakukan di ruang rawat inap, sedangkan operasi cito
penandaan dilakukan IGD / rawat inap

27
 Proses pre verifikasi :
Pre verifikasi pra operasi adalah kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh
tim bedah sebelum tindakan operasi / invasif dilakukan.
Tujuannya memastikan bahwa semua dokumen, foto rontgen, hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang;
memastikan peralatan khusus / implant tersedia dan memverifikasi
lokasi, prosedur dan pasien yang tepat.
 Proses Time – Out
Proses time out terdiri dari 3 yaitu :
• Sign in
• Time out
• Sign out
 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi bisa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia
yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi
infeksi ini maupun infeksi – infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat.
 Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien
yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang
tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat
atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu
kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan dan lain sebagainya.

28
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut
di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjainya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
wargenegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Tim PONEK dan perlindungan terhadap
rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja/ aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

29
B. TUJUAN KESELAMATAN KERJA
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSUD Kabupaten Melawi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya tinggi.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran, dll.
Tata laksana Keselamatan Karyawan
1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan
infeksi, yaitu:
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan
infeksi.
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot / alas
kaki tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu :urin, darah, muntah, sekret, dll.
c. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, misal : memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang
infus, dll.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
pasien

30
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
3. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilisasi yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
4. Menggunakan baju kerja yang bersih
5. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus:
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
b. Hepatitis B atau C

31
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator mutu pelayanan maternal
dan neonatal RSUD Kabupaten Melawi mengacu pada Pedoman Indikator Mutu
Rumah Sakit yaitu :

A. Kejadian kematian ibu


karena eklampsi
Ruang Lingkup : Kejadian kematian ibu karena eklampsi
Dimensi mutu : Keselamatan
Tujuan : Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit
terhadap kasus eklampsi
Definisi operasional : Angka yang menunjukkan banyaknya ibu
yang meninggal karena eklampsi
Kriteria Inklusi : Suatu kelainan akut yang terjadi pada
wanita hamil dalam persalinan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang-
kejang atau komplikasi
Kriteria eksklusi : Hipertensi menahun (kronik)
Numerator (pembilang) : Jumlah ibu meninggal karena eklampsi
per bulan
Denominator (penyebab) : Jumlah ibu dengan eklampsi pada bulan
tersebut
Standart : 0,5%

B. Kejadian kematian ibu


melahirkan karena
pendarahan
Ruang Lingkup : Kejadian kematian ibu melahirkan karena
pendarahan
Dimensi mutu : Keselamatan dan kompetensi
Tujuan Rumah Sakit : Mengetahui mutu pelayanan persalinan

32
Definisi operasional : Angka yang menunjukkan banyaknya ibu
yang meniggal karena pendarahan yang
dapat terjadi pada semua kala dalam
persalinan
Kriteria inklusi : Disebabkan antara lain APB, ruptur uteri,
kegagalan uri (plasenta) untuk keluar
secara spontan (retensio placenta), tidak
berkontraksinya rahim ibu (atonia uteri)
Kriteria enklusi : Pendarahan karena trauma pada perut
atau karena tindakan fisik yang lain yang
tidak berhubungan dengan proses
persalinan
Numerator(pembilang) : Jumlah ibu melahirkan yang meninggal
karena pendarahan per bulan
Denominator (penyebab) : Jumlah ibu yang melahirkan dengan
pendarahan pada bulan tersebut
Standar : 0,5%

C. Kejadian kematian ibu


melahirkan karena sepsis
Ruang lingkup : Kejadian kematian ibu melahirkan karena
sepsis
Dimensi mutu : Keselamatan dan kompetensi
Tujuan : Mengetahui mutu pelayanan persalinan
rumah sakit
Definisi operasional : Angka yang menujukkan banyaknya ibu
melahirkan aterm yang meniggal karena
sepsis
Kriteria Inklusi : Sepsis ditentukan oleh faktor dokter yang
merawat. Gejala yang timbul panas,
hiperventilasi
Numerator : Jumlah ibu melahirkan yang meniggal
karena sepsis per bulan
Denominator : Jumlah ibu melahirkan dengan sepsis
pada bulan tersebut

33
Standar : 0,2%

D. Kepatuhan indetifikasi
pasien
Ruang Lingkup : Kepatuhan indetifikasi pasien yang
dirawat di rumah sakit
Dimensi mutu : □ Aksessbilitas
□ Efisiensi
□ Efektivitas
□ Keselamatan dan keamanan
□ Kesinambunganpelayanan
□ Berorientasi pada pasien

Tujuan : Terlaksananya proses identifikasi


pasien agar menjamin keselamatan
pasien
Definisi operasional : Identifikasi pasien adalah proses
pengecekan identitas pasien
menggunakan minimal 2 identitas dari 3
identitas yang tercantum pada gelang,
label atau bentuk identitas lainnya
sebelum memberikan pelayanan sesuai
dengan regulasi yang berlaku di rumah
sakit.
Disebut patuh bila proses identifikasi
pasien dilakukan secara benar oleh
petugas pada saat, antara lain :
1. Pemberian obat
2. Pemberian pengobatan termasuk
nutrisi
3. Pemberian darah dan produk darah
4. pengambilan specimen
5. sebelum melakukan tindakan
diagnostik / therapeutic.
Pengukuran dilakukan terpisah untuk

34
masing-masing proses tersebut diatas dan
menghasilkan lima sub indicator yaitu:
1. Kepatuhan pengecekan identitas
pasien sebelum pemberian obat
2. Kepatuhan pengecekan identitas
pasien sebelum pengobatan termasuk
pemberian nutrisi pada diet khusus
3. Kepatuhan pengecekan identitas
pasien sebelum pemberian transfuse
darah dan produk darah.
4. Kepatuhan pengecekan identitas
pasien sebelum pengambilan
specimen pemeriksaan
Kepatuhan pengecekan identitas pasien
sebelum melakukan tindakan diagnostik (
contoh: pungsi lumbal, endoskopidsb)
dan terapi (operasi, debridement dll)

Kriteria inklusi : Semua pasien yang dilakukan prosedur


saat dilakukan observasi
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah proses yang telah dilakukan
identifikasi secara benar
Denominator : Jumlah proses pelayanan yang di
observasi
Standar : 100%

E. Insiden kejadian pasien


jatuh
Ruang lingkup : Terjadinya pasien jatuh di lingkungan
rumah sakit
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui
pengurangan reisko jatuh
Definisi operasional : Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit

35
oleh sebab apa pun
Kritetia Inklusi : Tidak melakukan pengkajian. Skala
Morse Fall Risk pada pasien dewasa.
Skala Humpty dumpty pada pasien
pediatri (anak). Ontario Modified Stratify-
Sydney Scoring pada pasien geriatrik
(lanjut usia) di rawat inap.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian pasien jatuh
Denominator : -
Standar : 0%

Kegiatan pokok yang dilakukan diperlukan pengendalian kualitas pelayanan


yang pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan.
Kegiatan pengendalian mutu dalam lingkup pelayanan perinatal risiko tinggi ini
adalah mengevaluasi dengan melakukan pencatatan setiap bulan terhadap indikator
mutu tersebut dan dilakukan penilaian berdasarkan standar dan dievaluasi pada
setiap akhir tahun.

36
BAB IX

PENUTUP

Pelayanan neonatal tidak dapat dipisahkan dengan riwayat kehamilan seorang ibu,
sedangkan angka kematian maternal sendiri masih tinggi yang banyak disebabkan oleh
perdarahan, infeksi dan hipertensi. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pelayanan
obstetri dari pusat rujukan adalah sangat penting. RSUD Kabupaten Melawi sebagai
tempat pelayanan yang terkait secara khusus dalam pelayanan maternal neonatal
berperan juga untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dalam keikutsertaan untuk
menurunkan angka kematian maternal neonatal.
Di rumah sakit pelayanan maternal dan neonatal tidak saja membutuhkan
keterampilan tenis medis ataupun asuhan keperawatan saja, tetapi unsur pengelolaan/
manajemen pelayanan juga sangat mempengaruhi keberhasilan pelayanan ini. Di mana
masing-masing pihak terkait dapat memahami perannya yang selanjutnya akan
melakukan pelayanan ini sesuai kriteria yang telah ditentukan.
Telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
sebagai acuan untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan kesehatan maternal
neonatal di ruang lingkup RSUD Kabupaten Melawi.

Ditetapkan di Nanga Pinoh


Pada Tanggal 4 Januari 2022

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Melawi

dr. Gunadi Linoh


Pembina
NIP. 19710610 200212 1 006

37

Anda mungkin juga menyukai