Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASMA EKSASERBASI AKUT


Oleh :
Widya Loviana S.Ked
FAB 118 027

PEMBIMBING :
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani
dr. widia hitayani

MODUL REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UNPAR
PALANGKA RAYA
2019
PENDAHULUAN
• Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di
berbagai negara di seluruh dunia.
• World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150
juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000
orang setiap tahun.
• Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya
penurunan frekuensi dan derajat serangan, sedangkan
penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab.
LAPORAN KASUS
PRIMARY SURVEY (Ny. A)
Vital Sign :
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat
• Suhu : 36,50C
• Pernapasan : 28 kali/menit
• SpO2 : 99%
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 28 kali/menit, torako-abdominal,
pergerakan thoraks simetris kanan/kiri
Circulation: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 88 kali/menit
reguler, kuat angkat.
Disability : GCS (Eye 4,Verbal 5,Motorik 6) pupil isokor +/+
(diameter 3 mm/3mm)
Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk
dalam priority sign yaitu sesak nafas yang memerlukan
pemberian oksigen segera.
Pemberian label : Kuning.
Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah
ditempatkan di ruangan non bedah, posisi semifowler dan
diberikan oksigenasi 2-4 lpm
ANAMNESIS
IDENTITAS
• Identitas penderita
• Nama : Ny. A
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 32 th
• Alamat : Jl. Patimura
• Agama : Islam
• Tanggal Pemeriksaan: 23/9/2019
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan
suami pasien.
• Keluhan utama: Sesak nafas
• Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama sesak nafas sejak tadi
malam. Sesak muncul terus menerus sejak tadi malam dan memberat
sejak tadi pagi SMRS. Keluhan sesak pasien tidak mengalami perbaikan
dengan istirahat dan pasien merasa sesaknya berkurang dengan posisi
duduk. Dalam 1 tahun ini serangan ketiga. Keluhan sesak disertai batuk
sejak 2 minggu SMRS. Batuk tidak berdahak dan hanya kadang-kadang
muncul. Pasien juga merasa sering berkeringat malam dan mengalami
penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir. Riwayat nyeri dada,
pilek dan demam disangkal. Pasien mengaku pernah masuk juga ke IGD 1
bulan yang lalu dengan keluhan yang sama.
• Riwayat penyakit dahulu: Sebelumnya pasien sudah sering
sesak nafas dan beberapa kali masuk IGD dengan keluhan yang
sama. Pasien memiliki riwayat pengobatan batuk selama 6
bulan ± 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan mengikuti
pengobatan hingga tuntas. Riwayat hipertensi dan DM
disangkal.
• Riwayat penyakit keluarga: Ayah pasien memiliki keluhan
sakit yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan umum: Tampak sesak
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 28 kali/menit
• Mata : cojungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter pupil
3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), napas cuping hidung (-).
• Leher : perbesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
• Toraks : Simetris, retraksi intercostal (+), fremitus taktil normal
simetris, sonor, vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (+/+), ictus
cordis tidak terlihat dan teraba pada SIC V midclavicula
sinistra, S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).
• Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, timpani,
heparlien tidak teraba membesar, shifting dulness (-).
• Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, udema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
DIAGNOSA
• Asma Bronkial Eksaserbasi Akut
PENATALAKSANAAN
• O2 2 lpm
• Nebulisasi Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan
Fluticasone Propionate (Flexotide)
• po: Salbutamol 3x2 mg, Metilprednisolon 2x8mg, Gliseril
Guaiakolat (GG) 3x1
• Pasien dipulangkan
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : BONAM
• Quo ad functionam : BONAM
• Quo ad sanationam : BONAM
PEMBAHASAN
• Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,
gejala berkaitan dengan cuaca. Anamsesis yang baik cukup
untuk menegakkan diagnosis, di tambah dengan pemeriksaan
jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti
kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
Dasar diagnosa Pasien Teori

Anamnesa 1. Sesak sejak 2 jam SMRS 1. Serangan eksaserbasi akut


2. Sesak sejak malam hari 2. Asma yang tidak responsif dengan
3. Serangan ketiga dalam satu tahun pengobatan asma pada umumnya yaitu
4. Saat sesak terdapat bunyi ngikk dengan pemberian nebulasi B agonis
5. Batuk kadang-kadang (bronkodilator) sebanyak 3 kali tetapi
6. Semakin lama sesak semakin berat. tidak memberikan respon yang baik.
7. Terdapat riwayat pernah sesak dan 3. Sesak disertai bunyi mengi (whezzing),
membaik sendiri (reversible) batuk berdahak yang berulang, rasa
8. Sering bersin-bersin di pagi hari berat pada dada
(rhinitis alergi) 4. Dikarenakan oleh faktor non alergik,
9. Ayah pasien memiliki riwayat seperti infeksi saluran pernafasan
asma 5. Terdapat riwayat atopi (rhinitis alergi,
dermatitis atopi)
6. Terdapat riwayat asma pada keluarga
Pemeriksaan Fisik 1. Pernapasan cuping hidung (+) 1. Pernapasan cuping hidung (+)
2. Leher: retraksi suprasternal(-) 2. Leher:retraksi suprasternal (+)
3. Thorax : 3. Thorax:
Retraksi Intercostae Retraksi subcostae (+)
Auskultasi paru wh +/+ Auskultasi paru wh +/+
4. Abdomen: 4. Abdomen:
Retraksi epigastrium (-) Retraksi epigastrium (+)
 
• Adapun tatalaksana awal yang diberikan pada pasien dengan
eksaserbasi yaitu terdiri atas pemberian oksigen dengan target
saturasi oksigen mencapai >90% pada orang dewasa dan >95%
pada anak – anak. Pada pasien ini diberikan oksigenasi dengan
menggunakan nasal kanul 2 - 4 lpm.
• Di samping itu, diberikan pula bronkodilator berupa SABA secara
nebulisasi sebanyak maksimal 3 kali dalam 1 jam dengan rentang waktu
15 – 20 menit.
• Pada pasien ini diberikan tatalaksana nebulisasi dengan menggunakan
Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone
Propionate (Flexotide), nebulisasi dilakukan selama 15 menit.
• Bronkodilator diindikasikan karena efek bronkodilatasi yang kuat dan
onset kerja yang cepat.
• Setelah terapi, kembali dilakukan monitor pada kondisi
pasien. Dalam 1 – 2 jam berikutnya, kembali dilakukan
penilaian untuk melihat apakah diperlukan tindakan
selanjutnya. Bila pengobatan berespons baik dan pasien telah
stabil, pasien dapat dipulangkan.
• Setelah dilakukan nebulisasi, pada pasien ini dilakukan
observasi selama 1 jam. Setelah satu jam, saat dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan, pasien mengatakan keluhan
sesak pasien sudah berkurang dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah pasien 120/80 mmHg dan
auskultasi paru wheezing sudah berkurang. Oleh karena itu
pasien diperbolehkan untuk pulang.
• Pada pasien ini diberikan obat pulang berupa salbutamol 3x2 mg,
metilprednisolon 2x8 mg dan GG 3x1.
• Pemberian kortikosteroid diindikasikan pada kejadian eksaserbasi
akut, terutama apabila belum ditemukan respons optimal dengan
bronkodilator, eksaserbasi pada terapi kortikosteroid oral, serta
kondisi eksaserbasi berat. Efek yang ditimbulkannya yaitu hambatan
produksi kemokin, sitokin, eikosanoid, hambatan pada peningkatan
basofil, eosinofil, dan leukosit lain di jaringan paru, serta menurunkan
permeabilitas vaskular.
• Pada pasien ini diberikan GG 3 kali sehari. Gliseril Guaiakolat
(GG) merupakan ekspektoran meningkatkan pembersihan
mukus dari saluran bronkus.
• Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir
lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran
lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan
dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga
merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran
dahak.
• Ekspektoran diberikan untuk membantu pengeluaran dahak
setelah dilakukan nebulisasi.
• Pasien dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru, untuk
memeriksaan keluhan batuk selama 2 minggu, keringat malam
dan penurunan berat badan yang dialami pasien selama 1
bulan terakhir.
KESIMPULAN
• Telah dilaporkan pasien Ny. A, usia 32 tahun, datang dengan
keluhan sesak nafas disertai batuk tidak berdahak. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah
130/80 mmHg, denyut nadi 88 kali/menit, RR 28 kali permenit,
pada pemeriksaan toraks didapatkan retraksi intercostal,
auskutasi wheezing (+) dikedua lapang paru. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang didapatkan pasien didiagnosis asma
bronkial eksaserbasi akut.
• Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan nebulisasi, yang
kemudian dilakukan observasi selama 1 jam di IGD. Setelah 1
jam, gejala klinis pasien berkurang, tekanan darah 120/80
mmHg, auskultasi paru wheezing berkurang, sehingga pasien
diperbolehkan untuk pulang. Obat pulang pasien berupa
bronkodilator oral, kortikosteroid dan ekspektoran. Pasien
dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru.
DAFTAR PUSTAKA
• PDPI. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: PDPI; 2004.
• DAI. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Dewan Asma
Indonesia; 2011.
• Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics. 11th edition. New York: McGraw Hill;
2010.p.297-315.
• Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi
dan terapi. Edisi 5 Edisi Revisi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2012. hal. 66-82, 273-97.

Anda mungkin juga menyukai