Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PELAKSANAAN

PROGRAM KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT


(PKBRS) SEMESTER 1 TAHUN 2022

RUMAH SAKIT ANNA MEDIKA


Jl. PERJUANGAN NO.45 BEKASI UTARA
BEKASI
2022
BAB I
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA PKBRS

I. PENDAHULUAN
Perkembangan program KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika yang
terjadi di dunia internasional. Pada kurun waktu 1970 hingga 1990-an, keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sangat ditentukan pada aspek
demografis semata yaitu pengendalian angka kelahiran. Namun pasca
ditandatanganinya Internasional Conference on Population and Development (ICPD)
tahun 1994, telah terjadi pergeseran paradigma yang cukup signifikan dalam
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yaitu dari pendekatan demografis
menjadi mengedepankan aspek hak-hak asasi manusia. Disamping itu pula Indonesia
merupakan salah satu dari beberapa negara berkembang yang menyepakati tujuan-
pembangunan Global dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang telah
diratifikasi pada tahun 2000.
Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia
sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program pendidikan kesehatan Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera yang kemudian di revisi menjadi Undang –ndang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga menyebutkan bahwa, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus penduduk (SP) tahun
2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar 237,6 juta jiwa, melebihi 3,4 juta
dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Demikian juga angka laju pertumbuhan penduduk
(LPP) periode 2000-2010 sebesar 1,49 %, yang diharapkan ditahun 2014 LPP menurun
menjadi 1,1%. Oleh sebab itu perkembangan kependudukan dan pengembangan
keluarga harus mendapat perhatian khusus dalam kerangka pembangunan nasional
yang berkelanjutan.
Terpenuhinya informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling kepada
masyarakat (ibu hamil, PUS) dapat membantu program peningkatan kesehatan
reproduksi terutama pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko tinggi (making
pregnancy safer) dengan pelayanan KB yang aman dan berkualitas (patient safety). Saat
ini peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI
mulai menurun dari 14,6% (2002/03) menjadi 10,9% (2007), peserta KB MKJP
diharapkan meningkat menjadi 27,5 % ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP ini
dipengaruhi oleh faktor penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut, selain itu
dari sisi penyedia pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang kompenten, sarana dan
prasarana penunjang pelayanan yang memadai.
Dalam mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun swasta
mengupayakan program pelayanan kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di
Rumah Sakit sejak tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam hal ini Rumah Sakit
sebagai tingkat rujukan primer, sekunder, tersier mempunyai kewajiban menyediakan
pelayanan KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap
(MOW/MOP), penanganan efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan
rujukan KB yang meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan
KB untuk fasilitas pelayanan dasar.
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor. 41 tahun 2007 tentang organisasi
perangkat daerah yang mengamanatkan rumpun kelembagaan pemberdayaan
perempuan dan program KB, maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan
terhadap program KB termasuk KB di Rumah Sakit. Pelayanan KB jalur swasta
adalah pelayanan KB yang dilakukan oleh sarana pelayanan swasta baik yang
berbentuk perorangan maupun berbentuk institusi meliputi DPS, BPS, RS swasta,
BP swasta , Klinik perusahaan swasta, apotik rujukan, Balkesmas.
Sesuai dengan kebijaksanaan menuju kemandirian program, maka pada tahun
pertama Repelita V, mulai dicanangkan kegiatan KB Mandiri. B a g i masyarakat
yang mampu keikutsertaan mereka dalam program KB dipenuhi melalui
pelayanan Rumah sakit swasta, dokter swasta. Mereka diharapkan membayar biaya
pelayanan dan membeli alat kontrasepsinya. Sementara itu bagi masyarakat yang
kurang mampu, alat kontrasepsinya masih diberikan secara cuma- cuma melalui
program KB sedang mereka membayar pelayanannya. Jumlah peserta KB yang
telah mandiri diperkirakan telah mencapai sekitar 20% dari seluruh peserta KB
pada tahun keempat Repelita V.
Maka dalam hal ini Rumah Sakit Anna Medika mendukung program KB yang
diselenggarakan Pemerintah, dengan melaksanakan kegiatan pelayanan PKBRS,
selain melayani pasien intern juga melayani rujukan bidan, mitra kerja perusahaan,
asuransi yang meliputi pelayanan KB, konseling KB, penanganan komplikasi,
kegagalan KB peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan aksebilitas untuk pemberian kontrasepsi mantap dan berkualitas.
II. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS

1. Tujuan
Umum

Meningkatkan pengetahuan, kesadaran peserta KB dan meningkatnya


kulitas layanan KB di Rumah Sakit.

2. Tujuan
Khusus

 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur


(PUS) mengenai pemilihan alat kontrasepsi.
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu pasca persalinan dan
pasca keguguran untuk pemilihan program KB yang tepat dan aman.
 Meningkatkan pengetahuan ibu yang mengalami kegagalan
dan komplikasi kontrasepsi untuk melakukan pemasangan KB
ulang yang tepat dan aman.
 Terwujudnya tatalaksana pelayanan KB di rumah sakit dengan
system pelayanan rujukan KB termasuk Komunikasi Informed Edukasi
(KIE).
 Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan
guna mendukung pelayanan KB.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut data jumlah Akseptor KB di RS Anna Medika Semester 1


Tahun2022

Jumlah Kontrasepsi Pasca Persalinan Dan Pasca keguguran


No Bulan IUD
PIL MOW
Pencabutan Pemasangan
1 Januari - - 2 1
2 Februari - - - 1
3 Maret - - 2 -
4 April - 1 2 -
5 Mei - 1 - 1
6 Juni - - 1 1

Evaluasi :
Berdasarkan data diatas jumlah akseptor KB MOW 2 orang pencabutan IUD 7
orang dan pemasangan IUD 4 orang sedangkan pil tidak ada dikarenakan
banyaknya calon akseptor yang ingin melakukan KB di luar Rumah Sakit, seperti
di fasilitas kesehatan Klinik, Bidan Praktek Mandiri dan Puskesmas terdekat.

Rencana Tindak Lanjut :

Mengedukasi kembali ke calon akseptor bahwa untuk melakukan KB pun


bisa dilakukan di Rumah Sakit, dan Rumah Sakit akan melakukan
kolaborasi dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan ketersediaan obat
kontrasepsi lainnya
BAB III
ANALISA

Secara umum

1. Dari data diatas dapat dilihat evaluasi kegiatan pelayanan KB (PKBRS)


Semester 1 tahun 2022
2. Data tersebut diatas diperoleh dari pelaporan KB setiap bulannya. unit
terkaitnya Poliklinik KB
3. Kegiatan pelayanan diatas dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi
bagi Tim peningkatan Mutu pelayanan pasien dalam memberikan pelayanan
di RS Anna Medika Bekasi
4. Kegiatan pelatihan terkait PKBRS diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan staf dalam peningkatan mutu PKBRS.

Bekasi, Juni 2022


Mengetahui,

DIREKTUR RS Anna Medika

(dr. Anwar Fathoni Harahap, MARS)


LAPORAN PELAKSANAAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT
(PKBRS) SEMESTER 2 TAHUN 2022

RUMAH SAKIT ANNA MEDIKA


Jl. PERJUANGAN NO.45 BEKASI UTARA
BEKASI
2022
BAB I
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA PKBRS

I. PENDAHULUAN
Perkembangan program KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika
yang terjadi di dunia internasional. Pada kurun waktu 1970 hingga 1990-an,
keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sangat ditentukan
pada aspek demografis semata yaitu pengendalian angka kelahiran. Namun
pasca ditandatanganinya Internasional Conference on Population and
Development (ICPD) tahun 1994, telah terjadi pergeseran paradigma yang
cukup signifikan dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yaitu
dari pendekatan demografis menjadi mengedepankan aspek hak-hak asasi
manusia. Disamping itu pula Indonesia merupakan salah satu dari beberapa
negara berkembang yang menyepakati tujuan- pembangunan Global dalam
Millennium Development Goals (MDGs) yang telah diratifikasi pada tahun
2000.
Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat
strategis, komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan
masyarakat Indonesia sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program
pendidikan kesehatan Undang- Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang
kemudian di revisi menjadi Undang –ndang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan
bahwa, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus
penduduk (SP) tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar
237,6 juta jiwa, melebihi 3,4 juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa.
Demikian juga angka laju pertumbuhan penduduk (LPP) periode 2000-2010
sebesar 1,49 %, yang diharapkan ditahun 2014 LPP menurun menjadi 1,1%.
Oleh sebab itu perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga harus mendapat
perhatian khusus dalam kerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Terpenuhinya informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling
kepada masyarakat (ibu hamil, PUS) dapat membantu program peningkatan
kesehatan reproduksi terutama pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko
tinggi (making pregnancy safer) dengan pelayanan KB yang aman dan
berkualitas (patient safety). Saat ini peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI mulai menurun dari 14,6% (2002/03)
menjadi 10,9% (2007), peserta KB MKJP diharapkan meningkat menjadi 27,5
% ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP ini dipengaruhi oleh faktor
penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut, selain itu dari sisi penyedia
pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang kompenten, sarana dan prasarana
penunjang pelayanan yang memadai.
Dalam mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun
swasta mengupayakan program pelayanan kesehatan reproduksi telah
dilaksanakan di Rumah Sakit sejak tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam
hal ini Rumah Sakit sebagai tingkat rujukan primer, sekunder, tersier
mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan KIE dan konseling KB yang
diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap (MOW/MOP), penanganan
efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang
meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan keterampilan,
penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB
untuk fasilitas pelayanan dasar.
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor. 41 tahun 2007 tentang
organisasi perangkat daerah yang mengamanatkan rumpun kelembagaan
pemberdayaan perempuan dan program KB, maka Pemerintah Daerah wajib
memberikan dukungan terhadap program KB termasuk KB di Rumah Sakit.
Pelayanan KB jalur swasta adalah pelayanan KB yang dilakukan oleh
sarana pelayanan swasta baik yang berbentuk perorangan maupun
berbentuk institusi meliputi DPS, BPS, RS swasta, BP swasta , Klinik
perusahaan swasta, apotik rujukan, Balkesmas.
Sesuai dengan kebijaksanaan menuju kemandirian program, maka pada
tahun pertama Repelita V, mulai dicanangkan kegiatan KB Mandiri. Bagi
masyarakat yang mampu keikutsertaan mereka dalam program KB dipenuhi
melalui pelayanan Rumah sakit swasta, dokter swasta. Mereka diharapkan membayar biaya
pelayanan dan membeli alat kontrasepsinya. Sementara itu bagi masyarakat yang kurang
mampu, alat kontrasepsinya masih diberikan secara cuma- cuma melalui program KB
sedang mereka membayar pelayanannya. Jumlah peserta KB yang telah mandiri
diperkirakan telah mencapai sekitar 20% dari seluruh peserta KB pada tahun keempat
Repelita V.
Maka dalam hal ini Rumah Sakit Anna Medika mendukung program KB yang
diselenggarakan Pemerintah, dengan melaksanakan kegiatan pelayanan PKBRS, selain
melayani pasien intern juga melayani rujukan bidan, mitra kerja perusahaan, asuransi yang
meliputi pelayanan KB, konseling KB, penanganan komplikasi, kegagalan KB
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan untuk meningkatkan aksebilitas
untuk pemberian kontrasepsi mantap dan berkualitas.

II. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran peserta KB dan meningkatnya kulitas
layanan KB di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) mengenai
pemilihan alat kontrasepsi.
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu pasca persalinan dan pasca
keguguran untuk pemilihan program KB yang tepat dan aman.
 Meningkatkan pengetahuan ibu yang mengalami kegagalan dan
komplikasi kontrasepsi untuk melakukan pemasangan KB ulang yang tepat
dan aman.
 Terwujudnya tatalaksana pelayanan KB di rumah sakit dengan sistem
pelayanan rujukan KB termasuk Komunikasi Informed Edukasi (KIE).
 Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
mendukung pelayanan KB.
Berikut data jumlah Akseptor KB di RS Anna Medika Semester 2

Jumlah Kontrasepsi Pasca Persalinan Dan Pasca keguguran


No Bulan IUD
PIL MOW
Pencabutan Pemasangan
1 Juli - - 1 2
2 Agustus - - 1 -
3 September - 1 1 1
4 Oktober - - - 1
5 Nopember - - - 0
6 Desember - - 2 3

Evaluasi :
Berdasarkan data diatas jumlah akseptor KB MOW 1 orang pencabutan IUD 5
orang dan pemasangan IUD 7 orang sedangkan pil tidak ada dikarenakan
banyaknya calon akseptor yang ingin melakukan KB di luar Rumah Sakit, seperti
di fasilitas kesehatan Klinik, Bidan Praktek Mandiri dan Puskesmas terdekat.

Rencana Tindak Lanjut :

Mengedukasi kembali ke calon akseptor bahwa untuk melakukan KB pun


bisa dilakukan di Rumah Sakit, dan Rumah Sakit akan melakukan
kolaborasi dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan ketersediaan obat
kontrasepsi lainnya
BAB III
ANALISA

Secara umum

5. Dari data diatas dapat dilihat evaluasi kegiatan pelayanan KB (PKBRS)


Semester 2 tahun 2022
6. Data tersebut diatas diperoleh dari pelaporan KB setiap bulannya. unit
terkaitnya Poliklinik KB
7. Kegiatan pelayanan diatas dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi
bagi Tim peningkatan Mutu pelayanan pasien dalam memberikan pelayanan
di RS Anna Medika Bekasi
8. Kegiatan pelatihan terkait PKBRS diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan staf dalam peningkatan mutu PKBRS.

Bekasi, Desember 2022


Mengetahui,

DIREKTUR RS Anna Medika

(dr. Anwar Fathoni Harahap, MARS)


LAPORAN PELAKSANAAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT
(PKBRS) SEMESTER 1 TAHUN 2023

RUMAH SAKIT ANNA MEDIKA


Jl. PERJUANGAN NO.45 BEKASI UTARA
BEKASI
2022
BAB I
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA PKBRS

I. PENDAHULUAN
Perkembangan program KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika
yang terjadi di dunia internasional. Pada kurun waktu 1970 hingga 1990-an,
keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sangat ditentukan
pada aspek demografis semata yaitu pengendalian angka kelahiran. Namun
pasca ditandatanganinya Internasional Conference on Population and
Development (ICPD) tahun 1994, telah terjadi pergeseran paradigma yang
cukup signifikan dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yaitu
dari pendekatan demografis menjadi mengedepankan aspek hak-hak asasi
manusia. Disamping itu pula Indonesia merupakan salah satu dari beberapa
negara berkembang yang menyepakati tujuan- pembangunan Global dalam
Millennium Development Goals (MDGs) yang telah diratifikasi pada tahun
2000.
Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat
strategis, komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan
masyarakat Indonesia sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program
pendidikan kesehatan Undang- Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang
kemudian di revisi menjadi Undang –ndang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan
bahwa, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus
penduduk (SP) tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar
237,6 juta jiwa, melebihi 3,4 juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa.
Demikian juga angka laju pertumbuhan penduduk (LPP) periode 2000-2010
sebesar 1,49 %, yang diharapkan ditahun 2014 LPP menurun menjadi 1,1%.
Oleh sebab itu perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga harus mendapat
perhatian khusus dalam kerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Terpenuhinya informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling
kepada masyarakat (ibu hamil, PUS) dapat membantu program peningkatan
kesehatan reproduksi terutama pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko
tinggi (making pregnancy safer) dengan pelayanan KB yang aman dan
berkualitas (patient safety). Saat ini peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI mulai menurun dari 14,6% (2002/03)
menjadi 10,9% (2007), peserta KB MKJP diharapkan meningkat menjadi 27,5
% ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP ini dipengaruhi oleh faktor
penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut, selain itu dari sisi penyedia
pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang kompenten, sarana dan prasarana
penunjang pelayanan yang memadai.
Dalam mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun
swasta mengupayakan program pelayanan kesehatan reproduksi telah
dilaksanakan di Rumah Sakit sejak tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam
hal ini Rumah Sakit sebagai tingkat rujukan primer, sekunder, tersier
mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan KIE dan konseling KB yang
diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap (MOW/MOP), penanganan
efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang
meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan keterampilan,
penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB
untuk fasilitas pelayanan dasar.
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor. 41 tahun 2007 tentang
organisasi perangkat daerah yang mengamanatkan rumpun kelembagaan
pemberdayaan perempuan dan program KB, maka Pemerintah Daerah wajib
memberikan dukungan terhadap program KB termasuk KB di Rumah Sakit.
Pelayanan KB jalur swasta adalah pelayanan KB yang dilakukan oleh
sarana pelayanan swasta baik yang berbentuk perorangan maupun
berbentuk institusi meliputi DPS, BPS, RS swasta, BP swasta , Klinik
perusahaan swasta, apotik rujukan, Balkesmas.
Sesuai dengan kebijaksanaan menuju kemandirian program, maka pada
tahun pertama Repelita V, mulai dicanangkan kegiatan KB Mandiri. Bagi
masyarakat yang mampu keikutsertaan mereka dalam program KB
dipenuhi melalui pelayanan Rumah sakit swasta, dokter swasta. Mereka
diharapkan membayar biaya pelayanan dan membeli alat kontrasepsinya.
Sementara itu bagi masyarakat yang kurang mampu, alat kontrasepsinya masih
diberikan secara cuma- cuma melalui program KB sedang mereka
membayar pelayanannya. Jumlah peserta KB yang telah mandiri
diperkirakan telah mencapai sekitar 20% dari seluruh peserta KB pada
tahun keempat Repelita V.
Maka dalam hal ini Rumah Sakit Anna Medika mendukung program KB
yang diselenggarakan Pemerintah, dengan melaksanakan kegiatan pelayanan
PKBRS, selain melayani pasien intern juga melayani rujukan bidan, mitra
kerja perusahaan, asuransi yang meliputi pelayanan KB, konseling KB,
penanganan komplikasi, kegagalan KB peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan untuk meningkatkan aksebilitas untuk pemberian
kontrasepsi mantap dan berkualitas.

II. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


1. Tujuan
Umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran peserta KB dan
meningkatnya kulitas layanan KB di Rumah Sakit.

2. Tujuan
Khusus

 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS)


mengenai pemilihan alat kontrasepsi.
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu pasca persalinan dan
pasca keguguran untuk pemilihan program KB yang tepat dan aman.
 Meningkatkan pengetahuan ibu yang mengalami kegagalan
dan komplikasi kontrasepsi untuk melakukan pemasangan KB
ulang yang tepat dan aman.
 Terwujudnya tatalaksana pelayanan KB di rumah sakit dengan
sistem
pelayanan rujukan KB termasuk Komunikasi Informed Edukasi (KIE).
 Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan
guna mendukung pelayanan KB.
Berikut data jumlah Akseptor KB di RS Anna Medika
Semester 1 tahun 2023

Jumlah Kontrasepsi Pasca Persalinan Dan Pasca Keguguran


No Bulan
IUD
PIL MOW
Pencabutan Pemasangan
1 Januari - - 1 2
2 Februari - 1 1 1
3 Maret - 1 - 4
4 April - 3 - 1
5 Mei - 3 2 3
6 Juni - 4 - 3
Evaluasi :
Berdasarkan data diatas jumlah akseptor KB MOW 12 orang, pencabutan IUD 4
orang dan pemasangan IUD 14 orang sedangkan pil tidak ada dikarenakan
banyaknya calon akseptor yang ingin melakukan KB di luar Rumah Sakit, seperti di
fasilitas kesehatan Klinik, Bidan Praktek Mandiri dan Puskesmas terdekat.

Rencana Tindak Lanjut :

Mengedukasi kembali ke calon akseptor bahwa untuk melakukan KB pun


bisa dilakukan di Rumah Sakit, dan Rumah Sakit akan melakukan kolaborasi
dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan ketersediaan obat kontrasepsi lainnya
BAB III
ANALISA

Secara umum

1. Dari data diatas dapat dilihat evaluasi kegiatan pelayanan KB (PKBRS)


Semester 1 tahun 2023
2. Data tersebut diatas diperoleh dari pelaporan KB setiap bulannya. unit
terkaitnya Poliklinik KB
3. Kegiatan pelayanan diatas dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi bagi
Tim peningkatan Mutu pelayanan pasien dalam memberikan pelayanan di RS
Anna Medika Bekasi
4. Kegiatan pelatihan terkait PKBRS diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan staf dalam peningkatan mutu PKBRS.

Bekasi, Juli 2023


Mengetahui,

DIREKTUR RS Anna Medika

(dr. Anwar Fathoni Harahap, MARS)

Anda mungkin juga menyukai