Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEONATUS


DENGAN ASFIKSIA

Disusun Oleh :

Kelompok III

1. I Wayan Tastrawan (C1117019)


2. Ni Luh Indri Astuti (C1117020)
3. Ni Made Putri Asrianti (C1117022)
4. Henny Anastasia Roring (C1117027)
5. Samuel Son Manikari (C1117028)
6. Ni Komang Ayu Mirah Prasasti (C1117029)
7. Ari Wina Sani (C1117036)
8. Gede Khrisna Eka Yudha (C1117039)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
TAHUN 2019
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEONATUS
DENGAN ASFIKSIA

A. DEFINISI PENYAKIT
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan. (JNPK-KR, 2009, hal 144)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut. Tujuan tindakan perawatan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan
kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu
persalinan. (Manuaba, I. B. G, 2010 cetakan ke II, hal 421)
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis jika
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan otak atau
kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir ditandai dengan
hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia (peningkatan PaCO2) (FKUI,
2010).
Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Hidayat, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Depkes RI, 2009).
Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
a) Pre eklamsi dan eklamsi, Diabetes Mellitus, dan anemia
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c) Partus lama dan macet
d) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
e) Kehamilan lewat waktu

2. Faktor tali pusat


a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Prolapus tali pusat
3. Faktor bayi
a) Bayi premature ( < 37 minggu)
b) Presentasi janin abnormal
c) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4. Faktor yang mendakan :
a. Bayi
1) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali
pusat
2) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik
yang diberikan pada ibu, perdarahan itral karnial, dan kelainan
bawaan.
b. Ibu
1) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi eklamsi
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio

C. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus diseluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir matiyang lebih besar. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003
asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian
anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria,sepsis neonatorum dan kelahiran
prematur.1,3 Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat
lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy,
retardasi mental dan gangguan belajar.Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun
2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan
pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%).
Menurut data-data di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2004 bayi
baru lahir berjumlah 184 orang, meninggal 9 orang (4,89%) 1 bayimeninggal
dengan asphyxia neonatorum . Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah215, meninggal 9
orang (4,19%) dimana 1 bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum.Di Rumah Sakit Dr
Pirngadi Medan. Tahun 2005, bayi baru lahir berjumlah 754 orang, 27 bayi (3,58%)
meninggal dan tahun 2006 dari jumlahkelahiran 1.185 bayi, bayi dengan asphyxia
neonatorum 205 meninggal sebelumusia 7 hari sejumlah 134 (11,31%), dimana asphyxia
neonatorum merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 108 bayi
(81%) dan tahun 2007angka kelahiran 757, bayi lahir dengan asfiksia neonatorum
sebanyak 234(30,31%) dan meninggal sebelum usia 7 hari sebanyak 59 (77,94 per seribu)
dan bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum sebanyak 20 bayi (34%).

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau
tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang
terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian
diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan
ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan
keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob
yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan
jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah
paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

TANDA Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 JUMLAH


NILAI
Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna Biru / pucat Tubuh Tubuh dan


kemerahan, ekstremitas
ekstremitas biru kemerahan

APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
E. TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis:
 RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
 Bradikardia
 tonus otot berkurang
 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
 Takikardi
 Apnea
 Pucat
 Sianosis
 penurunan terhadap stimulus
 Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjut pada asfiksia :


 Pernafasan megap-megap yang dalam
 Denyut jantung terus menurun
 Tekanan darah mulai menurun
 Bayi terlihat lemas (flaccid)
 Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
 Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
 Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
 Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
 Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

F. KLASIFIKASI
1. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium AGD : mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu
memberikan O2 yang adekuat.
2. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
3. Babygram (photo rongten dada)
4. Ekstrolit darah
5. Gula darah
6. Pulse oximetry : metode pemantauan non invasive secara kontinau
terhadap saturasi O2 Hb, pemantauan SPO2

H. PENATALAKSANAAN
1. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan
jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
b). Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap
lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap
lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami
depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk
membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-
lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
c). Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan
warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal.
Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau
pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah
resusitasi.
2. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton
resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik
(lakukan test untuk baton dan sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari
tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak
dua kali dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang
maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada
atau tersedia oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama
ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi
berjalan secara adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi
atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang. Lakukan
ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian
segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a). Bila frekuensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn
lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan
mencegah infeksi dan imunisasi)
b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x
30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c). Bila frekuensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan
ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn
lahir.
d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan
pernafasan dengan ventilasi.
f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas
denyut jari tung dan warna kulit
g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit,
rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi
denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan
ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga
bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional
pada keluarga.

I.
J. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
5. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
6. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
7. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada
stadium pertama.
B. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
C. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
D. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
Mata : Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
Hidung : Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya
pernafasan cuping hidung
E. Dada : Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat

K. MASALAH KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan janin dalam kandungan
kekurangan 02 dan kadar co2 meningkat yang ditandai dengan apnea,
bayi tidak menunjukkan bernafas spontan,tekanan darah menurun,bayi
tidak bereaksi terhadap rangsangan,denyut jantung janin lambat,bayi
terlihat lemas.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ganguan perfusi
ventilasi di tandai dengan sianosis, pernafasan cuping hidung,
takikardi dan pH arteri menurun.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan pada system
syaraf pusat yang sangat terangsang dalam kondisi asfiksia ditandai
dengan tekanan darah abnormal,frekuensi jantung abnormal,dispnea.
d. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan
dengan adaanya kemungkinan hipovolemia atau kematian jaringan
e. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya infeksi nosokomial dan
respon imun yang terganggu.
L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
D TGL DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
X
1 Pola nafas tidak Tujuan : Pola nafas 1. Observasi ttv terutama irama, 1. Mengetahui status
efektif tetap paten atau efektif kedalaman dan frekuensi nafas pernafasan
berhubungan Kriteria hasil: 2. Pertahankan jalan nafas tetap 2. Jalan nafas yang baik dapat
dengan janin 1.Kecepatan dan irama baik menjamin lancarnya proses
dalam respirasi dalam batas 3. Berikan rangsangan taktil inspirasi dan ekspirasi
kandungan normal 4. Ajarkan keluarga untuk 3. rangsangan taktil dapat
kekurangan 02 2. Tidak adanya bunyi menempatkan bayi pada posisi merangsang terjadinya
dan kadar co2 nafas tambahan terlentang dengan leher sedikit usaha nafas spontan
meningkat yang 3.Denyut jantung bayi ekstensi dan hidung menghadap 4. untuk mencegah adanya
ditandai dengan normal ke atas penyempitan jalan nafas
apnea, bayi 4.Bayi bereaksi terhadap 5. Kolaborasi pemberian O2 sesuai 5. Mengetahui perkembangan
tidak rangsangan indikasi oksigen pemberian O2 dapat
menunjukkan 5. Bayi menunjukkan 6. Kolaborasi dalam pemeriksaan mencegah terjadinya
bernafas upaya bernafas spontan AGD metabolisme anaerob
spontan,tekanan 6. Ekspansi dada simetris 6. Mengetahui perkembangan
darah oksigen
menurun,bayi
tidak bereaksi
terhadap
rangsangan,deny
ut jantung janin
lambat,bayi
terlihat lemas
2 Gangguan Tujuan : Diharapkan 1. Observasi pola napas. Catat 1. Pasien pada ventilator dapat
pertukaran gas gangguan pertukaran gas frekuensi pernapasan, jarak antara mengalami
yang pasien dapat teratasi. pernapasan spontan dan napas hiperventilasi/hipoventilasi.
berhubungan Criteria hasil: ventilator. Dispnea dan berupaya
dengan ganguan 1.Membuat atau 2. Auskultasi dada secara memperbaiki kekurangan
perfusi ventilasi mempertahankan pola periodik, catat dengan bernapas berlebihan.
di tandai dengan pernapasan efektif adanya/takadanyadan kualitas 2. Memberikan informasi tentang
sianosis, melalui ventilator dengan bunyi napas, bunyi napas aliran udara melalui
pernafasan tanpa penggunaan otot tambahan, juga simetrisitas trakeobronkial dan
cuping hidung, pernapasan aksesori, gerakan dada. adanya/takadanya cairan,
takikardi dan pH sianosis atau tanda lain 3. Tinggikan posisi kepala bayi obstruksimukosa.
arteri menurun. hipoksia, saturasi oksigen dengan menggunakan bantal. 3. Peninggian kepala pasien atau
dalam rentang normal. 4. Periksa kecepatan interval turun dari tempat tidur
2.Berpartisipasi dalam napas panjang (biasanya 1,5 sementara masih ada ventilator
upaya penyapihan( sampai 2 kali volume tidal ). secara fisik dan psikologi
dengantepat ) dalam 5. Awasi rasio inspirasi dan menguntungkan.
kemapuan individu. ekspirasi( I:E ). 4. Napas panjang meningkatkan
3.Menunjukkan perilaku 6. Bila bayi sudah mulai bernafas ventilasi maksimal alveoli untuk
untuk mempertahankan tetapi masih sianosis berikan mencegah atau menurunkan
fungsi pernapasan. narium bikarbonat 7.5% atelektasis dan meningkatkan
sebanyak 6cc. dekstrosa 40% secret.
sebanyak 4cc disuntikkan 5. Fase ekspirasi biasanya dua kali
malalui vena umbilicus secara panjangnya dari kecepatan
perlahan – lahan. inspirasi, tetapi lebih lama untuk
mengkonsumsi jebakan udara
untuk memperbaiki pertukaran
gas pada pasien.
6. Untuk mencegah tekanan
intracranial meningkat
3 Intoleransi Tujuan : 1. Observasi tanda vital 1. untuk mengetahui
aktivitas diharapkan gangguan 2. berikan posisi yang perkembangan kondisi cardiac
berhubungan intoleransi aktifitas dapat nyaman,memberikan bantal pulmonal
dengan tertatasi dan tempat tidur yang 2. pasien mungkin nyaman dengan
gangguan pada Kriteria hasil : nyaman kepala tinggi,karena aliran darah
system syaraf 1. Tekanan darah normal 3. Menganjurkan keluarga lebih mudah masuk ke otak dan
pusat yang 2.Frekuensi jantung untuk mengurangi sentuhan bahu rileks
sangat terangsan normal 4. Memberikan informasi 3. menurunkan stress dan
dalam kondisi 3.RR normal kepada keluarga mengenai rangsangan
asfiksia ditandai penyakit asfiksia dan hal – berlebihan,meningkatkan
dengan tekanan hal yang berhubungan istirahat
darah dengan asfiksia tersebut 4. dengan informasi yang benar
abnormal,frekue 5. kolaborasi analgesic sesuai diharapkan keluarga dapat
nsi jantung dengan kondisi membantu dalam proses
abnormal,dispne . kesembuhan
a. 5. obat ini dapat meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
umum
4 Risiko Tujuan : Risiko 1. auskultasi frekuensi dan irama 1. takikardi sebagai akibat sebagai
ketidakefektifan ketidakefektifan perfusi jantung. Catat terjadinya bunyi hipoksimia dan kompensasi
perfusi jaringan jaringan otak dapat jantung ekstra upaya peningkatan aliran darah
otak yang diatasi 2. .observasi warna dan suhu kulit dan perfusi jaringan. Gangguan
berhubungan Kriteria Hasil : atau membrane mukosa irama berhubungan dengan
dengan adaanya 1. irama jantung ataau 3. ukur haluaran urine dan catat hipoksemia,ketidakseimbangan
kemungkinan frekuensi dan nadi perifer berat jenisnya elektrolit,dan atau peningkatan
hipovolemia dalam batas normal 4. anjurkan keluarga untuk ikut peregangan jantung kanan bunyi
atau kematian 2.tidak adanya sianosis memantau keadaan pasien jantung ekstra misalnya S3 dan
jaringan sentral atau perifer 5. berikan cairan (IV/ per oral) S4 terlihat sebagai peningkatan
3.kulit hangat atau kering sesuai indikasi kerja jantung atau terjadinya
4.haluaran urine dan dekompensasi.
berat jenis dalam batas 2. kulit
normal pucat/sianosis,kuku,membrane
bibir atau lidah.,atau dingin,kulit
burik menunjukkan
vasokontriksi perifer (syok) dan
atau gangguan darah sistemik.
3. syok lanjut atau penurunan
curah jantung menimbulkan
penurunan perfusi ginjal.
Dimanifestasikan oleh
penurunan haluaran urine
dengan berat jenis normal atau
meningkat.
4. untuk mengurangi terjadinya
resiko perfusi jaringan
5. peningkatan cairan diperlukan
untuk menurunkan
hipervsikositas darah (potensial
pembentukan thrombus ) atau
mendukung volume sirkulasi
atau perfusi jaringan.
5 Risiko infeksi Tujuan : resiko 1. Observasi keadaan umum dan 1. demam mengindikasikan efek
berhubungan infeksi dapat teratasi tanda – tanda vital dari endotoksin dan endorphin
dengan adanya Kriteria hasil : 2. Berikan isolasi atau pantau yang melepaskan tirogen.
infeksi pengunjung Hipotermi adalah tanda
nosokomial dan 3. Batasi penggunaan alat atau genting yang merefleksikan
respon imun prosedur infasif perkembangan status syok atau
yang terganggu. 4. Ajarkan keluarga pasien untuk penurunan perfusi jaringan
mencuci tangan sebelum dan 2. isolasi/pembatasan
sesudah melakukan aktifitas pengunjung dibutuhkan untuk
yang melibatkan pasien (bayi) melindungi pasien
5. Kolaborasi dengan laboratorium imunosupresi mengurangi
mengambil specimendarah resiko kemungkinan infeksi
urine dan feses bayi 3. mengurangu jumlah lokasi
yang dapat menjadi tempat
masuk organism
4. untuk mengurangi kontaminasi
silang
5. untuk mengidentifikasi portal
entry dan organisme
kemungkinan infeksi.
M. IMPLEMENTASI
Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencanan
tindakan keperawatan. (Aziz Alimul, 2009)

N. EVALUASI
1. Pola nafas tetap paten atau efektif
2. Diharapkan gangguan pertukaran gas pasien dapat teratasi.
3. diharapkan gangguan intoleransi aktifitas dapat tertatasi
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat diatasi
5. resiko infeksi dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta

Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta: Salemba
Medika

Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai