Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN MASALAH GANGGUAN NAPAS

PADA BAYI BARU LAHIR


No. Dokumen : 112/SOP/0901/PKMA/2018
No. Revisi : 01
SOP Tgl. Terbit : 9 Maret 2018
Halaman : 1/2
PUSKESMAS Satar, SKM.M.Kes.
AIKMEL NIP. 197212312000031039

1. Pengertian Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang
sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan
resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami
gangguan napas, biasanya mengalami masalah sebagai berikut :
- Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu
atau lebih tanda tambahan gangguan napas.
- Frekuensi napas bayi kurang 40 kali/menit.
- Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).
- Bayi apnu (napas berhenti lebih 20 detik).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melaksanakan pelayanan
Penanganan Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL)
3. Kebijakan Keputuasan Kepala Puskesmas Aikmel Nomor 15/SK/0901/PKMA/2018
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
Keputuasan Kepala Puskesmas Aikmel Nomor 18/SK/0901/PKMA/2018
tentang Penyelenggaraan Program dan Pelayanan di Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
Permenkes RI No. 53 tahun 2014 tentang Pedoman Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial.
5. Prosedur / A. Persiapan Alat dan Bahan : Bidan Kit, KN Kit, APD, BMHP
Langkah-langkah B. Petugas Pelaksana : Bidan, Dokter
C. Langkah-langkah :
 Petugas memasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi,
yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan
infus Dekstrosa 5%.
- Petugas memantau selalu tanda vital
- Petugas menjaga patensi jalan napas
- Petugas memberikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
 Jika bayi mengalami apnu
- Petugas melakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
- Petugas melakukan penilaian lanjut
 Bila terjadi kejang, petugas menghentikan kejang.
 Petugas segera memeriksa kadar glukosa darah (bila fasilitas tersedia)
 Petugas memberikan nutrisi adekuat.
Sesuai dengan fasilitas yang ada, yang dapat dikeloala di Puskesmas
adalah Gangguan Napas Ringan dan Gangguan Napas Sedang (sesuai
kasus), sedangkan Gangguan Napas Berat dan Kelainan Jantung
Kongenital harus segera di rujuk ke Rumah Sakit.
Gangguan Napas Sedang
 Petugas melanjutkan pemberian O2 4-5 liter/menit dengan sungkup
 Bayi jangan diberikan minum
 Jika ada tanda berikut, berikut antibotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapi. Kemungkinan besar sepsis :
- Suhu aksiler < 34 oC atau > 39 oC
- Air ketuban bercampur mekonium
- Riwayat infeksi intrauterin, demam, curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (> 18 jam).
 Bila suhu aksiler 34 - 36,5 oC atau 37,5 - 39 oC tangani untuk masalah
suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam :
- Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada
perbaikan, petugas memberikan antibiotika untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
- Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas.
 Bila tidak ada tanda-tanda ke arah sepsis, petugas menilai kembali bayi
setelah 2 jam.
 Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau terdapat tanda-tanda
perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan
segera rujuk ke rumah sakit.
 Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas
menurun tidak kurang dari 40 kali/menit, tarikan dinding dada
berkurang atau suara merintih berkurang) disertai perbaikan tanda
klinis, kurangi terapi O2 secara bertahap.
 Petugas mengamati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik
dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2
selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan bayi tetap tinggal di
rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Gangguan Napas Ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi
tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Meskipun demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
 Petugas mengamati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam
berikutnya.
 Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala
sepsis lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan napas sedang dan segera di rujuk ke rumah sakit.
 Petugas membantu pemberian ASI bila bayi mampu mengisap. Bila
tidak, petugas memberikan ASI perah dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
 Petugas mengurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan napas. Petugas menghentikan pemberian O2 jika frekuensi
napas antara 40-60 kali/menit.
6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu Observasi Respirasi


diperhatikan
8. Unit Terkait KIA, Bidan di Desa

9. Dokumen terkait Kohort Bayi, Kartu Anak, Rekam Medis, Catatan Tindakan

10. Rekam Historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tgl Mulai Berlaku
Perubahan

2/2
2/2
2/2

2/2

2/2

Anda mungkin juga menyukai