Anda di halaman 1dari 3

KESULITAN BERNAFAS

No. Dokumen :
No.Revisi :0
SOP Tgl.Terbit : 11-12-2017
: 1/3
Halaman

Tanda Tangan Kepala Puskesmas dr. Retno Sawartuti,M.Kes


UPT Puskesmas NIP. 197303142002122003
Kebakkramat I

1. Pengertian Gangguan nafas pada bayi baru lahir ( BBL ) adalah keadaan bayi yang
sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan
resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami
gangguan nafas, biasanya mengalami masalah sebagai berikut :
1. Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali / menit, mungkin menunjukan
satu atau lebih tanda tambahan gangguan nafas
2. Frekuensi nafas bayi kurang 40 kali/ menit
3. Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
4. Bayi apnu ( napas berhenti lebih 20 detik )
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penanganan Gangguan Nafas pada bayi baru lahir
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Kebakkramat I Nomor.449.1
/122 Tahun /2017 tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Buku Acuan PONED Ditjen Binkesmas, Depkes RI tahun 2008
5. Prosedur 1. Petugas memaasang jalur infuse intravena, sesuai dengan kondisi
bayi yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi
berikan infuse Dekstrosa 5%
2. Petugas memantau selalu tanda vital
3. Petugas menjaga potensi jalan napas
4. Petugas memberikan oksigen ( 2-3 liter / menit dengan kateter nasal )
5. Jika bayi mengalami apnu
6. Petugas melakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
7. Petugas melakukan penilaian lanjut
8. Bila terjadi kejang, hentikan kejang
9. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
10. Petugas membemberian nutrisi adekuat
11. Sesuai dengan fasilitas yang ada, yang dapat dikelola di Puskesmas
adalah gangguan nafas ringan dan gangguan nafas sedang ( sesuai
kasus ), sedangkan gangguan napas berat dan kelainan jantung
congenital harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.

 Gangguan Napas Sedang


1. Petugas melanjutkan pemberian O2 4-5 liter/menit
2. Bayi jangan diberikan minum
3. Jika ada tanda berikut, berikut antibiotika ( ampisilin dan genta
misin ) untuk terapi.
Kemungkinan sepsis :
Suhu aksiler < 340C atau > 390C
Air ketuban bercampur mekonium
Riwayat infeksi intrauterine, demam, curiga infeksi berat atau
ketuban pecah dini ( > 18 jam )
4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5- 390C tangani untuk
maslah abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas
5. Bila tidak ada tanda-tanda kea rah sepsisi, nilai kembali bayi
setelah 2 jam
6. Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau terdapat tanda-
tanda perburukan setelah 2jam, terapi untuk kemungkinan
besar sepsis dan segera rujuk kerumah sakit.
7. Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan ( frekuensi
nafas menurun tidak kurang dari 40x/mnt, tarikan dinding dada
berkurang atau suara merintih berkurang ) disertai perbaikan
tanda klinis, kurangi terapi O2 secara bertahap.
8. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic
dihentikan. Bila bayi mulai tampak kemerahan tanpa
pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak ada alasan
bayi tetap tinggal dirumah sakit,bayi dapat dipulangkan.

 Gangguan Nafas Ringan


Beberapa bayi yang cukup bulan mengalami napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala gejala lain disebut Transient Tachypnea Of
The Newbon (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri
tanpa pengobatan. Meskipun demikian, gangguan nafas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikut
2. Bila dalam pengamatan gangguan nafas buruk atau timbul
gejala sepsis lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis
dan tangani gangguan napas sedang dan segera dirujuk
kerumah sakit.
3. Berikan ASI bila bayi mampu menghisap. Bila tidak, berikan
ASI perah dengan menggunakan salah satu cara alternative
pemberian minum.

Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan


nafas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas antara 40-60 kali/
menit.
6. DiagramAlir
7. Unit terkait

3/3
8. Rekaman Historis Perubahan

Tgl Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

3/3

Anda mungkin juga menyukai