0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan25 halaman
Laporan kasus asma eksaserbasi akut pada pasien wanita usia 32 tahun yang mengalami sesak nafas berat disertai batuk. Pasien mendapat tatalaksana awal berupa oksigenasi dan nebulisasi, serta obat pulang oral untuk menangani serangan dan gejala pasien.
Laporan kasus asma eksaserbasi akut pada pasien wanita usia 32 tahun yang mengalami sesak nafas berat disertai batuk. Pasien mendapat tatalaksana awal berupa oksigenasi dan nebulisasi, serta obat pulang oral untuk menangani serangan dan gejala pasien.
Laporan kasus asma eksaserbasi akut pada pasien wanita usia 32 tahun yang mengalami sesak nafas berat disertai batuk. Pasien mendapat tatalaksana awal berupa oksigenasi dan nebulisasi, serta obat pulang oral untuk menangani serangan dan gejala pasien.
PEMBIMBING : dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp. RM dr. Tagor Sibarani dr. widia hitayani
MODUL REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE
RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UNPAR PALANGKA RAYA 2019 PENDAHULUAN • Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. • World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. • Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab. LAPORAN KASUS PRIMARY SURVEY (Ny. A) Vital Sign : • Tekanan darah : 130/80 mmHg • Nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat • Suhu : 36,50C • Pernapasan : 28 kali/menit • SpO2 : 99% Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas Breathing : spontan, 28 kali/menit, torako-abdominal, pergerakan thoraks simetris kanan/kiri Circulation: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 88 kali/menit reguler, kuat angkat. Disability : GCS (Eye 4,Verbal 5,Motorik 6) pupil isokor +/+ (diameter 3 mm/3mm) Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu sesak nafas yang memerlukan pemberian oksigen segera. Pemberian label : Kuning. Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non bedah, posisi semifowler dan diberikan oksigenasi 2-4 lpm ANAMNESIS IDENTITAS • Identitas penderita • Nama : Ny. A • Jenis kelamin : Perempuan • Usia : 32 th • Alamat : Jl. Patimura • Agama : Islam • Tanggal Pemeriksaan: 23/9/2019 Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami pasien. • Keluhan utama: Sesak nafas • Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama sesak nafas sejak tadi malam. Sesak muncul terus menerus sejak tadi malam dan memberat sejak tadi pagi SMRS. Keluhan sesak pasien tidak mengalami perbaikan dengan istirahat dan pasien merasa sesaknya berkurang dengan posisi duduk. Dalam 1 tahun ini serangan ketiga. Keluhan sesak disertai batuk sejak 2 minggu SMRS. Batuk tidak berdahak dan hanya kadang-kadang muncul. Pasien juga merasa sering berkeringat malam dan mengalami penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir. Riwayat nyeri dada, pilek dan demam disangkal. Pasien mengaku pernah masuk juga ke IGD 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama. • Riwayat penyakit dahulu: Sebelumnya pasien sudah sering sesak nafas dan beberapa kali masuk IGD dengan keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat pengobatan batuk selama 6 bulan ± 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan mengikuti pengobatan hingga tuntas. Riwayat hipertensi dan DM disangkal. • Riwayat penyakit keluarga: Ayah pasien memiliki keluhan sakit yang sama. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis • Keadaan umum: Tampak sesak • Kesadaran : Compos Mentis • Tanda-tanda vital Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat Suhu : 36,50C Pernapasan : 28 kali/menit • Mata : cojungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter pupil 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), napas cuping hidung (-). • Leher : perbesaran KGB (-), peningkatan JVP (-) • Toraks : Simetris, retraksi intercostal (+), fremitus taktil normal simetris, sonor, vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (+/+), ictus cordis tidak terlihat dan teraba pada SIC V midclavicula sinistra, S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-). • Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, timpani, heparlien tidak teraba membesar, shifting dulness (-). • Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, udema (-) PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan DIAGNOSA • Asma Bronkial Eksaserbasi Akut PENATALAKSANAAN • O2 2 lpm • Nebulisasi Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone Propionate (Flexotide) • po: Salbutamol 3x2 mg, Metilprednisolon 2x8mg, Gliseril Guaiakolat (GG) 3x1 • Pasien dipulangkan PROGNOSIS • Quo ad vitam : BONAM • Quo ad functionam : BONAM • Quo ad sanationam : BONAM PEMBAHASAN • Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berkaitan dengan cuaca. Anamsesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, di tambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik. Dasar diagnosa Pasien Teori
Anamnesa 1. Sesak sejak 2 jam SMRS 1. Serangan eksaserbasi akut
2. Sesak sejak malam hari 2. Asma yang tidak responsif dengan 3. Serangan ketiga dalam satu tahun pengobatan asma pada umumnya yaitu 4. Saat sesak terdapat bunyi ngikk dengan pemberian nebulasi B agonis 5. Batuk kadang-kadang (bronkodilator) sebanyak 3 kali tetapi 6. Semakin lama sesak semakin berat. tidak memberikan respon yang baik. 7. Terdapat riwayat pernah sesak dan 3. Sesak disertai bunyi mengi (whezzing), membaik sendiri (reversible) batuk berdahak yang berulang, rasa 8. Sering bersin-bersin di pagi hari berat pada dada (rhinitis alergi) 4. Dikarenakan oleh faktor non alergik, 9. Ayah pasien memiliki riwayat seperti infeksi saluran pernafasan asma 5. Terdapat riwayat atopi (rhinitis alergi, dermatitis atopi) 6. Terdapat riwayat asma pada keluarga Pemeriksaan Fisik 1. Pernapasan cuping hidung (+) 1. Pernapasan cuping hidung (+) 2. Leher: retraksi suprasternal(-) 2. Leher:retraksi suprasternal (+) 3. Thorax : 3. Thorax: Retraksi Intercostae Retraksi subcostae (+) Auskultasi paru wh +/+ Auskultasi paru wh +/+ 4. Abdomen: 4. Abdomen: Retraksi epigastrium (-) Retraksi epigastrium (+)
• Adapun tatalaksana awal yang diberikan pada pasien dengan eksaserbasi yaitu terdiri atas pemberian oksigen dengan target saturasi oksigen mencapai >90% pada orang dewasa dan >95% pada anak – anak. Pada pasien ini diberikan oksigenasi dengan menggunakan nasal kanul 2 - 4 lpm. • Di samping itu, diberikan pula bronkodilator berupa SABA secara nebulisasi sebanyak maksimal 3 kali dalam 1 jam dengan rentang waktu 15 – 20 menit. • Pada pasien ini diberikan tatalaksana nebulisasi dengan menggunakan Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone Propionate (Flexotide), nebulisasi dilakukan selama 15 menit. • Bronkodilator diindikasikan karena efek bronkodilatasi yang kuat dan onset kerja yang cepat. • Setelah terapi, kembali dilakukan monitor pada kondisi pasien. Dalam 1 – 2 jam berikutnya, kembali dilakukan penilaian untuk melihat apakah diperlukan tindakan selanjutnya. Bila pengobatan berespons baik dan pasien telah stabil, pasien dapat dipulangkan. • Setelah dilakukan nebulisasi, pada pasien ini dilakukan observasi selama 1 jam. Setelah satu jam, saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan, pasien mengatakan keluhan sesak pasien sudah berkurang dan pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 120/80 mmHg dan auskultasi paru wheezing sudah berkurang. Oleh karena itu pasien diperbolehkan untuk pulang. • Pada pasien ini diberikan obat pulang berupa salbutamol 3x2 mg, metilprednisolon 2x8 mg dan GG 3x1. • Pemberian kortikosteroid diindikasikan pada kejadian eksaserbasi akut, terutama apabila belum ditemukan respons optimal dengan bronkodilator, eksaserbasi pada terapi kortikosteroid oral, serta kondisi eksaserbasi berat. Efek yang ditimbulkannya yaitu hambatan produksi kemokin, sitokin, eikosanoid, hambatan pada peningkatan basofil, eosinofil, dan leukosit lain di jaringan paru, serta menurunkan permeabilitas vaskular. • Pada pasien ini diberikan GG 3 kali sehari. Gliseril Guaiakolat (GG) merupakan ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. • Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. • Ekspektoran diberikan untuk membantu pengeluaran dahak setelah dilakukan nebulisasi. • Pasien dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru, untuk memeriksaan keluhan batuk selama 2 minggu, keringat malam dan penurunan berat badan yang dialami pasien selama 1 bulan terakhir. KESIMPULAN • Telah dilaporkan pasien Ny. A, usia 32 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas disertai batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 88 kali/menit, RR 28 kali permenit, pada pemeriksaan toraks didapatkan retraksi intercostal, auskutasi wheezing (+) dikedua lapang paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan pasien didiagnosis asma bronkial eksaserbasi akut. • Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan nebulisasi, yang kemudian dilakukan observasi selama 1 jam di IGD. Setelah 1 jam, gejala klinis pasien berkurang, tekanan darah 120/80 mmHg, auskultasi paru wheezing berkurang, sehingga pasien diperbolehkan untuk pulang. Obat pulang pasien berupa bronkodilator oral, kortikosteroid dan ekspektoran. Pasien dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru. DAFTAR PUSTAKA • PDPI. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2004. • DAI. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Dewan Asma Indonesia; 2011. • Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th edition. New York: McGraw Hill; 2010.p.297-315. • Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5 Edisi Revisi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. hal. 66-82, 273-97.