Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

ASMA BRONCHIAL

1. Pengertian Asma adalah inflamasi kronik saluran respiratorik yang mengakibatkan obstruksi saluran
napas dan hiperreaktivitas seluran respiratorik dengan derajat bervariasi.
Serangan asma adalah episode peningkatan (progesivitas) sesak napas, batuk, wheezing,
dada tertekan, atau kombinasi gejala tersebut yang disebabkan penyempitan saluran napas.

2. Anamnesis 1. Pasien mengalami sesak napas, mengi, batuk, rasa tertekan pada dada
2. Keluhan tersebut muncul secara episodik , gejala memberat pada malam atau dini hari
3. Setelah paparan alergen/ musim/ infeksi
4. Riwayat keluarga dengan asma/atopi/riwayat alergi pada anak
5. Gejala biasanya membaik secara spontan atau dengan pemberian obat asma

3. Pemeriksaan 1. Pada serangan akut, ditemukan takipneu, ekspirasi memanjang, wheezing, hiperinflasi
fisik dada dan retraksi dinding dada. Ditemukan tanda alergi lain¸seperti dermatitis
atopi,rhinitis,geografhic tongue.
2. Pada serangan asma ringan/ sedang : pasien dapat berbicara kalimat utuh/
terpotong,lebih sering duduk, frekuensi respirasi dannadi meningkat, terdengar
wheezing, dapat disertai retraksi, dengan saturasi oksigen 90-95%.
3. Serangan asma berat : bicara sepatah demi sepatah, wheezing keras pada inspirasi dan
ekspirasi, retraksi jelas, saturasi oksigen < 90%.
4. Serangan asma dengan ancaman henti napas : tidak dapat bicara, kesadaran menurun,
wheezing tidak ada, gerakan napas paradoksikal, saturasi < 90%, bradikardia, dapat
disertai sianosis.

4. Kriteria 1. Sesak/ mengi/ batuk, dada tertekan atau kombinasi gejala-gejala tersebut episodik
Diagnosis setelah paparan alergen
2. Takipneu, tarikan dinding dada (retraksi), respirasi memanjang, mengi.

5. Diagnosis kerja Serangan asma

6. Diagnosis Bronkhiolitis
Banding Bronkopneumonia

7. Pemeriksaan 1. Spirometri pada anak usia 7 tahun ke atas.


penunjang 2. Rontgen thoraks (pada serangan asma berat)
3. Status alergi (dilakukan di rawat jalan /poliklinik)
4. Analisa Gas Darah ( sesuai indikasi)
8. Tatalaksana 1. Serangan asma ringan dan sedang
a. Oksigenasi
b. Nebulisasi salbutamol, dengan dosis 2,5 mg/ kali nebulisasi
c. 15 menit setelah nebulisasi, lakukan penilaian ulang. Bila klinis membaik, observasi
di IGD selama 1 jam. Bila stabil (saturasi ≥ 94% pada suhu kamar), pasien dapat
dipulangkan. Bila klinis sesak/mengi memburuk, masukan pasien ke ruangan
perawatan.
d. Di ruang perawatan, pasien dapat diberikan nebulisasi salbutamol 2,5 mg/kali
nebulisasi tiap 4-6 jam.
e. Steroid oral : prednisone 1-2 mg/kgBB/hari. Selama 3-5 hari. Maksimal 40 mg per
hari.
f. Lakukan observasi selama 8-12 jam. Bila membaik, pasien boleh pulang. Pasien
dibawakan beta agonis oral (salbutamol 0,1-0,15 mg/kgBB/kali tiap 6 jam, atau
terbutaline 0,05-0,1mg/kgBB/kali tiap 6 jam) atau inhalasi dengan atau tanpa
spacer.
2. Serangan asma berat
a. Oksigenasi, pertahankan saturasi oksigen ≥94% pada suhu kamar
b. Nebulisasi salbutamol dan ipratropium bromide. 15 menit setelah nebulisasi,
lakukan penilaian ulang.
c. Jika ada dehidrasi dan asidosis maka diatasi dengan pemberian cairan intravena dan
koreksi asidosis.
d. Steroid intravena : methylpredisone 0,5-1 mg/kg/hari tiap 6-8 jam, atau
deksametasone.
e. Bila klinis sesak/mengi berulang/klinis memburuk, aminofilin diberikan secara
intravena (diberikan di HCU):
 Bila belum mendapatkan aminofilin sebelumnya, diberikan loading dose 6-
8mg/kgBB dalam NaCl 0,9% atau D5% dengan perbandingan aminofilin :
cairan minimal 1:1. Diberikan dalam 30 menit.
 Bila sudah mendapatkan aminofilin sebelumnya dalam 8 jam terakhir,
diberikan setengah dosis.
 Ukur kadar aminofilin darah, dipertahankan 10-20 mcg/ml (bila tersedia).
 Lanjutkan aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgBB/jam
f. Pasien diberikan nebulisasi salbutamol dan ipratropium bromida tiap 1-2 jam.
Evaluasi berkala . Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan tiap 4
hingga jam.
g. Lakukan foto thoraks
h. Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis (diberikan di HCU):
 Bila belum mendapatkan aminofilin sebelumnya, diberikan dengan dosis 6-8
mg/kgBB dalam NaCl 0,9% atau D5% dengan perbandingan aminofilin :
cairan minimal 1 : 1. Diberikan dalam 30 menit.

Tatalaksana
 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil ( saturasi oksigen ≥94% pada suhu
kamar), pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat beta agonis (hirupan
atau oral) dan steroid oral selama 3-5 hari.
3. Serangan asma dengan ancaman henti napas
a. Pasien yang sejak awal masuk ke IGD sudah memperlihatkan tanda-tanda ancaman
henti napas, langsung dirawat di Ruang perawatan Intensif (ICU).
b. Setelah serangan asma teratasi, tentukan derajat asmanya : intermittent/mild
persistent/moderate persistent/severe persistent. Bila persistent, berikan obat
pengintrol asma
9. Edukasi 1. Diagnosis dan rencana terapi
(hospital health 2. Komplikasi yang mungkin timbul
promotion) 3. Diet cukup, istirahat cukup
4. Pencegahan timbulnya eksaserbasi
5. Penanganan pertama saat eksaserbasi
6. Pengobatan dan waktu kontrol pasien
7. Menghindari faktor pencetus

10. Prognosis Advitam : ad bonam


Ad Sanationam : dubia
Ad Fungsionam : dubia

Kepustakaan 1. Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA FK Unpad


2. Pedoman Pelayanan Medis IDAI

Anda mungkin juga menyukai