Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA BAYI


DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG BAYI
(CENDRAWASIH) RSD IDAMAN BANJARBARU
TA 2020/2021

Disusun Oleh

Kelompok 15:

Amirullah P07120118049

Astriani Narulita P07120118050

Budi Rahmadi P07120118054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
DIPLOMA III
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

KELOMPOK 15
Nama :
1. Amirullah
2. Astriani Narulita
3. Budi Rahmadi
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Pada bayi
dengan Asfiksia Neonatorum di Ruang bayi (Cendrawasih) RSD Idaman
Banjarbaru

Mengetahui,
Banjarbaru, November 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Asfiksia sendiri menurut WHO (World Health Organization) adalah
kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia perinatal adalah kondisi bayi yang ditandai dengan hipoksia dan
hipercapnia disertai asidosis metabolik (Irwanto, 2017). Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Rukiyah &
Yulianti, 2013).
2. Klasifikasi
Berdasarkan nilai APGAR (Apperance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Nurarif &
Kusuma, 2013)
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (asfiksi ringan) dengan niai APGAR
7-9\
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Penilaian APGAR Score

Klinis Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Warna kulit Seluruh badan Warna kulit Warna kulit,


(Appearance) biru atau pucat tubuh normal tubuh, tangan
merah muda, dan kaki
tetapi tangan normal merah
dan kaki muda, tidak ada
kebiruan sianosis

Denyut jantung Tidak ada <100 kali >100 kali


(Pulse) permenit permenit

Respon refleks Tidak ada Meringis atau Meringis atau


(Grimace) respon menangis bersin saat
terhadap lemah ketika stimulasi
stimulasi distimulasi saluran nafas

Tonus otot Lemah atau Sedikit gerakan Bergerak aktif


(Activity) tidak ada

Pernafasan Tidak ada Lemah atau Merah seluruh


(Respiration) tidak teratur tubuh menangis
kuat,
pernafasan baik
dan teratur

3. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplaster sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi dalam rahim dan dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013)
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
5) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (konginetal)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala bayi yang mengalami asfiksia pada bayi baru lahir
meliputi:
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. Pernafasan cepat
f. Nadi cepat
g. Nilai apgar kurang dari 6
5. Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2 sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan
menyebabkan muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
(denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi ateletaksis. Bila
janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai Menurun (Rahmaharyanti,
2014).
Sehingga terjadi ketidakefektifan pola nafas. Maka dapat diberikan
resusitasi bayi. Apabila bayi dapat bernafas teratur maka bayi mengalami
pernafasan normal. Tetapi karena faktor penghisapan lendir tidak
bersih dan hipotermi maka bayi akan mengalami asfiksia ringan (Lia
Dewi, 2014). Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang
dalam, denyut jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya
metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya
diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam
basa, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi memasuki periode
apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan rangsangan dan
tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan (Rahmaharyanti,
2014)
Mengenal dengan tepat perubahan – perubahan di atas sangat penting,
karena hal itu merupakan manifestasi dari pada tingkat asfiksia. Tindakan
yang dilakukan hanya akan dapat berhasil dengan baik bila perubahan
yang terjadi dikoreksi secara adekuat. Dalam praktek, menentukan tingkat
asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan pengalaman dan observasi klinik
yang cukup. Menentukan beberapa kriteri klinik untuk menilai keadaan
bayi baru lahir (Deslidel, Hasan, Hevrialni, & Sartika, 2012).

6. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan
data, pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa
pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
a. Data Subyektif, data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien
tentang masalah kesehatan.
Data subyektif terdiri dari
1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
a. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu :

1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,


merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multipel, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
5) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. yang perlu
dikaji :

1) Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum


baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
2) Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal,yang perlu dikaji antara lain :
1) Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
2) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000
gram). Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
c. Pola nutrisi, yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat
gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde
sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d. Pola eliminasi, yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekuensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya, Kebudayaan yang berpengaruh terhadap
kejadian asfiksia, kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan
tertentu terutama jenis psikotropika. Kebiasaan ibu mengkonsumsi
minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang
makanan tertentu
1) Hubungan psikologis, Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif Keadaan
umum, Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan
yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat
dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil,
panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital, Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi
preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C
dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur.
f. Data Obyektif
-

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara
lain:
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia berat.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
c. Hipotermia
d. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Perawatan Kriteria

1 Gangguan Tujuan: 1. Letakkan bayi 1. Memberi


pemenuhan Kebutuhan O2 bayi terlentang dengan rasa nyaman
kebutuhan O2 terpenuhi alas yang data, dan
sehubungan Kriteria: kepala lurus, dan mengantisipa
dengan post - Pernafasan leher sedikit si flexi leher
asfiksia berat normal 40-60 kali tengadah/ekstensi yang dapat
permenit. dengan meletakkan mengurangi
- Pernafasan bantal atau selimut kelancaran
teratur. diatas bahu bayi jalan nafas.
- Tidak cyanosis. sehingga bahu
- Wajah dan terangkat 2-3 cm
seluruh tubuh
Berwarna 2. Bersihkan jalan 2. Jalan nafas
kemerahan (pink nafas, mulut, hidung harus tetap
variable). bila perlu. dipertahanka
- Gas darah normal n bebas dari
PH = 7,35 – 7,45 lendir untuk
PCO2 = 35 mm menjamin
Hg pertukaran
PO2 = 50 – 90 gas yang
mmHg sempurna.
3. Observasi gejala 3. Deteksi dini
kardinal dan tanda- adanya
tanda cyanosis tiap 4 kelainan.
jam
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Perawatan Kriteria

4. Kolaborasi dengan 4. Menjamin


tim medis dalam oksigenasi
pemberian O2 dan jaringan
pemeriksaan kadar yang adekuat
gas darah arteri. terutama
untuk
jantung dan
otak. Dan
peningkatan
pada kadar
PCO2
menunjukka
n
hypoventilas
i
2. Resiko Tujuan 1. Letakkan bayi 1. Mengurangi
terjadinya Tidak terjadi terlentang diatas kehilangan
hipotermi hipotermia pemancar panas panas pada
sehubungan Kriteria (infant warmer) suhu
dengan adanya Suhu tubuh 36,5 – lingkungan
roses 37,5°C sehingga
persalinan Akral hangat meletakkan
yang lama bayi menjadi
dengan hangat
ditandai akral
dingin suhu Warna seluruh tubuh 2. Singkirkan kain yang 2. Mencegah
tubuh dibawah kemerahan sudah dipakai untuk kehilangan
36° C mengeringkan tubuh, tubuh
letakkan bayi diatas melalui
handuk / kain yang konduksi.
kering dan hangat.

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Perawatan Kriteria

3. Observasi suhu bayi 3. Perubahan


tiap 6 jam. suhu tubuh
bayi dapat
menentukan
tingkat
hipotermia
4. Kolaborasi dengan 4. Mencegah
team medis untuk terjadinya
pemberian Infus hipoglikemia
Glukosa 5% bila ASI
tidak mungkin
diberikan.
3. Gangguan Tujuan 1. Lakukan observasi 1. Deteksi
pemenuhan Kebutuhan nutrisi BAB dan BAK adanya
kebutuhan terpenuhi jumlah dan frekuensi kelainan
nutrisi Kriteria serta konsistensi. pada
sehubungan - Bayi dapat eliminasi
dengan reflek minum pespeen / bayi dan
menghisap personde dengan segera
lemah. baik. mendapat
tindakan /
perawatan
yang tepat.
- Berat badan 2. Monitor turgor dan 2. Menentukan
tidak turun lebih mukosa mulut. derajat
dari 10%. dehidrasi
- Retensi tidak dari turgor
ada. dan mukosa
mulut.

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Perawatan Kriteria

3. Monitor intake dan out 3. Mengetahui


put. keseimbang
an cairan
tubuh
(balance)
4. Beri ASI sesuai 4. Kebutuhan
kebutuhan. nutrisi
terpenuhi
secara
adekuat.
5. Lakukan kontrol berat 5. Penambahan
badan setiap hari. dan
penurunan
berat badan
dapat di
monito
4. Resiko Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik 1. Pada bayi
terjadinya Selama perawatan dan antiseptik dalam baru lahir
infeksi tidak terjadi memberikan asuhan daya tahan
komplikasi keperawatan tubuhnya
(infeksi) kurang /
Kriteria rendah.
- Tidak ada tanda- 2. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah
tanda infeksi. dan sesudah penyebaran
- Tidak ada melakukan tindakan. infeksi
gangguan fungsi nosokomial.
tubuh.
4.
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Perawatan Kriteria

3. Pakai baju khusus/ short 3. Mencegah


waktu masuk ruang masuknya
isolasi (kamar bayi) bakteri dari
baju petugas
ke bayi
4. Lakukan perawatan tali 4. Mencegah
pusat dengan triple dye terjadinya
2 kali sehari. infeksi dan
memper-
cepat
pengeringan
tali pusat
karena
mengan-
dung anti
biotik, anti
jamur,
desinfektan.
5. Jaga kebersihan 5. Mengurangi
(badan, pakaian) dan media untuk
lingkungan bayi. pertumbuhan
kuman.
6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini
infeksi dan gejala adanya
kardinal kelainan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Perawatan Kriteria

7. Hindarkan bayi kontak 7. Mencegah


dengan sakit. terjadinya
penularan
infeksi.
8. Kolaborasi dengan tim 8. Mencegah
medis untuk pemberian infeksi dari
antibiotik. pneumonia
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai
laboratorat sesuai advis pemeriksaan
dokter yaitu penunjang.
pemeriksaan DL, CRP.
Daftar Pustaka

Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.


Herdman, t. H., & S. K. (2015). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Irwanto I, 2017. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi. , 2017. Asfiksia
Neonatorum. Kebidanan
Nuriyanti, E. (2017, Agustus 15). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Neonatus.
Karya Tulis Ilmiah, p. 32.
World Health Organization (WHO). Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO; 2012

Anda mungkin juga menyukai