Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

ASFIKSIA NEONATORUM
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
1. Pengertian (definisi)
keadaan PaO2 didalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaC0 2
meningkat) dan asidosis.
1. Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat,
sungsang, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll).
2. Anamnesis
2. Lahir tidak bernafas/menangis.
3. Air ketuban bercampur mekonium.
1. Bayi tidak bernafas atau napas megap-megap.
2. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
3. Pemeriksaan fisik
3. Kulit sianosis, pucat
4. Tonus otot menurun.
Laboratorium: Analisa gas darah, menunjukkan hasil:
1. PaO2 < 50 mm H20
4. Pemeriksaan penunjang
2. PaCO2 > 55 mm HZ)
3. Ph < 7.30
Apabila dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
5. Kriteria diagnosis
mendukung diagnosis adanya asfiksia neonatorum
Diagnosis primer : Asfiksia Neonatorum (ICD10-P.21)
Diagnosis sekunder :
6. Diagnosis kerja
 Hypoxic ischemic encephalopathy (ICD10-P91.6)
 Cerebral leucomalacia (ICD10-P91.2)
7. Diagnosis banding Penyebab asfiksia neonatorum paling sering :
1. TTN = Transient Tachypnea of the newborn
2. Penyakit membrane hialin
3. Sindroma aspirasi meconium
Penyebab jarang tetapi signifikan :
1. Transisi atau adaptasi terlambat
2. Pneumonia kongenital
3. Pneumotoraks
4. Hipertensi Pulmonal menetap (Persistent Pulmonary Hypertension of
the Newborn)
5. Anemia
6. Penyakit jantung bawaan
7. Kelainan bawaan
8. Kelainan metabolik
9. Kelainan neurologik
10. Polisitemia
11. Obstruksi jalan napas atas
8. Penatalaksanaan Resusitasi (ICD9-99.60) (Tahapan Resusitasi Lihat Bagan)
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan Langkah
Awal yang terdiri dari :
1. Hangatkan bayi di bawah pemancar panas
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3. Isap lendir dari mulut kemudian hidung
4. Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang
basah dengan yang kering
5. Reposisi kepala bayi
6. Nilai bayi : usaha nafas , warna kulit dan denyut jantung
7. Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positip (VTP)
dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40-60 kali per menit
8. Nilai bayi: usaha nafas , warna kulit dan denyut jantung
9. Bila belum bernapas dan denyut jantung < 60 x/menit lanjutkan VTP
dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
10. Nilai bayi : usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
11. Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP
dan kompresi dada
12. Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP
dilanjutkan
13. Pemasangan pipa ET / intubasi endotrakheal (ICD9-96.04) dapat
dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
Terapi medikamentosa
Epinefrin IV (ICD9-99.2)
Indikasi:
- Denyut jantug bayi <60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons.
- Asistolik.
Dosis:
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara :
i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander (ICD9-99.07)
Indikasi:
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi kurang, nadi kecil/ lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan:
- Larutan kristaloid isotonis (NaCI 0,9%, ringer laktat)
- Dosis : dosis awal 10 ml/kg RB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
- Transfusi darah gol. O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Nalokson (ICD9-99.2)
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan
depresi pernafasan.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
- Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with
drawl tiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis: 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara: IV endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c.
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang (penegakan diagnosis): dan
tatalaksana: dokter spesialis anak
9. Kriteria diagnosis 2. Pemeriksaan laboratorium darah: dokter spesialis patologi klinik
3. Pemeriksaan radiologis: dokter spesialis radiologi

1. Pada bayi-bayi baru lahir yang mengalami asfiksia berat, setelah pulang
dari RS perlu pemantauan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama
bulan pertama dan selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk
memantau tumbuh kembang selama periode bayi maupun balita.
2. Paska perawatan bayi yang mendapatkan terapi ventilasi mekanik
10. Edukasi terutama yang lebih dari 2 minggu, rujuk ke dokter mata/RS mata untuk
mengetahui ada/tidaknya komplikasi di retina (retinopathy of
prematury) dan konsultasi ke Spesialis THT untuk kemungkinan
gangguan pendengaran.
3. Bayi-bayi yang ada gejala sisa neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi
medis, untuk fisioterapi.
Ad Vitam : dubia ad sanam
11. Prognosis Ad sanationam : dubia ad sanam
Ad fungsionam : dubia ad sanam
12. Tingkat
II
evidens
13. Indikator
Perbaikan secara klinis
medis
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asfiksia dan
resusitasi bayi baru lahir. Dalam :M.Sholeh Kosim, Ari Yunanto,
Rizalya Dewi, Gatot Irawan Sarosa, Ali Usman, penyunting. Buku Ajar
14. Kepustakaan Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012, h. 103-24.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asfiksia
neonatorum. Dalam : Pusponegoro HD, penyunting. Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2004, h. 272-6.

Anda mungkin juga menyukai