Anda di halaman 1dari 7

FORMAT TUGAS STUDI KASUS MAHASISWA

NAMA LENGKAP : Elisa Jonatan


NPM : 1606863831
KASUS : REMAJA
SETTING : IGD

PERHATIKAN DEFINISI OPERASIONAL dari SETIAP ASPEK PERTANYAAN di


bawah ini yang ada di panduan diskusi

1. ANALISIS KASUS
Kerangka Berpikir

Data Tambahan
Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang:
- Apakah ada kondisi yang mencetuskan atau memperberat batuk dan
sesak? Apakah gejala muncul setelah bepergian keluar atau saat
stress?
- Intensitas asma stabil: Seberapa sering muncul batuk dan sesak?
Apakah mengganggu aktivitas? Apakah beratnya gejala berbeda -
beda setiap gejala muncul?
- Derajat kendali: Berapa kali muncul gejala siang hari? Apakah ada
terbangun di malam hari? Apakah aktivitas menjadi terbatas? Apakah
ada penggunaan obat pereda?
- Apakah terdapat demam? Bagaimana pola demam?
- Apakah terdapat penurunan berat badan, keringat dingin setiap tidur?
Apakah ada keluarga dan tetangga dengan tuberkulosis?
- Apakah terdapat nyeri di ulu hati, apakah sesak membaik saat makan?
Apakah terdapat rasa pahit di mulut?
2. Riwayat penyakit dahulu:
- Bagaimanakah manifestasi dari alergi debu yang dimiliki
pasien?
- Apakah sering bersin di pagi hari yang menghilang di
siang-malam hari (Rinitis alergi), alergi makanan/susu sapi saat
balita/ruam popok (Alergi makanan), ruam - ruam di kulit?
(Dermatitis atopi)
- Apakah pernah dibawa ke UGD karena sesak napas atau reaksi
alergi berat sebelumnya?
- Apakah terdapat penyakit jantung bawaan? Apakah saat
aktivitas pasien jongkok lebih baik, menyusu terbata-bata, atau
ada biru-biru

Pemeriksaan fisik
- Tekanan darah
- Pemeriksaan tanda peningkatan WoB
- Penggunaan napas cuping hidung
- Retraksi otot interkosta

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan darah perifer lengkap→ eosinofilia


- Pemeriksaan analisis gas darah→ tidak urgent di gawat darurat
- Sputum BTA/TCM
- Pemeriksaan foto thoraks X-ray
- Spirometri
- Pasien diminta duduk, dijelaskan ada alat untuk menutup hidung
- Pasien diminta bernapas normal/biasa sebanyak 3x
- Pasien diminta menarik napas kemudian menghembuskannya melalui
mulut secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya
- Hasil pemeriksaan: Penurunan FEV1 & rasio FEV/FVC
- Skin-prick test
- Hasil: Ditemukan (+) alergi→ indurasi >3cm dan kemerahan
- Kadar IgE
- PCR COVID-19

2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH


Prioritas kegawatdaruratan
i. Pediatric Assessment Triangle
1. Appearance → tonus baik, interactiveness masih
merespon dengan periksa, consolability tidak ada data,
look/gaze tidak ada data, speech/cry masih bisa
meskipun terputus-putus per kalimat
2. Work of breathing → pasien tampak sesak berat,
terdengaR suara nafas abnormal yaitu mengi saat
ekspirasi, pasien hanya dapat duduk
3. Circulation → tidak pucat & sianosis
4. Kesimpulan: terdapat gangguan respirasi (respiratory
distress)
ii. Anamnesis singkat ditemukan pasien mengeluh sesak yang
memberat sejak 3 jam yang lalu

Check Do

Airway Patensi jalan napas, obstruksi ● C-spine control


oleh benda asing ● Chin lift, jaw thrust
● Mengeluarkan benda asing
● Alat bantu napas
definitif/non-definitif

Breathing ● Laju napas: 30 kali/menit ● Oksigen nasal kanul 3 LPM


(takipnea) ● Agonis β2 kerja (nebulisasi /
● Saturasi okdigen: 96% MDI dengan spacer), dapat
● Inspeksi: Kedalaman diulang hingga 2 kali dalam 1
napas kurang, simetris jam sambil evaluasi respon
statis dinamis ● Pertimbangan untuk
● Palpasi: Statis dinamis menambahkan ipratropium
simetris bromida pada nebulisasi
● Perkusi: Sonor ketiga
● Auskultasi: Vesikuler,
wheezing ekspirasi seluruh
lapang paru

Circulation ● Denyut nadi: 110 ● Cairan maintenance 310


kali/menit (takikardia) mL/jam (Holliday Segar)
● Tekanan darah: -
● Akral, CRT: hangat,
CRT<2 detik

Disability ● GCS E5M6V4 → compos -


mentis
Exposure Memastikan adanya luka/trauma -
di tempat lain

Signs and symptoms Sesak napas yang memberat sejak 3 jam yang lalu,
takipnea, takikardia, mengi ekspirasi seluruh lapang
paru

Allergies Alergi debu dan dingin, alergi obat belum diketahui

Medication Amoksisilin 3x500 mg selama 5 hari, Guaifenesin 3x200


mg

Past medical history Riwayat asma tidak ada, riwayat alergi debu

Last meal Tidak diketahui

Events leading to Sesak napas sejak 3 hari lalu, batuk berdahak sejak 3
presentation bulan lalu

Pemeriksaan Penunjang Spirometri, tes cukit kulit, IgE total dan spesifik

3. INTERVENSI/PENGELOLAAN MASALAH DAN INDIKATOR


KEBERHASILAN
Asma eksaserbasi ringan-sedang
1. Tatalaksana:
a. SABA → 4-10 puff dengan pMDI + spacer, diulang setiap 20
menit selama 1 jam
b. Prednisolone: 1-2 mg/kg → 43 kg → 43 mg, max 40 mg.
c. Oksigen 2 lpm nasal canule, untuk mempertahankan saturasi
94-98%
d. Evaluasi setelah 1 jam atau lebih cepat
2. Konsultasi medis pada kegawatdaruratan:
a. Tatalaksana pasien dilakukan segera
i. Evaluasi dilakukan 1 jam setelah pemberian SABA,
prednisolone, dan oksigen
ii. Evaluasi penilaian FR, FN, FEV1, dan saturasi oksigen
b. Rujukan dilakukan jika terdapat tanda bahaya, eksaserbasi
asma derajat berat, atau gejala tidak membaik setelah
pemberian pengobatan
Indikator Keberhasilan/Target Tatalaksana
a. Pasien
i. Specific: eksaserbasi asma teratasi
ii. Measurable: perbaikan gejala,
iii. Achievable: mengikuti alur tata laksana asma
iv. Reliable: Klinik 24 jam dekat dengan rumah
v. Time: evaluasi 1 jam setelah terapi awal serangan

b. Keluarga
i. Specific: Hipertensi ayah dan ibu terkontrol, asma ayah dan
kakak terkontrol
ii. Measurable: Target tekanan darah <130/80 (INASH 2019), ACT
25 (terkontrol penuh)
iii. Achievable: Mengikuti alur tatalaksana hipertensi INASH 2019
dan tatalaksana asma GINA 2021
iv. Reliable: Hipertensi terkontrol dapat mencegah terjadinya
komplikasi kesehatan lainnya, asma terkontrol membuat pasien
hidup lebih nyaman,terdapat klinik dekat rumah, program
preventif puskesmas, BPJS
v. Time: Kontrol TD dalam 3 bulan, evaluasi ulang 2-4 minggu
setelah inisiasi pengobatan asma

4. FOLLOW UP
Jangka pendek

1. Pasien :
i. Pantau perbaikan gejala setelah pemberian SABA setiap 20
menit dalam 1 jam
ii. Rencanakan evaluasi spirometri setelah pasien stabil
iii. Follow-up dalam 2-7 hari setelah eksaserbasi

Jangka panjang:

2. Pasien:

i. Pastikan pasien mengerti cara pakai reliever dan controller di rumah


ii. Modifikasi faktor risiko pencetus debu, kelelahan
iii. Kontrol asma: setiap bulan selama 3 bulan, setiap 3 bulan selama 12
bulan
UGD ke rawat intensif:

● Eksaserbasi derajat berat


● Terdapat kondisi mengancam nyawa (drowsiness, confusion, silent chest)
● Kondisi memburuk atautidak membaik dalam 1 jam setelah pemberian SABA,
kortikosteroid, dan oksigen

Pulang:

● Gejala membaik, sudah tidak butuh SABA


● PEF setelah terapi >60-80% predicted atau dari pemeriksaan terbaik
● Saturasi oksigen >94% room air
● Keluarga dapat merawat di rumah

5. INTEGRASI/KERJASAMA/KOLABORASI
a. Pasien
Faktor Pendukung
- Derajat eksaserbasi ringan-sedang
- ASI eksklusif selama 2 tahun
- Riwayat perkembangan normal, anak aktif bergaul dan berprestasi

Faktor penghambat
- Alergi debu dan dingin
- Imunisasi tidak lengkap
- Riwayat batuk berdahak 3 bulan, tidak respons pengobatan
- Kegiatan akademis dan non akademis padat
- Riwayat asma sering kambuh ketika kecil
- Pasien jarang menggunakan masker ketika naik ojek

b. Faktor-faktor keluarga dan lingkungan


Faktor Pendukung
- Pembiayaan dengan BPJS
- Kesadaran keluarga untuk berobat ketika sakit
- Ibu pasien ibu rumah tangga
- Rumah dekat dengan klinik 24 jam

Faktor penghambat
- Ayah asma
- Pemukiman padat penduduk

Sumber Daya Manusia


a. Keluarga
i. caretaker utama
ii. merawat pasien saat rawat jalan
iii. memantau tumbuh kembang anak
iv. keluarga diedukasi untuk rutin kontrol kesehatan
b. Kader kesehatan (ibu PKK)
i. Promosi PHBS
ii. Membantu menjalankan dan memantau program-program
kesehatan

c. Dokter umum
i. Promosi kesehatan, penegakan diagnosis, tatalaksana
kegawatdaruratan awal

d. Dokter Spesialis
i. Penatalaksanaan lanjutan

6. PROGRAM KESEHATAN
Usulan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pada kasusasma, upaya yang dapat dilakukan dokter di FKTP antara lain
adalah melakukan melakukan diagnosis dan manajemen asma dengan tepat,
melakukan rujukan dengan tepat, melakukan edukasi terkait asma dan
komorbiditasnya pada keluarga pasien

Peran FKTP
Kompetensi asma eksaserbasi ringan-sedang menurut SKDI adalah
kompetensi 4, sehingga manajemennya dapat dilakukan oleh dokter umum di
FKTP sampai tuntas. Pengobatannya juga cukup sesuai gejala pasien,
sehingga dapat diberikan obat-obatan yang tersedia di FKTP. Jika terjadi
komplikasi, FKTP berperan untuk menangani gawat darurat pasien lalu
merujuknya saat pasien sudah stabil.

Anda mungkin juga menyukai