Anda di halaman 1dari 6

TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 1/6
PPK Ditetapkan
(Panduan Praktik Klinik) Tanggal terbit : Direktur,
KSM Bedah 5 Desember 2022
(Anestesi)

Pengertian Anestesi Umum adalah tindakan meniadakan rasa nyeri/sakit secara


(Definisi) sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali
(reversibel). Komponen anestesi yang ideal terdiri: hipnotik, analgesia,
relaksasi otot.
Indikasi 1. Infant & anak usia muda
2. Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Pembedahannya luas/eskstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak
memuaskan
7. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi lokal
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
Kontraindikasi 1. Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan
(harus hindarkan pemakaian obat atau dosis dikurangi/diturunkan).
2. Hepar: obat hepatotoksik/obat yang toksis terhadap hepar.
3. Jantung: obat - obat yang mendepresi miokard/ menurunkan aliran
darah koroner.
4. Ginjal: obat yang diekskresi di ginjal.
5. Paru: obat yang merangsang sekresi paru/bronkus
6. Endokrin: hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah/
hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis
pada diabetes penyakit basedow, karena bisa menyebabkan
peninggian gula darah.
Persiapan ) ANAMNESIS
1. Identifikasi pasien, misal: nama,umur, alamat, pekerjaan, bagian
tubuh yang akan dioperasi, riwayat operasi sebelumnya
2. Informed Consent.
3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin
dapat menjadi penyulit dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi,
TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 2/6

penyakit paru- paru kronik (asma bronkial, bronkitis), penyakit


jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.
4. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan yang mungkin
menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi.
5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami pada waktu yang
lalu, berapa kali dan selang waktu. Apakah saat itu mengalami
komplikasi, seperti: lama pulih sadar, memerlukan perawatan
intensif pasca bedah, dll.
6. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi
jalannya anestesi, seperti : merokok, minum minuman beralkohol,
pemakai narkoba.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah
relative besar sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan
tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan
menyulitkan laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum
tentu tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.

Klasifikasi Status Fisik


Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik
seseorang ialah yang berasal dari The American Society of
Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan risiko
anestesia, karena dampak samping anestesia tidak dapat dipisahkan
dari dampak samping pembedahan.
Kelas I: Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
Kelas II: Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Termasuk juga semua pasien yang berusia >80 tahun.
Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin
terbatas.
TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 3/6

Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap
saat
Kelas V: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Pada bedah cito atau emergensi biasanya dicantumkan huruf E.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM .
1. Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu
pembekuan dan perdarahan.
2. Urine : protein, reduksi, sedimen
3. Foto thorak : terutama untuk bedah mayor
4. EKG : rutin untuk umur > 40 tahun
5. Elekrolit (Natrium, Kalium, Chlorida)
6. Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi,misal:
a. EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tanda-tanda
penyakit kardiovaskuler.
b. Fungsi hati (bilirubin, urobilin, dsb.) bila dicurigai adanya
gangguan fungsi hati.
c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) bila dicurigai adanya gangguan
fungsi ginjal.

PERSIAPAN DI HARI OPERASI .


OPERASI ELEKTIF
1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi
lambung karena regurgitasi/muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8
jam sebelum operasi, sedang anak/bayi 4-5 jam.
2. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat
jalan nafas dan mengganggu.
3. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas/dihapus sebab akan
mengganggu pemantauan selama operasi.
4. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan
longgar dan mudah dilepas.
TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 4/6

5. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya.


6. Sudah terpasang jalur/akses intravena menggunakan iv catheter
ukuran minimal 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana
dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang.
Prosedur 1. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O 2
Tindakan 2. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan
tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka
pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih
lanjut.
3. Jika pasien gelisah/cemas diberikan premedikasi:
a. Midazolam dosis 0,07-0,1 mg/kgBB iv
b. Pada anak SA 0,0100-015 mg/kgBB + midazolam 0,1 mg/kgBB
+ ketamin 3-5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01
mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB
4. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan
masker (pre oksigenasi) selama 5 menit.
5. Obat induksi yang digunakan secara intravena:
a. Ketamin (dosis 1-2 mg/kgBB)
b. Penthotal (dosis 4-5 mg/kgBB)
c. Propofol (dosis 1-2 mg/kgBB)
6. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses
intravena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent inhalasi
yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti halothane atau
sevoflurane.
7. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi
maupun saturasi oksigen).
8. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas,
dilakukan intubasi endotracheal tube.
9. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias
anestesia (balance anaesthesia) yaitu: sedasi, analgesi, dan
relaksasi.
TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 5/6

10. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile


(halothane, enflurane, maupun isoflurane) atau TIVA (Total
Intravena Anestesia) dengan menggunakan ketamin atau propofol.
11. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan
pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi.

OPERASI DARURAT (EMERGENCY)


1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang
tersedia waktu.
2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan
penunjang yang masih mungkin dapat dilakukan.
3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu
sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin atau
memasang pipa nasogastrik.
4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction
menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 2 mg /kgBB.
5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai
dengan operasi elektif
Prosedur Pasca 1. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar.
Tindakan 2. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda
vital secara ketat di ruang pemulihan.
3. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah
memenuhi kriteria (Aldrete score > 8 untuk penderita dewasa atau
Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak).
4. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara
ketat maka dilakukan di ruang intensif (ICU).
Tingkat Evidens IV
Tingkat D
Rekomendasi
Penelaah Kritis Spesialis Anastesi
TINDAKAN UMUM/GENERAL ANESTESI

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
002/PPK/KSM.A/XII/2022 6/6

Indikator Tanda-tanda klinis untuk kedalaman anestesi yang tidak memadai :


Prosedur 1. Peningkatan tekanan darah.
Tindakan 2. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
3. Pasien mengunyah/menelan dan menyeringai.
4. Terdapat pergerakan.
5. Berkeringat.
Kepustakaan 1. Dobson, M.B.,ed. Dharma A., Penuntun Praktis Anestesi. EGC,
Jakarta , 1994
2. Ganiswara, Silistia G. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta,
1995
3. Latief SA, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta, 2010
4. Werth, M. Pokok-Pokok Anestesi. EGC, Jakarta, 2010

Anda mungkin juga menyukai