Disusun Oleh
Kelompok 15:
Amirullah P07120118049
KELOMPOK 15
Nama :
1. Amirullah
2. Astriani Narulita
3. Budi Rahmadi
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Pada bayi
dengan Asfiksia Neonatorum di Ruang bayi (Cendrawasih) RSD Idaman
Banjarbaru
Mengetahui,
Banjarbaru, November 2020
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Asfiksia sendiri menurut WHO (World Health Organization) adalah
kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia perinatal adalah kondisi bayi yang ditandai dengan hipoksia dan
hipercapnia disertai asidosis metabolik (Irwanto, 2017). Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Rukiyah &
Yulianti, 2013).
2. Klasifikasi
Berdasarkan nilai APGAR (Apperance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Nurarif &
Kusuma, 2013)
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (asfiksi ringan) dengan niai APGAR
7-9\
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Penilaian APGAR Score
3. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplaster sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi dalam rahim dan dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013)
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
5) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (konginetal)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala bayi yang mengalami asfiksia pada bayi baru lahir
meliputi:
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. Pernafasan cepat
f. Nadi cepat
g. Nilai apgar kurang dari 6
5. Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2 sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan
menyebabkan muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
(denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi ateletaksis. Bila
janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai Menurun (Rahmaharyanti,
2014).
Sehingga terjadi ketidakefektifan pola nafas. Maka dapat diberikan
resusitasi bayi. Apabila bayi dapat bernafas teratur maka bayi mengalami
pernafasan normal. Tetapi karena faktor penghisapan lendir tidak
bersih dan hipotermi maka bayi akan mengalami asfiksia ringan (Lia
Dewi, 2014). Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang
dalam, denyut jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya
metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya
diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam
basa, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi memasuki periode
apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan rangsangan dan
tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan (Rahmaharyanti,
2014)
Mengenal dengan tepat perubahan – perubahan di atas sangat penting,
karena hal itu merupakan manifestasi dari pada tingkat asfiksia. Tindakan
yang dilakukan hanya akan dapat berhasil dengan baik bila perubahan
yang terjadi dikoreksi secara adekuat. Dalam praktek, menentukan tingkat
asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan pengalaman dan observasi klinik
yang cukup. Menentukan beberapa kriteri klinik untuk menilai keadaan
bayi baru lahir (Deslidel, Hasan, Hevrialni, & Sartika, 2012).
6. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan
data, pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa
pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
a. Data Subyektif, data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien
tentang masalah kesehatan.
Data subyektif terdiri dari
1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
a. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara
lain:
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia berat.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
c. Hipotermia
d. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan