Langkah promotif/preventif :
Mencegah persalinan prematur
Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Mencegah asfiksia neonatorum
Melakukan resusitasi dengan benar
Melakukan tindakan pencegahan Infeksi .
Mengelola ibu DM dengan baik
Pemberian terapi kortikosteroid antenatal pada ibu.
Langkah diagnostik
I. Anamnesis :
Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM, asfiksia perinatal (gawat janin), bedah
sesar, kelahiran saudara kandung dengan riwayat penyakit membran hialin.
Riwayat bayi dengan tanda infeksi neonatal.
Gejala khusus
Penyakit membran hialin
Perhatikan tanda prematuritas.
Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer. edema paru-paru.
Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya bayi, adanya
infeksi dan derajat dari pirau PDA.
Penyakit bisa menetap atau menjadi progresif setelah 48-96 jam pertama kehidupan
Aspirasi Mekoneum
Cairan amnion tercemar mekonium baik encer maupun kental, bayi diliputi mekonium,
Tali pusat dan kulit bayi berwarna hijau kekuningan.
1
Bayi mengalami asfiksia berat dan dalam beberapa jam kemudian menunjukkan
gangguan bernapas.
Biasanya disertai tanda bayi lebih bulan.
Hernia diafragmatika.
Gambaran organ visera dalam rongga dada.
Aspirasi mekoneum
Gambaran aspirat pada satu atau kedua lapang paru, hiperinflasi, kadang ditemukan
gambaran atelektasis dan pneumotoraks.
Pneumonia.
Gambaran infiltrat pada satu atau ke dua paru.
Laboratorium
- Darah : Hb.Ht, darah tepi, kultur darah pada kecurigaan pneumonia.
- Analisas gas darah : hipoksemia, asidemia yang dapat berupa asidosis
metabolik, respiratorik atau kombinasi.
- Rasio lesitin/sfingomielin (R/S ratio <2:1), Shake test ( tes kocok), jika tak
ada gelembung, resiko tinggi untuk terjadinya PMH (60%).
Manajemen Umum
C. Jaga kehangatan
D. Pemberian infus cairan intravena
E. Pemberian Nutrisi diutamakan pemberian ASI bila memungkinkan.
2
Manajemen Khusus
Surfaktan :
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika terbukti bayi mengalami PMH
(HMD) .Dosis : 4ml/kgBB, intra trakea, terbagi dalam 4 dosis masing masing 1 ml/
kg berat badan untuk lapangan paru depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri
dan kanan. dan dosis dapat diulang setelah minimal 6 jam bila diperlukan. Selama
pemberian surfaktan dapat terjadi obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh
viskositas obat. Efek samping dspat berupa prdarahan dan
Infeksi paru.
Antibiotik.
Ampisilin 50mg/kg intrvena tiap 12 jam, Gentamisin untuk berat badan < 2 Kg
dosis 4mg tiap hari (7hari pertama), Jika tak terbukti ada infeksi, pemberian
antibiotik dihentikan.
Apneu
Aminofilin
Dosis awal 5-6 mg/kgBB iv, dalam 15-30 menit,12 jam kemudian dilanjutkan dosis
rumatan 2 mg/kgBB/12 jam atau 1,5-2 mg/kgBB/ds, setiap 6-8 jam.Jika
pengobatan gagal berikan nasal CPAP dengan tekanan 3-4 cmH 2O
Teofilin
Dosis 5mg/kgBB/dosis tunggal secara oral diteruskan 2 mg/kg tiap 8jam
Kafein sitrat
Dosis awal 20 mg/kgBB, 24 jam iv/po kemudian dilanjutkan dengan dosis
rumatan 2,5-5 mg/kgBB/menit dosis tunggal
Doksaprom
Diberikan bila kedua obat tersebut diatas apnea tidak berkurang. Pemberian
melalui infus/drip kecepatan 0,5-1,5 mg/kgBB/jam. Setelah teratasi, kecepatan
dapat dikurangi, sedang pada penderita yang tetap apnea dosis dinaikkan sampai
maksimal 2,5 mg/kgBB/menit
Bila usaha semua diatas gagal dilakukan ventilasi mekanik.
Aspirasi mekoneum
Antibiotik ampisilin dan garamisin dosis seperti pada penyakit membran hialin.
Pneumonia.
Antibiotik ampisilin dan garamisin dosis sesuai dosis penyakit membran hialin. Bila
curiga pneumonia nosokomial berikan sefalosporin generasi 3 kemudian disesuaikan
denga hasil uji kepekaan kuman.
Hernia diafragmatika.
Tindakan koreksi bedah
Terapi bedah:
Tindakan bedah dilakukan jika timbul komplikasi yang bisa bersifat fatal seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, empisema sub kutan.
3
Tindakan yang segera dilaksanakan adalah mengurangi tekanan rongga dada dengan
pungsi toraks, bila gagal dilakukan drainase
Pemantauan
1. Terapi
Setelah BKB/BBLR melewati masa krisis dimana kebutuhan oksigen sudah terpenuhi
dengan oksigen ruangan/atmosfer, suhu tubuh bayi sudah stabil diluar inkubator, bayi
dapat minum sendiri persepen/menetek, ibu bisa merawat dan mengenali tanda-tanda
sakit pada bayi dan tidak ada komplikasi atau penyulit maka bayi dapat berobat jalan.
2. Tumbuh kembang
Bayi yang menderita gangguan napas dan berhasil hidup tanpa komplikasi maka proses
tumbuh kembang anak selanjutnya tidak mengalami gangguan. Tetapi apabila timbul
komplikasi (hipoksia serebri, gagal ginjal, keracunan O 2 , epilepsi maupun komplikasi palsi
cerebral. dll) maka tumbuh kembang anak tersebut akan mengalami gangguan dari yang
ringan sampai yang berat termasuk gangguan penglihatan, sehingga diperlukan
pemantauan berkala pada masa balita
4
PERINATOLOGI
Asfiksia Neonatorum
Pendahuluan
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan Pa O 2 didalam darah
rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
Merupakan penyebab kematian paling tinggi .
Kejadian : sekitar 25,2% bayi baru lahir menderita asfiksia di RS propinsi di Indonesia
(Jawa Barat).
Angka kematian sekitar 41,94% di RS pusat rujukan propinsi.
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Langkah Promotif/Preventif
Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intrapartum maupun postpartum.
Untuk mencegah mengurangi resiko terjadinya asfiksia perinatal dibutuhkan
pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas, meningkatkan status
nutrisi ibu, manajemen persalinan dan melaksanakan pelayanan neonatal esensial
terutama dengan melakukan resusitasi yang baku.
Langkah Diagnostik
I. Anamnesis :
- Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang, V.E (Vaccum
Ekstraksi)/F.E (Ekstraksi Forsep, dll).
- Lahir tidak bernafas/menangis.
- Air ketuban bercampur mekonium.
Terapi
I. Resusitasi
Tahapan resusitasi lihat bagan
Terapi medikamentosa:
5
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantug bayi < 60x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan pemijatan dada belum ada respons.
- Asistolik.
Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 ( 0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada
respon dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai
adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak
memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
- Transfusi darah gol.O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan
bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis :
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4,2%) atau 1 ml /kgbb (7,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara
intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.
Nalokson :
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi
pernafasan.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4
jam sebelum persalinan.
- Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawl tiba-tiba
pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : IV endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c .
6
II. BEDAH
Tidak ada tindakan bedah pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia.
III. SUPORTIF
Jaga kehangatan,
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
Pemantauan
1. Terapi
Keberhasilan resusitasi bila telah terjadi pernapasan spontan dan teratur serta kulit
kemerahan.
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan
resusitasi secara efektif selama 20 menit..
2. Tumbuh kembang
Pada bayi-bayi baru lahir yang mengalami asfiksia berat, setelah pulang dari RS perlu
pemantauan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama bulan pertama dan
selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk memantau tumbuh kembang selama
masih bayi maupun balita.
Paska perawatan bayi yang mendapatkan terapi ventilasi mekanik terutama yang lebih
dari 2 minggu, rujuk ke dokter mata/RS mata untuk mengetahui ada/tidaknya
komplikasi di retina (retinopathy of prematury)
Bayi-bayi yang ada gejala sisa neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi medis, untuk
fisioterapi.
VI. LAIN-LAIN :
Paska resusitasi jika bayi baru lahir ada gangguan nafas yang membutuhkan ventilasi
mekanik, rujuk ke RS rujukan yang ada fasilitas perawatan intensif (NICU) atau yang
ada fasilitas pemakaian ventilator.
Pemantauan tumbuh kembang lebih lanjut bila fasilitas memungkinkan USG dan
skening kepala,(porensefali, perdarahan peri/intra ventrikuler, hidrosefalus).
7
Tahapan Resusitasi
Bayi lahir
Waktu
Air ketuban tanpa Mekoneum
? Ya Perawatan rutin
Bernapas atau menangis ?
- Jaga hangat
Tonus otot baik ?
- Bersihkan jalan
Warna merah muda ?
napas
30 detik
Tidak
Napas
Evaluasi napas, frekuensi
jantung dan warna Perawatan suportif
DJ > 100
& merah muda
Apnea atau DJ < 100
30 detik
Ventilasi
Perawatan
Lakukan ventilasi tekanan positif* berkelanjutan
DJ > 100
& merah muda
DJ < 60 DJ > 60
Kompresi dada
DJ < 60
Beri Epinefrin*
8
PERINATOLOGI
Langkah promotif/preventif :
Langkah Diagnostik
I. Anamnesis :
Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan tindakan, penolong persalinan,
afiksia neonatorum.
Riwayat imunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan.
Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional.
Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan ab normal pada mata, mulut,
lidah dan ekstrimitas .
Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut.
Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan.
Riwayat bayi malas minum sesudah dapat mium normal.
Adanya faktor risiko infeksi.
Riwayat ibu mendapat obat misalnya heroin, metadon, propoxypen, sekobarbital,
alkohol.
Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang.
II.Pemeriksaan fisis
Kejang:
Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstrimitas
Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata
berkedip,berputar, juling.
9
Tangisan melingking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh
tidak normal.
Spasme:
Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
Trismus, kekakuan otot mulut , rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir
mencucu.
Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu
oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostik.
Infeksi tali pusat.
III.Pemeriksaan penunjang
Terapi
I.Medikamentosa
A. Anti kejang
1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak
berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dapat diberikan
intramuskuler dengan dosis ditingkatkan 10-15%.
2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan
garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
10
Pengobatan rumatan :
1. Fenobarbital 3-5 mg/ hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena
atau per oral. Sampai bebas kejang 7 hari.
2. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. dosis terbagi dua atau tiga.
2 Gangguan metabolik
Beri bayi
- human tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri sepadanannya,
antitoksin tetanus 5000U IM;
- toksoid tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin
- Benzyl penicillin G 100000 U/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari
Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0,5 ml (untuk melindunginya dan
bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.
11
II.Bedah
Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan bedah.
III.Suportif
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak
yang berlanjut.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat
Mengurangi rangsang suara , cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari
bangkitan kejang pada penderita tetanus, pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras
diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan per hari dan pela-pelan
dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan
Pemantauan (“Monitoring”)
I.Terapi
II.Tumbuh Kembang
12
Tabel1: Nilai normal kadar elektrolit serum
Kalsium (mg/dl) 9,2 1,1 9,5 0,7 8,38 (7,3- 7,9 (5,9-9,7 )
9,2)
Natrium (mEq/l) 139,6 3,2 137,2 1,8 143 7,2 148,7 4,3
Kalium (mEq/l) 5,6 0,5 5,7 0,5 6,84 0,73 5,92 0,8
13
Tabel 3: Dosis antibiotik untuk meningitis
Antibiotik Cara Pemberian Dosis dlm mg
14
PERINATOLOGI
SEPSIS NEONATORUM
Pendahuluan
Neonatal sepsis merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama
satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus , jamur dan protozoa dapat menyebakan
sepsis pada neonatus. Insidennya berkisar 1-10 diantara 1000 kelahiran hidup dengan
mortalitas 13-50%. Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining
sepsis dan pengelolaan terhadap faktor risiko perlu dilakukan. Maka terapi awal pada
neonatus yang mengalami sepsis harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur.
Langkah Diagnostik
I.Anamnesis :
Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam dengan kecurigaan infeksi berat
atau ketuban pecah dini.
Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang kurang
higienis.
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah.
Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium
Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang atau iritabel
/rewel, muntah , perut kembung, tidak sadar, kejang.
II.Pemeriksaan fisis
Keadaan umum
- Suhu tubuh tidak normal
- letargi atau lunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang
15
- Malas minum sebelumnya minum dengan baik.
- Iritabel atau rewel,
- Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
Gastrointestinal
- Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
- Tanda mulai muncul sesudah hari ke empat.
Kulit
- Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat, petekie, ruam, sklerem, ikterik
Kardiopulmuner
- Takipnu, distres respirasi ( merintih, retraksi) takikardi, hipotensi
Neurologis
- Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun membonjol, kaku kuduk
sesuai dengan meningitis.
III.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan jumlah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan
akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni, netropeni ,peningkatan rasio netrofil
imatur/ total (I/T) lebih 0,2
Peningkatan protein fase akut ( C-reactiv protein), peningkatan Ig M.
Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultur, pengecatan gram dari darah, urin dan
cairan serebro spinal serta dilakukan uji kepakaan kuman.
Analisa gas darah ditemukan hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat.
Pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkaytan jumlah lekosit terutama
PMN, jumlah lekosit 20/ml ( umur kurang dari 7 hari) dan 10 /ml ( umur lebih 7 hari),
meningkatnya kadar protein, penurunan kadar glukosa serta pada pengecatan gram
ditemukan kuman. Gambaran ini sesuai dengan meningitis yang sering terjadi pada
sepsis.
Gangguan metabolik
Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik.
Peningkatan kadar bilirubin
Radiologis
Foto Rontgen dada dapat ditemukan sebagai berikut
Pneumonia kongenital dan infeksi intrauterin ditemukan gambaran konsolidasi
bilateral atau efusi pleura.
Pneumonia dan infeksi intra partum infiltrasi dan destruksi jaringan bronkopulmoner,
atelektasis segmental atau lobaris, gambaran retikulogranuler difus ( seperti penyakit
membranhialin), efusi pleura.
Pneumonia dan infeksi postnatal gambarannya sesuai dengan pola kuman tempat di
mana bayi dirawat.
Pada pencitraan (CT scan) dapat ditemukan obstruksi aliran cairan serebrospinal,
infark atau abses. Pada ultrasonografi dapat ditemukan ventrikulitis.
16
I. Terapi
Manajemen umum
Dugaan sepsis:
Pengobatan mengunakan daftar tabel temuan yang berhubungan dengan sepsis, Pada
dugaan sepsis pengobatan ditujukan pada temuan khusus (misalnya kejang) serta
dilakukan pemantauan.
A. Antibiotik
Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan gentamisin , bila organisme tidak dapat
ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin
dan beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin.
Jika ditemukan organisme penyebab infeksi, digunakan antibiotik sesuai uji kepekaan
kuman. Antibiotika diberikan sampai 7 hari setelah ada perbaikan ( dosis lihat tabel).
Pada sepsis dengan meningitis, pemberian antibiotik sesuai pengobatan meningitis.
B. Respirasi
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia .
Pada kasus tertentu membutuhkan ventilator mekanik.
C.Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta pemantauan tensi dan
perfusi jaringan untuk cegah syok.
D. Hematologi:
Transfusi komponen jika diperlukan, Atasi kelainan yang mendasari
Manajemen khusus
Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta serta komplikasi yang
terjadi ( misal: kejang, gangguan metabolik, hematologi, respirasi, gastro intestinal,
kardiorespirasi, hiperbilirubin)
Pada kasus tertentu dibutuhkan imunoterapi dengan pemberian imunoglobulin, antibodi
monoklonal atau transfusi tukar.
II.Bedah
Pada kasus tertentu misalnya hidrosefalus dan akumulasi progesif, enterokolitis
nekrotikan, diperlu tindakan bedah.
17
Pemantauan (“Monitoring”)
I.Terapi
Dugaan sepsis:
Pengobatan mengunakan daftar tabel temuan yang berhubungan dengan sepsis. Jika tidak
ditemukan riwayat infeksi intra uteri, ditemukan satu kategori A dan satu atau dua
kategori B maka kelola untuk tanda khususnya ( misalnya kejang). Lakukan pemantauan.
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis maka dikelola sebagai kecurigaan besar sepsis.
II.Tumbuh Kembang
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis dapat akibatkan gangguan
tumbuh kembang. Misalnya gejala sisa neurologis berupa retardasi mental, gangguan
penglihatan, kesukaran belajar, kelainan tingkah laku.
Kategori A. Kategori B
18
Tabel 2: Dosis antibiotik untuk sepsis
19
PERINATOLOGI
Pendahuluan
HIV adalah virus RND dari sub famili Retro virus. HIV menimbulkan kekurangan kekebalan
tubuh sehingga menimbulkan gejala berat yang disebut penyakit AIDS (Acquired Immuno
Defficiency Syndrome). Insiden pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan 1,5 juta anak
terinfeksi HIV, dan dari penderita AIDS dewasa, 30% adalah ibu, termasuk ibu-ibu yang
hamil. Di USA 0,17% ibu hamil mempunyai sero positif HIV I dengan angka penularan ke
bayinya 14-40%, Eropa 13-14%.
Untuk menentukan langkah Preventif, perlu mengenal faktor-faktor risiko yang dapat
dicegah. Faktor risiko Infeksi HIV adalah :
Transfusi darah
Skrining donor sangat perlu, walaupun tidak dapat menghilangkan resiko penularan
karena pada penderita yang baru terkena HIV mempunyai sero negatif 2-4 bulan, dan
pada penderita HIV 5-15% adalah sero negatif. Pada saat ini resiko transmisi HIV melalui
donor darah adalah 1 dalam 225.000 unit transfusi.
Langkah Diagnostik
I. Anamnesis
Wanita pengguna obat-obatan termasuk narkotik lewat pembuluh darah, penderita
hemofilia, wanita bisexual, wanita yang respon immunologi yang buruk, adalah
merupakan resiko tinggi untuk infeksi HIV. Oleh karena itu, wanita seperti tersebut
diatas perlu pemeriksaan baik terhadap wanita yang bersangkutan atau bayi yang
dilahirkan.
20
II. Pemeriksaan fisis
Penularan dari ibu ke bayinya lebih progresif daripada penularan pada anak, 80%
penularan secara vertical dari ibu pada umur 2 tahun menunjukkan gejala klinis HIV.
Gambaran gejala klinik AIDS tampak pada umur 1 tahun sebanyak 23%, dan pada umur 4
tahun sebanyak 40%.
Gejala klinis pada Neonatus dapat berupa BBLR , gagal tumbuh, infeksi saluran nafas
berulang, otitis media, sinusitis, sepsis, moniliasis berulang, kadang-kadang terjadi
infeksi non spesifik seperti hepato splenomegali, limfadenopati, dan panas. Terdapat
pula gangguan motorik yang progresif. Diagnosis berdasarkan : (1) persangkaan infeksi
berdasarkan gejala klinik dan risiko tertular pada daerah yang banyak ditemukan HIV,
(2) berdasarkan tes serologi.
Manajemen
UMUM
Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV Positif maka :
- Hormati Kerahasiaan ibu dan keluarganya dan lakukan konseling pada
keluarga
- Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khusus pada pencegahan
infeksi.
- Bayi tetap diberi imunisasi rutin
- Beri dukungan mental
- Anjuran pemakaian kondom pada suaminya, untuk pencegahan penularan
infeksi
Pemantauan
I.Terapi
21
Tanpa pemberian antiretro virus, bayi dengan ibu HIV positif, akan tertular sebelum
dilahirkan, atau pada waktu lahir sebesar 25%, atau melalui ASI sampai 15%.
- Tentukan apakah Ibu sedang mendapat pengobatan Antiretrovirus untuk
HIV, atau mendapatkan pengobatan antiretroviral untuk pencegahan
transmisi Ibu ke Bayinya.
- Obati bayi dan ibu sesuai dengan protokol yang sesuai dan kebijakan yang
ada.
CONTOH
- Bila ibu sudah mendapat AZT (Zidovudine) 4 minggu sebelum melahirkan,
maka setelah lahir bayi diberi AZT 2 mg/kgBB per oral tiap 6 jam selama 6
minggu
- Bila ibu sudah mendapat NEVIRAPINE dosis tunggal selama proses
persalinan, dan bayi berumur kurang dari 3 hari, segera beri bayi
NEVIRAPINE dalam suspensi 2 mg/kg BB secara oral
- Jadwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam 2 minggu untuk menilai
masalah pemberian minum dan pertumbuhan bayi
PEMBERIAN MINUM
Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum kepada bayinya.
Hargai dan dukunglah apapun pilihan Ibu. Ijinkan ibu untuk membuat pernyataan
sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya.
Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan infeksi AIDS
sedangkan pemberian susu formula dapat menyebabkan risiko kesakitan dan
kematian meninggi, khususnya bila pemberian susu formula tidak diberikan secara
aman, karena keterbatasan fasilitas air untuk mempersiapkan, atau karena tidak
terjamin kesinambungan pemberiannya oleh keluarga.
Terangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan pemberian minum
- Susu formula dapat diberikan bila memungkinkan dalam hal penyediaannya,
kebersihannya, dan dapat tersedia setiap waktu.
- ASI Eksklusif dapat segera dihentikan, bila susu formula sudah dapat disediakan..
- Usulan pilihan biasanya adalah ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian ditambah
makanan padat setelah umur 6 bulan.
22
$ Apapun pilihan Ibu, berilah nasehat yang khusus (seperti
dibawah ini )
- Apabila memberikan susu formula, terangkan bahwa selama 2 tahun, ibu
harus menyediakannya termasuk makanan pendamping ASI.
- Bila tidak dapat menyediakan susu formula sebagai alternatif diberikan ASI
secara eklusif dan segera dihentikan setelah tersedia susu formula
- Semua Bayi yang mendapatkan susu formula, perlu dilakukan tindak lanjut
dan beri dukungan kepada ibu cara menyediakan susu formula dengan
benar.
- Jangan memberikan minuman kombinasi. (Contoh : minuman dari susu
hewani, bubur buatan, susu formula, disamping pemberian ASI), karena hal
ini akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi lebih tinggi dari pada bayi
yang mendapatkan ASI eklusif.
SUSU FORMULA
Ajari ibu cara mempersiapkan dan memberikan susu formula dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Anjurkan ibu untuk memberi susu formula 8 kali sehari, dan beri lagi apabila
bayi menginginkan.
Beri ibu petunjuk tertulis cara mempersiapkan susu formula
Terangkan risiko apabila memberi susu formula, dan cara menghindarinya.
- Bayi akan diare apabila tangan Ibu , air , atau alat-alat yang digunakan tidak bersih
dan steril, atau bila susu yang disediakan terlalu lama tidak diminumkan
- Bayi tidak akan tumbuh baik apabila:
- Susu formula terlalu encer, terlalu sedikit frekuensi pemberiannya, atau bayi
mengalami diare
Nasehati Ibu amati yang baik apabila ada tanda-tanda:
- Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya sedikit
- Mencret
- Berat Badan sulit naik
Nasehati Ibu agar membawa Bayinya untuk Pemeriksaan lanjutan
- Kunjungan ulang untuk memonitor Berat Badan
- Dukungan cara-cara membuat Susu formula yang benar
- Nasehati sewaktu-waktu kembali apabila menemui tanda seperti diatas
PEMBERIAN ASI
Bila Ibu memilih Menyusui, dukungan dan hargai keputusannya.
Yakinkan cara melekat dan dan menghisap yang baik, agar tidak terjadi Mastitis
dan gangguan puting susu
Nasehati Ibu segera kembali apabila ada gangguan cara menyusui, atau
kesulitan minum pada bayinya.
23
Pada minggu pertama, nasehati Ibu untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
apakah cara-cara posisi, dan perlekatan cara menyusui sudah baik, serta
keadaan payudara ibu tidak ada gangguan
Atur konseling selanjutnya untuk mempersiapkan kemungkinan Ibu ingin
menghentikan pemberian ASI lebih dini .
II.Tumbuh Kembang
Pada infeksi HIV bayi dapat mengalami BBLR, atau gagal tumbuh. Oleh karena itu tumbuh
kembang bayi perlu diikuti dengan pemantauan berat badan, lingkar kepala dan panjang
badan. Cara yang digunakan dapat dengan panduan NCHS.
Grafik NCHS untuk pemantauan tumbuh kembang bayi dari Ibu dengan HIV
24
PERINATOLOGI
Hiperbilirubinemia
Pendahuluan
Definisi :
Meningkatnya kadar bilirubin total pada minggu pertama kelahiran. Kadar normal
maksimal adalah 12-13 mg% (205-220 µmol/L).
Masalah Utama:
Masalan utama ikterus neonatorum adalah:
• Risiko bilirubin encephalopathy
• Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonatus.
Penyebab:
25
• Hepatitis
• Sindrom kolestatik
• Atresia biliaris
• Fibrosis kistik
Langkah Diagnostik
I. Langkah evaluasi yang harus dilaksanakan
1. Pemeriksaan golongan darah (ABO dan rhesus) ibu pada saat
kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
2. Bila ibu belum diperiksa golongan darah saat bayi dilahirkan atau
memiliki rhesus negatif, ambil darah tali pusat untuk pemeriksaan
Coombs' direk, golongan darah dan rhesus.
3. Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan
darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan
yang dibutuhkan.
4. Bila didapatkan riwayat keluarga menderita defisiensi G6PD,
dianjurkan untuk pemeriksaan kadar enzim G6PD dalam darah.
5. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada
24 jam pertama kelahiran.
6. Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal
dengan menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus muncul
pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat
tanda klinis ikterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data
dasar mengamati penjalaran ikterus ke arah kaudal tubuh.
7. Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan minum, keadaan
umum, apnea, suhu yang labil, sangat membantu menegakkan
diagnosis penyakit utama disamping keadaan hiperbilirubinemianya
saja.
8. Tindak lanjut pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia harus
dilakukan setelah bayi dipulangkan terutama pada 7 hari pertama
pasca kelahiran.
26
9. Bila ikterus menetap sampai minggu ke 3 pasca kelahiran, ditambah
adanya warna urine yang gelap, dianjurkan untuk pemeriksaan kadar
billirubin serum total dan direk, serta kadar bilirubin dalam urin.
Terapi
I.Medikamentosa
Tata laksana
1. Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis
dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar
bilirubin serum total, dan bila mungkin pemeriksaan kearah adanya
penyakit hemolisis. Tindakan fototerapi harus segera dikakukan
sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar, atau merujuk pasien
ke fasilitas yang lebih lengkap bila fasilitas untuk tranfusi tukar
tidak dimiliki.
2. Pada usia 25-48 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila
kadar bilitubin serum total > 10 mg/dl (170 mol/L). Fototerapi
harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 12 mg/dl (210
mol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar
bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mol/L), dianjurkan untuk
dilakukan tranfusi tukar. Bila pada saat pertama kali ditemukan
(pada usia 24-48 jam pasca kelahiran) kadar bilirubin serum total
sudah mencapai 20 mg/dl (>340 mol/L) fototerapi sudah harus
dilakukan sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar atau
merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Bila kadar bilirubin serum
total > 15 mg/dl (> 260 mol/L) pada 25-48 jam pasca kelahiran,
mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah
penyakit hemolisis.
3. Pada usia 49-72 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila
kadar bilirubin serum total > 10 mg/dl (170 mol/L). Fototerapi
harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 12 mg/dl (210
mol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar
bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mol/L), dianjurkan untuk
dilakukan tranfusi tukar. Bila pada saat pertama kali ditemukan
(pada usia 48-72 jam) kadar bilirubin serum total sudah mencapai >
18 mg/dl (> 310 mol/L) fototerapi sudah harus dilakukan sambil
mempersiapkan tindakan tranfusi tukar atau merujuk ke fasilitas
yang lebih lengkap. Bila kadar bilirubin serum total > 18 mg/dl (>
310 mol/L) pada 49-72 jam pasca kelahiran, mengindikasikan
perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis.
4. Pada usia > 72 jam pasca kelahiran, fototerapi harus dilaksanakan
bila kadar bilirubin serum total > 12 mg/dl (210 mol/L). Bila
fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total
< 20 mg/dl (340 mol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar.
Bila pada saat pertama kali ditemukan (pada usia > 72 jam) kadar
bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl (> 340 mol/L)
fototerapi sudah harus dilakukan sambil mempersiapkan tindakan
tranfusi tukar atau merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Bila
27
kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430 mol/L) pada usia > 72
jam pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk pemeriksaan
laboratorium ke arah penyakit hemolisis.
28
ALGORITMA:
1. Penilaian
neonatus
tidaksehat
2. Ditemukan adanya gejala
letargi, apnea/ takipnea, suhu ya 3. Keluarkan dari
tubuh labil, keadaan umum buruk, algoritma dan evaluasi
hepatospenomegali, muntah, tersendiri.
Tidak, ke kotak 4
gangguan minum
ya
4. Apakah usia 5. Keluarkan dari
gestasi < 37 minggu algoritma dan
tidak
evaluasi tersendiri.
ya
6. Apakah golongan darah/ rhesus 7. Apakah golongan darah
ibu sudah diketahui ibu O/rhesus positif
tidak Ya, ke kotak 9 dan 10
8. Periksa golongan darah ibu 9. Ambil darah tali
(ABO/Rh) dan tes coombs pusat, simpan di
direk lewat darah tali pusat/ bank darah untuk
vena bayi
tidak pemeriksaan
lanjutan mendatang
ya
10. Tes Coombs 11. Keluarkan dari algoritma
direk positif dan tatalaksana tesendiri
tidak 13. Lakukan
untuk penyakit hemolisis isoimun
ya pemeriksaan sediaan
12. Adakah faktor risiko
apus darah tepi,
penyakit hemolisis non isoimun Ya ke
tidak jumlah retikulosit,
14. Ikterus pada < 24 G6PD, analisis Hb, kotak
jam paska kelahiran tidak 15
menunjukkan penyakit
15. Keluarkan
hemolisis. dari
ya algoritma, periksa
tidak
laboratorium ke arah
16. Pantau ikterus secara hemolisis
ya
klinis, bila pada tindak
bilirubin
isoimun
17 Periksa kadar
serum
lanjut didapatkan ikterus Ke kotak 22total
Ke kotak
secara18klinis
ya
18. Apakah ikterus menetap 19. Adakah tanda klinis lain seperti
lebih dari 2 minggu urine berwarna gelap, feses pucat
ya
20. Kemungkinan 21. Lakukan
ikterus karena ASI tidak
pemeriksaan
penunjang kearah
ikterus kolestasis
24 jam - - -
29
24-48 10 12 20
PERINATOLOGI
Pucat dan / atau Perdarahan
Pendahuluan
Tanda pucat pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala pada anemia, syok atau
keduanya. Anemia pada neonatus dapat terjadi akibat perdarahan yang tampak nyata
maupun yang tak tampak. Masing-masing perlu pengenalan gejala secara seksama, karena
penanganannya berbeda.
Penyebab terbanyak terjadinya tanda pucat pada bayi baru lahir adalah anemia.
30
Langkah Diagnostik
I. Anamnesis
- Apakah ada darah dalam tinja atau urine;
- Apakah ada riwayat inkompatibilitas faktor Rhesus (Rh) atau golongan darah ABO, atau
defisiensi G6PD pada anak sebelumnya;
- Apakah terjadi perdarahan selama hamil atau dalam proses persalinan;
- Apakah tali pusat telah dijepit dengan benar saat lahir;
- Apakah bayi muntah, dan apakah bercampur darah atau cairan berwarna hijau;
- Apakah bayi kembar dan bayi lainnya tampak sangat merah (misal Twin-to-twin
transfusion);
- Apakah sudah diambil sampel darah untuk berbagai pemeriksaan.
Manajemen
I. UMUM
31
Tentukan kemungkinan diagnosisnya (Tabel F-15) dan lakukan penanganan
selanjutnya.
II. KHUSUS
2. Koagulopati
Tangani sebagai kasus dengan Kemungkinan besar sepsis.
Bila hemoglobin kurang dari 12 g/dL (hematokrit kurang dari 36%), berikan tranfusi
darah.
Lakukan manajemen lanjut.
4. Pucat tidak diketahui penyebabnya atau anemia pada bayi sakit atau bayi kecil
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Bila hemoglobin antara 10 dan 13 g/dL (hematokrit antara 30 - 40%), periksa
hemoglobin tiap minggu selama bayi masih dirawat di rumah sakit. Bila kapan saja
hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Lakukan Manajemen lanjut.
III. Suportif
Oksigenasi
32
Pemberian cairan dan nutrisi sesuai petunjuk
Jaga suhu tubuh dalam batas normal
Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal
IV. Lain-lain
Bila ada indikasi melakukan transfusi tukar, tindakan bedah atau tindakan lain, dan
tidak tersedia fasilitas di rumah sakit, rujuk ke rumah sakit rujukan dengan fasilitas
pelayanan spesialis atau sub spesialis untuk tindakan lebih lanjut.
Pemantauan (“Monitoring”)
I. Terapi
Pastikan bahwa volume cairan total pada hari pertama (dari oral maupun IV) sama
dengan kebutuhan rumatan harian ditambah 10%. Gunakan kebutuhan rumatan untuk
hari-hari berikutnya.
Periksa hemoglobin tiap hari sampai hemoglobin stabil selama tiga hari dan kadarnya
menunjukkan tidak memerlukan transfusi.
Periksa denyut jantung dan frekuensi napas tiap tiga jam sampai keadaan bayi stabil.
Bila denyut jantung dan frekuensi napas stabil, bayi dapat minum dengan baik, bayi
tidak membutuhkan transfusi dalam 48 jam terakhir, dan tidak ada masalah lain yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit, pulangkan bayi.
Berikan suplemen besi, 2.5 mg/kg berat badan/hari per oral, dimulai pada saat pasien
pulang.
Periksa hemoglobin sekali lagi setelah satu bulan. Bila hemoglobin < 8 g/dL
(hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.
II.Tumbuh Kembang
Lakukan tindak lanjut setiap minggu selama dua minggu setelah pasien pulang, untuk
mengamati pemberian minum dan pertumbuhannya.
Lampiran
33
< 1500 g 17,5 15,5 13,5 11,5 10,0 8,5 8,2 9,0
28-32 minggu
1500-2000 g 19,0 16,5 14,5 13,0 12,0 9,5 9,5 9,5
32-36 minggu
2000-2500 g 19,0 16,5 15,0 14,0 12,5 10,5 10,5 11
36-40 minggu
2500 g 19,0 17,0 15,5 14,0 12,5 11,0 11,5 12,0
cukup bulan
34
Perdarahan pada bayi
baru lahir
(“Haemorrhagic disease
of the newborn”) setelah
hari ke 3 (lihat atas)
- Ikterus tidak tampak pada - Ikterus berat - Hemoglobin < 13 g/dL Ikterus hemolitikus (lakukan
saat lahir tapi muncul sebelum (hematokrit < 40%) manajemen umum, dan berikan
24 jam - Pucat terapi ikterus)
- Tes Coombs positif
- Pucat saat lahir - Edema menyeluruh
- Inkompatibilitas gol.
- Inkompatibiltas golongan - Bayi laki-laki (hanya Darah ABO atau faktor
darah ABO atau faktor Rh atau pendukung untuk defisiensi RH antara ibu dan bayi
defisiensi G6PD pada bayi G6PD)
sebelumnya - Pemeriksaan G6PD
positif
- Riwayat keluarga dg def.
G6PD, ikterik, anemia,
pembesaran hati, limpa
diangkat
- Perdarahan per vaginam - Hemoglobin < 13 g/dL Kehilangan darah akibat
pada kehamilan trimester akhir (hematokrit < 40%) masalah obstetrik (lihat
dan dalam persalinan Manajemen umum)
- ATAU Masalah yang terjadi
saat bayi lahir atau selama
kehamilan (tali pusat diikat tidak
segera setelah lahir, “transfusi
twin-to-twin”)
- Menyusu lemah atau tidak - Layuh atau letargis - Sepsis Enterokolitis nekrotikan
mau sama sekali
- Bayi tampak sakit (Gb. F-13) - Volume aspirat cairan
- Muncul pada hari ke 2 - 10 lambung meningkat
- Distensi abdomen, nyeri tekan
- Asfiksia neonatorum
- Bayi kecil (berat lahir < 2500
gram atau umur kehamilan < 37
minggu)
- Muntah, kemungkinan
bercampur darah
- Darah dalam tinja
- Diare
- Pucat
- Tanda sakit bertambah (suhu
tidak stabil dan/atau apnea)
- Mekonium tidak keluar atau - Distensi abdomen meningkat Kelainan bedah
bila tinja telah keluar, warnanya
hitam atau bercampur darah - Muntah berwarna hijau
merah segar
- Timbul pada hari ke 1 - 4
- Perdarahan maternal (misal - Muntah bercampur darah Tertelan darah ibu
selama persalinan atau dari
episiotomi; timbul pada hari ke 1 - Bayi tampak baik
- 2)
- ATAU Ibu menyusui dengan
masalah puting lecet (timbul
pada hari ke 2 atau
35
sesudahnya)
- Pucat - Hemoglobin < 13 g/dL Pucat tidak diketahui
(hematokrit < 40%) penyebabnya
- Pengambilan sampel darah - Pucat - Hemoglobin < 10 g/dL Anemia pada bayi sakit atau
berulang (hematokrit < 30%) bayi kecil
- Bayi sakit atau kecil (berat
lahir < 2500 gram atau umur
kehamilan < 37 minggu)
a
Diagnosis pada kolom sebelah kanan tidak dapat ditegakkan apabila temuan yang dicetak
tebal tidak dijumpai pada bayi. Adanya temuan yang dicetak tebal, juga tidak menjamin
diagnosis tegak. Diagnosis ditegakkan hanya bila didapat temuan yang dicetak miring.
Temuan lain yang dicetak tegak merupakan penunjang yang dapat membantu menegakkan
diagnosis, tetapi bila tidak dijumpai tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis.
36
PERINATOLOGI
Pendahuluan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 g (berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). Sampai saat ini masih
merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan
kematian pada masa neonatal.
Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi
masih rendah. Secara statistik menunjukkan kejadian BBLR 90% di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir > 2500
gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar 9-30%.
Penyebab terbanyak terjadinya bayi dengan berat lahir rendah adalah dari faktor ibu
dengan kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, jumlah paritas, dll. Faktor
plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, dll serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya bayi dengan berat lahir rendah.
Langkah Diagnostik
I. Anamnesis
Umur ibu
Riwayat persalinan sebelumnya
Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
37
- Foto Rontgen dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau jika didapat/diperkirakan akan
terjadi SDR.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 35 minggu, dimulai pada
pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
Penanganan
38
bayi mengisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Bayi sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan IV:
- Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama;
- Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu;
- Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (misal gangguan napas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
berikan cairan IV dan ASI menurut umur, lihat tabel;
berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum;
biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
Bayi sakit
- Beri hanya cairan IV untuk dalam 24 jam pertama.
- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai pada hari kedua dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan sesuai dengan tabel.
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
39
mendapat minum 160 mL/kg berat badan per hari tetapi masih kelihatan lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah
stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah
sehari-dua hari namun kadangkala memakan waktu lebih dari seminggu).
- Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusu langsung.
Bayi sakit
- Beri hanya cairan IV dalam 24 jam pertama.
- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari kedua dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan sesuai dengan Tabel C-8.
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 mL/kg berat badan per hari tetapi masih kelihatan lapar, berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah
stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah
sehari-dua hari namun kadangkala memakan waktu lebih dari seminggu).
- Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusu langsung.
III. Suportif
Tatalaksana penyulit disesuaikan dengan penyulit yang mungkin timbul, seperti:
- Sindrom Distres Respirasi/SDR (lihat Sindrom Distres Respirasi)
- Kelainan SSP (perdarahan peri-intraventrikular, kejang).
40
- Kejang (lihat bab kejang pada bayi baru lahir).
- Hiperbilirubinemia (lihat bab ikterus neonatorum)
- Untuk kemungkinan anemia yang terjadi pada BBLR, lihat manajemen Anemia pada
prematuritas, dukungan emosional, komunikasi dan kunjungan.
- Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan, biarkan ia
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
- Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan:
- Apabila jumlah pengunjung harus dibatasi, pilih seorang sebagai wakil
yang dapat melaporkan kepada lainnya;
- Anjurkan keluarga untuk berkunjung, tetapi jangan dipaksa. Anggota keluarga
mungkin segan mengunjungi bayi karena takut melihat keadaannya atau karena
tidak mau terlalu lekat kepada bayi sebelum mengetahui kemungkinan bayi
akan hidup;
- Jangan menghubungkan jumlah kunjungan dengan kepedulian terhadap bayi.
Keadaan seperti biaya transport, keperluan untuk merawat anak lain di rumah,
keperluan ibu berobat ke rumah sakit lain, atau tanggung jawab pekerjaan,
dapat menghambat kunjungan ibu atau keluarga.
- Ijinkan kakak bayi menjenguk adiknya kecuali bila kakak tersebut menderita
demam, tanda sakit akut atau terpapar penyakit menular (misal cacar air).
Pastikan agar kakak yang berkunjung:
- Hanya kontak dengan adiknya sendiri;
- Telah mencuci tangan;
- Diawasi setiap saat.
Pemantauan (“Monitoring”)
Disamping perawatan khusus untuk masalah bayi, berikan perawatan umum dan
perawatan lanjut:
41
- Buat perencanaan perawatan umum yang meliputi kebutuhan khusus bayi.
- Pantau kemajuan keadaan bayi dengan melakukan penilaian umum terus menerus
tanpa terlalu mengganggu bayi, termasuk:
- frekuensi napas;
- denyut jantung;
- warna kulit;
- suhu tubuh;
- kecepatan dan volume cairan iv;
- frekuensi dan volume pemberian minum.
- Siap dengan perubahan perencanaan perawatan bila terjadi perubahan kondisi bayi
yang ditentukan oleh hasil pemantauan khusus dan umum.
- Berat badan tiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
- Perkembangan, k/p pemeriksaan USG kepala, fisioterapi;
- Pada umur 6 minggu konsultasi ke dokter spesialis mata untuk kemungkinan adanya
retinopathy of prematurity (ROP)
- THT: skrining pendengaran dilakukan sebelum bayi pulang. Pemeriksaan ulang pada
semua BBLR pada umur 12 dan 24 bulan.
- Bila perlu siapkan transportasi dan/atau rujukan.
- Pulangkan bayi bila sudah baik, tergantung pada respons terhadap pengobatan.
- Rencanakan pemulangan dengan:
- Memberikan imunisasi sesuai jadwal;
- Memberikan petunjuk cara perawatan di rumah;
- Memberikan konseling tentang menyusui dan pastikan bahwa bayi menyusu dengan
benar.
- Pulangkan bayi.
- Bila perlu diberi jadwal untuk kunjungan tindak lanjut berikutnya, karena adanya
kondisi khusus dan untuk memantau pemberian minum dan pertumbuhan.
42
Tabel 1 Pengukuran suhu tubuh
Bayi sangat Bayi keadaan
Keadaan bayi Bayi sakit Bayi kecil
kecil membaik
Frekuensi pengukuran Tiap jam Tiap 12 jam Tiap 6 jam Sekali sehari
Tabel 3 Suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
43
Tabel 5 Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (mL/kg)
I. Hari ke
1 2 3 4 5+
Berat
> 1500 g 60 80 100 120 150
< 1500 g 80 100 120 140 150
Tabel 6 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 - 2500 g
U m u r (hari)
Pemberian 1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV (mL/jam atau tetes mikro/menit) 5 4 3 2 0 0 0
Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) 0 6 14 22 30 35 38
Tabel 8 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1500-1749 g
Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV 4 4 3 2 2 0 0
(mL/jam atau tetes mikro/ menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) 0 6 13 20 24 33 35
Tabel 10 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 -1490 g
Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV (mL/jam atau tetes mikro/ 3 3 3 2 2 0 0
menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) 0 6 9 16 20 28 30
Tabel 11 Jumlah cairan IV dan ASI untuk semua bayi berat < 1250 g
Umur/hari
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV (mL/jam atau tetes 4 4 3 3 2 2 0
mikro/ menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) 0 0 3 5 8 11 15
PERINATOLOGI
44
Bayi Tanpa Gejala Lahir dari Ibu Bermasalah
Pendahuluan
Bayi yang lahir dari ibu penderita Diabetes Mellitus (DM), infeksi Hepatitis B,
Tuberkulosis, Malaria, atau Sifilis kemungkinan besar akan mengalami masalah beberapa
waktu setelah lahir, meskipun tampak normal pada waktu lahir.
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM berisiko mengalami masalah pada saat lahir
berupa gangguan maturitas paru, berat lahir besar dari masa kehamilan (BMK) atau
makrosomia, atau bila disertai dengan penyakit vaskuler akan mengalami berat lahir kecil
dari masa kehamilan (KMK). Masalah yang timbul beberapa saat setelah lahir dapat berupa
hipoglikemia dengan tanda letargi, tak mau minum, apnea atau kejang dalam 6-12 jam
setelah lahir. Kejang yang timbul setelah umur 12 jam, kemungkinan akibat hipokalsemi
atau hipomagnesemia. Distress respirasi akibat imaturitas paru dapat juga ditemui.
Masalah yang paling sulit bila terjadi pada ibu yang disertai gangguan pada ginjal, jantung
atau mata.
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimtomatis, jarang yang
disertai gejala sakit. Transmisi virus Hepatitis B dari ibu penderita terjadi pada saat bayi
lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan
trimester satu dan dua, risiko penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam darah
sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan anti HBs sudah muncul. Bila ibu terinfeksi
virus HB pada kehamilan trimester akhir, 50-70% bayi akan tertular.
Kejadian Tuberkulosis (TB) kongenital jarang. Ibu hamil dengan infeksi TB pada paru
saja tidak akan menularkan ke janin, sampai bayi lahir. Mekanisme infeksi intrauterin
dapat melalui beberapa cara yaitu plasenta yang terinfeksi basil tuberkulosis; TB plasenta
yang menyebar ke janin melalui vena umbilikalis; aspirasi lendir yang telah terinfeksi pada
saat lahir; atau paparan yang terjadi pada periode post natal.
Di daerah endemik malaria, infeksi Plasmodium falsiparum selama kehamilan
meningkatkan kejadian anemia ibu hamil, abortus, lahir mati, kelahiran premature,
gangguan pertumbuhan intrauterin dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Insidensi infeksi sifilis semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun dipekirakan hanya
sepertiganya yang tercatat. Meskipun transmisi infeksi sifilis ke janin diperkirakan terjadi
pada dua trimester akhir, namun kuman spirokhaeta dapat menembus plasenta kapan saja
selama kehamilan.
1. Diabetes Mellitus
Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berat pada janin maupun bayi pada masa
neonatal adalah dengan penanganan pada ibu selama hamil berupa:
- Edukasi ibu untuk melakukan kontrol rutin dan dibawah pengawasan ketat
seorang dokter
- Mengontrol kadar gula dengan terapi diet, bila tidak berhasil dengan insulin
(kontraindikasi pemberian obat anti diabet oral)
- Pemeriksaan pada trimester satu
- Pemeriksaan pada trimester kedua
- Pemeriksaan pada trimester ketiga
45
II. Infeksi Hepatitis B
Tindakan pencegahan terhadap kejadian infeksi HB neonatal adalah dengan memberikan
imunoprofilaksis (lihat penanganan).
III. Infeksi TB
Tindakan pencegahan yang paling efisien terhadap kejadian TB neonatal adalah
menemukan dan mengobati kasus TB pada ibu hamil sedini mungkin. Di daerah dengan
prevalensi TB cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan tes tuberkulin pada semua
ibu hamil yang dicurigai kontak dengan penderita TB, ibu hamil dengan HIV positif,
diabetes atau gastrektomi, atau ibu yang bekerja di lingkungan dengan kemungkinan
penularan cukup tinggi (seperti rumah sakit, penjara, rumah yatim piatu, dll).
IV.Infeksi Malaria
Salah satu tindakan yang dikembangkan dan paling efektif untuk mencegah komplikasi
terhadap janin akibat infeksi malaria selama hamil adalah:
- Menemukan kasus dan memberikan pengobatan intermiten Sulfadoxin-pyrimethamine
minimal 2 kali selama hamil.
V.Infeksi Sifilis
- Lakukan pemeriksaan serologis pada ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi
(pelaku seks komersial, sering ganti pasangan, pecandu obat-obatan, riwayat menderita
infeksi sebelumnya, riwayat infeksi HIV).
Berikan pengobatan secara adekuat terhadap ibu hamil yang terinfeksi sifilis atau dicurigai
terinfeksi untuk mencegah terjadinya sifilis kongenital.
Langkah Diagnostik
46
positif atau sekresi vagina, (2) adanya kemungkinan antigen non infeksius dari darah
ibu.
Penanganan
47
Ibu dengan infeksi Hepatitis B
Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau tes serologis HBsAg positif, dapat
menularkan hepatitis B pada bayinya:
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 mL IM segera setelah lahir (sebaiknya
dalam 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal
imunisasi hepatitis.
Bila tersedia, berikan Imunoglobulin Hepatitis B (IGHB) 200 IU (0,5 mL) IM disuntikkan
pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48
jam setelah lahir.
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
48
Ibu dengan infeksi Sifilis
Bila hasil tes pada ibu positif dan sudah diobati dengan Penisillin 2,4 juta unit dimulai
sejak 30 hari sebelum melahirkan, bayi tidak perlu diobati.
Bila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak adekuat atau tidak diketahui status
pengobatannya, maka:
- Beri bayi Benzathine Benzylpenicillin IM dosis tunggal (lihat Dosis Pemberian
Antibiotika);
- Beri Ibu dan Bapaknya Benzathine penicillin 2,4 juta unit I.M dibagi dalam dua
suntikan pada tempat yang berbeda;
- Rujuk Ibu dan Bapaknya ke rumah sakit yang melayani penyakit menular seksual
untuk tindak lanjut.
Pemantauan (“Monitoring”)
Diabetes mellitus
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit
bayi tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Hepatitis B
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B dan tidak mendapatkan penanganan
yang adekuat perlu dilakukan pemeriksaan.
- HbsAg pada 1-2 bulan setelah lahir; bila positif perlu penanganan lebih lanjut,
rujuk ke Spesialis Hepatologi.
- Anti HBs untuk melihat tingkat kekebalan bayi; bila positif, bayi telah
mendapat kekebalan dan aman dari infeksi.
Tuberkulosis
Bila ibu baru terdiagnosis setelah melahirkan atau belum diobati
- Semua anggota keluarga harus diperiksa lebih lanjut untuk kemungkinan
Terinfeksi.
- Bayi diperiksa foto dada dan tes PPD pada umur 4-6 minggu.
- Ulang tes PPD pada umur 4 bulan dan 6 bulan.
- Bila hasil tes negatif pada umur 4 bulan dan tidak ada infeksi aktif di seluruh
anggota keluarga, pemberian INH dapat dihentikan, pemberian ASI dapat
dilanjutkan, dan bayi tidak perlu dipisahkan dari ibu.
Bila ibu tidak mengalami infeksi aktif, dalam pengobatan, hasil pemeriksaan sputum
negatif dan hasil foto dada stabil :
- Foto ulang ibu pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan, dan yakinkan ibu tetap
minum obat
- Periksa anggota keluarga lain
- Bayi diperiksa tes tuberkulin PPD pada umur 4 bulan; bila hasilnya negatif,
sputum ibu negatif, dan anggota keluarga lain tidak terinfeksi, hentikan
pemberian INH
- Ulang pemeriksaan tes tuberkulin PPD pada umur 6, 9 dan 12 bulan
49
Bila ibu mendapat pengobatan secara adekuat
- Periksa ibu foto dada ulang pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan karena ada
kemungkinan terjadi eksaserbasi
- Lakukan pemeriksaan ulang tes tuberkulin PPD setiap 3 bulan selama 1 tahun,
setelah itu evaluasi tiap tahun.
- INH tidak perlu diberikan pada bayi
- Periksa anggota keluarga lain.
Malaria
- Lakukan tindak lanjut tiap 2 minggu dalam 8 minggu untuk memeriksa
pertumbuhan bayi dan memeriksa tanda-tanda Malaria kongenital, misal:
ikterus, hepato-splenomegali, anemia, demam, masalah minum, muntah.
Sifilis
- Lakukan tindak lanjut dalam 4 minggu untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan
memeriksa tanda-tanda sifilis kongenital pada bayi.
- Cari tanda-tanda sifilis kongenital pada bayi (edema, ruam kulit, lepuh di telapak
tangan/kaki, kondiloma di anus, rinitis, hidrops fetalis/hepato-splenomegali);
- Bila ada tanda-tanda di atas, berikan terapi untuk sifilis kongenital (lihat bab
Masalah kulit dan selaput lendir).
Jakarta, 2003
Unit Kelompok Kerja
Ikatan Dokter Anak Indonesia
50
Standar Pelayanan Medis Perinatologi
51