Anda di halaman 1dari 23

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah
1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal.Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional.Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan
ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir. Seperti pada kasus By Ny “S”terjadi asfiksia bayi lahir
tidak menangis dan tidak bergerak aktif bidan harus mengetahui bagaimana
penangan yang tepat karena apabila penanganan salah dan dilakukan terlambat
pastinya akan menyumbangkan meningkatnya angka kematian bayi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan berpedoman pada KEPMENKES
NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
2

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian data pada By Ny. “S” Usia 0 hari dengan Asfiksia.
2. Menyusun diagnosa kebidanan pada By Ny. “S” Usia 0 hari dengan Asfiksia.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara kontinyu pada By Ny. “S” Usia 0
hari dengan Asfiksia.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yang sudah disusun pada
By Ny. “S” Usia 0 hari dengan Asfiksia.
5. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan By Ny. “S” Usia 0
hari dengan Asfiksia.
1.3 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan gadar neonatal ini dilaksanakan di Poned Puskesmas
Ngrambe pada tanggal 13 Mei 2019- 15 Mei 2019 pada By Ny. “S” Usia 0 hari
dengan Asfiksia.
1.4 Sistematika Penulisan
1. Bab 1 Pengkajian berisi latar belakang, tujuan, pelaksanaan, dan sistematika
penulisan
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan
kebidanan.
3. Bab 3 Tinjauan Kasus, berisi data subjektif, data objektif, assessment, dan
penatalaksanaan
4. Bab 4 berisi kesimpulan
3

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir (Winkjosastro, 2008:146)
Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012:421).
2.1.2 Macam Asfiksia
Menurut Saifuddin (2009:347) ada 2 macam asfiksia yaitu asfiksia primer dan
asfiksia sekunder.
1. Asfiksia primer ialah bayi lahir tidak menangis,pernafasan bayi berhenti, denyut
jantung juga mulai menurun dan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-
angsur.
2. Asfiksia sekunder ialah bayi lahir langsung menangis tetapi semakin lama bayi
akan bernafas megap-megap, denyut jantung terus menurun, dan tekanan darah
bayi mulai menurun serta bayi menjadi lemas.
Menurut Saifuddin (2009:347) klasifikasi asfiksia yaitu:
1. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/menit, tonus
otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
2. Asfiksia sedang (Nilai APGAR 4-6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 x/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis respirasi lambat,
tidak teratur.

3
4

3. Asfiksia ringan ( Nilai APGAR 7-8)


Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 x/menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif, seluruh badan merah, menangis kuat, respirasi baik.
Nilai APGAR menurut Manuaba (2012:421) yaitu
Skor 0 1 2
A: Appearence color Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
P: Pulse (heart rate) Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100
(frekuensi jantung)
G: Grimance (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk/
terhadap rangsangan) mimik bersin
A: Activity (tonus otot) Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif
fleksi sedikit
R: Respiration (usaha Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
nafas)
Sumber: Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
2.1.3 Patofisiologi
Setiap bayi baru lahir selalu mengalami keadaan hipoksia, dan karena hipoksia
itu akan merangsang bayi untuk berusaha bernapas. Tetapi bila bayi tidak
menunjukkan usaha bernapas hipoksia itu berlanjut sampai ke keadaan yang parah.
Hipoksia janin itu sendiri dipengaruhi oleh faktor ibu, fetus, plasenta, neonatus, dan
resiko.
Hipoksia pada ibu akan mengakibatkan gangguan aliran plasenta sehingga
terjadi penurunan aliran O2 ke janin sehingga janin akan mengalami hipoksia. Untuk
faktor fetus hipoksia janin terjadi akibat kompresi tali pusat sehingga terjadi
gangguan aliran darah umbilikus pada janin. Sedangkan untuk faktor plasenta terjadi
insufisiensi plasenta yang menyebabkan penurunan aliran O2 ke janin. Anastesi yang
diberikan secara berlebihan pada waktu proses persalinan dan trauma yang dialami
bayi sewaktu persalinan (partus lama dan partus tindakan) akan mengakibatkan
depresi susunan saraf pusat pada janin. Sehingga akan terjadi kekacauan pada SSP
dalam memberikan impuls kepada organ pernapasan dan berakibat gangguan fungsi
organ pernapasan. Udara yang dihirup akan mengandung bakteri, virus maupun
benda-benda asing yang semestinya tidak ikut masuk ke organ pernapasan untuk itu
5

organ-organ pernapasan atas akan melakukan kompensasi dengan mengeluarkan


lendir atau mukus, tetapi karena terjadinya kerusakan organ-organ pernapasan
terjadilah produksi lendir yang berlebih sehingga akan mengakibatkan penumpukan
mukus atau lendir. Hal ini akan menurunkan kadar O2 yang seharusnya diterima janin
secara normal (terjadilah hipoksia janin). Untuk faktor resiko diakibatkan karena gizi
buruk pada ibu sehingga mempengaruhi penurunan kadar Hb dalam darah ibu.
Karena Hb yang berfungsi mengikat O2 menurun mengakibatkan O2 dalam darah ibu
berkurang, hal ini mengakibatkan sirkulasi O2 dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu,
pada akhirnya terjadi penurunan IVGR dan hipoksia janin. Dalam hal ini terjadi pula
kematuran paru yang mengakibatkan ekspansi paru belum maksimal sehingga terjadi
kelemahan-kelemahan otot pernapasan yang berakibat hipoksia janin.
Hipoksia janin mengakibatkan perfusi jaringan yang berakhir pada kematian
jaringan. Selain itu hipoksia janin mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga
terjadi akumulasi asam laktat, hal itu akan membuat bayi mengalami asidosis yang
akan berakibat pada asfiksia. Hipoksia janin juga akan menstimulasi nevus vagus
saraf simpatis yang akan mengaktifkan kontraksi otot polos kolon. Sehingga janin
mengalami defakasi intrauterin yang akan membuat air ketuban berwarna hijau. Pada
saat janin melakukan aspirasi intrapartum air ketuban yang terkontaminasi oleh tinja
tersebut akan ikut masuk ke dalam sistem pernapasan janin yang berakibat janin
mengalami asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe I
disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menujukkan usaha nafas,
dan kemudian diikuti pernapasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat, usaha nafas
tidak tampak sehingga bayi berada pada periode apnoe yang ke II. Apabila perawatan
yang dilakukan berhasil bayi akan menunjukkan usaha bernapas, tetapi jika tidak bayi
akan mati.
6

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


2.2.1 Pengkajian Data
1. Data subyektif
a. Identitas Bayi
Diperlukan sebagai alat pengenal yang efektif harus untuk memudahkan identifikasi
bayi meliputi nama bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, nama orang tua, umur
orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, agama. (Saifuddin, 2009 : N-
35).
b. Riwayat antenatal
Faktor penyebab asfiksia: gangguan his (tetania uteri-hipertoni), turunnya tekanan
darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta,
asokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia dan
gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta (Manuaba, 2012:421).
c. Riwayat natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa(normal/spontan) yaitu bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam (Wiknjosastro, 2008:180).
d. Riwayat post natal
Asuhan pascaresusitasi yaitu biasanya dilakukan kontak kulit di dada ibu (metode
kanguru), bayi berada di bawah radian heater (jika tersedia) (Saifuddin 2006:M-
120).
e. Bayi bisa dalam keadaan soanosis (biru) atau sukar bernafas diberikan oksigen
lewat kateter hidung atau nasal prong (Saifuddin 2006:M-121)
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum BBLC:
60 xBeratBadan
Hari pertama :
8
7

( 60−30 ) xBeratBadan
Hari kedua :
8
150 xBeratBadan
Begitu seterusnya sampai maksimal :
8
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya memerlukan ASI atau
susu formula selama 6 bulan pertama (Varney, 2001:897).
2) Tidur/istirahat
Bayi perlu banyak tidur (Varney, 2001:897).Dalam 2 minggu pertama setelah
lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur
16 jam sehari (Marmi, 2012: 81)
3) Eliminasi
BAB : Bayi mempunyai feces lengket berwarna hitam kehijauan selama dua
hari pertama, ini disebut mekoneum. Feces bayi yang diberi ASI
akan berubah warna jadi hijau-emas, lunak dan terlihat seperti bibit
(seedy). Bayi yang diberi susu formula memiliki feces berwarna
coklat gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan BAB 1 sampai 4 kali
per hari (Varney, 2001:897).
BAK : Bayi BAK 4-5 kali/hari (Varney, 2001:897).
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7- 10 x sehari.

4) Personal hygiene
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti
popoknya minimal 4- 5 kali/ hari (Marmi, 2012: 80).Bungkus bayi dengan kain
lunak, kering dan selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas
(Saifuddin, 2006:M-122).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
Pada asfiksia, bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.
(Winkjosastro, 2008: 144)
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2001:891) :
8

Suhu : < 36oC


Nadi : < 100 x/menit
Pernafasan : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dadake dalam
atau merintih (Saifuddin, 2009:M-121).
c. Pengukuran antropometri
1) Lingkar kepala 33-38 cm. Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari
kepala kembali ke dahi (Marmi, 2012: 55)
2) Sirkumferensia suboccipito bregmatika 32 cm.
3) Sirkumferensia mento occipito 34 cm (Wiknjosastro,2007:119).
4) Lingkar dada 30-38 cm. Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali
ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua putting susu) (Marmi, 2012: 55)
5) Lingkar lengan ± 11 cm.
6) Panjang badan 48-52 cm (Pusdiknakes, 1992:72).
7) Berat badan 2500-4000 gram.
Berat badan janin kecil dari usia kehamilannya dapat menimbulkan asfiksia sedang
sampai berat (Manuaba, 2012:440).
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bersar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput, hematoma
(Winkjosastro, 2008)
2) Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung.
3) Mulut : Sianosis (Saifuddin, 2006: M-120).
4) Leher : kerusakan persendian tulang leher (Manuaba, 2012:493).
5) Dada : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau
merintih (Saifuddin, 2006:M-121).
6) Apneu(sukar bernafas) (Saifuddin, 2009:P-88).
7) Jantung : frekuensi denyut jantung krang dari 100x/menit bahkan detak jantung
tidak dapat terdeteksi (Saifuddin, 2006:P-88).
8) Integumen : sianosis sentral atau sianosis perifer (Saifuddin, 2009:P-88).
e. Keadaan neuromiskuler
9

Berdasarkan criteria neurologic pada bayi normal adalah; a) posisi bayi frog psotion
(fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), b) Reflek moro positif dan harus simetris, c)
reflek hisap positif pada sentuhan palatum mole, d) refleks menggenggam positif
(Marmi, 2011: 70).
Refleks : gerakan naluriah untuk melindungi bayi.
1) Refleks gabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan jari telunjuk
pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 samapi 5 ketukan
pertama.
2) Refleks hisap
Benda menyentuh bibir bayi disertai refleks menelan. Tekanan pada mulut bayi pada
langit bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu
bayi menyusu.
3) Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya mengusap pipi bayi
dengan lembut: bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya.
4) Refleks genggam (Palmar gasp)
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normalnya bayi
akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan bayi ditekan : bayi akan
mengepalkan tinjunya.
5) Refleks babinski
Gores telapak kaki ke arah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki. Bayi
akan menunjukkan respon berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari
dorsifleksi.
6) Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
7) Refleks toning leher atau “fencing”
10

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas
yang berlawanan akan fleksi bial kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir.

8) Refleks ekstruksi
Bayi baru lahir menjulurkan lidahnya keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari
atau putting.(Marmi, 2011: 70-72).
Jika kekuatan menghisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan
yang dituju (Saifuddin, 2009:M-121).
2.2.2 Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir, usia < 5 menit, jenis kelamin laki-laki/perempuan, lahir
spontan/dengan tindakan, aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia berat),
AS 4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Potensial terjadinya gangguan pemenuhan O2sehubungan dengan post asfiksia.
2. Potensial terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya perpindahan intra uterin
ke ekstra uterin.
3. Potensial terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
4. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh bayi.
5. Potensial terjadinya hipoglikemi sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
6. Potensial terjadinya gangguan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan
dengan tidak dilakukannya IMD.
Prognosa baik/ buruk.
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa : Bayi baru lahir, usia < 5 menit, jenis kelamin laki-laki/perempuan,
lahir spontan/dengan tindakan, aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia
berat), AS 4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Tujuan : keadaan bayi menjadi lebih baik dan asfiksia teratasi.
11

Kriteria : -TTV normal


a. Bayi bergaerak aktif
b. Bayi menangis kuat
c. Bernafas spontan dan teratur (30-60 x/menit)
d. Warna kulit kemerahan
e. Denyut nadi > 100 kali/menit
f. Ada respon batuk/bersin terhadap refleks
Intervensi menurut (Wiknjosastro, 2008: 144):
a. Beritahu ibu bahwa bayi telah lahir namun harus dilakukan tindakan yaitu
resusitasi awal / HAIKAP.
R/ ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan.
b. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk/ kain dan nyalakan
lampu 60 watt dengan jarak 60 cm.
R/ mencegah hipotermi
c. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
d. Isap atau bersihkan jalan nafas dengan penghisap lender delee.
R/ Membersihkan jalan nafas
e. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka / dada/ perut/
punggung.
R/ memberikan rangsangan supaya dapat berusaha bernafas.
f. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan.
R/ jalan nafas tidak terganggu
g. Lakukan penilaian,
1) Bila menangis spontan dan pernafasannya 30-60 x/ menit lakukan
perawatan BBL pasca resusitasi
2) Bila tidak menagis spontan, lakukan ventilasi percobaan 2x lalu
dilanjutkan dengan ventilasi definitive sebanyak 20x/ 30 detik selama 2
menit menggunakan tabung dan sungkup atau balon dan sungkup. Bila
12

berhasil lakukan perawatan BBL pasca resusitasi. Bila tidak berhasi atau
bayi belum menangis maka rujuk untuk dilakukan pijat jantung.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
Masalah I : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia.
Tujuan : Neonatus dapat bernafas normal
Kriteria :- Pernafasan normal 40-60 x/menit
- Irama nafas teratur
- Bayi menangis kuat
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan
leher sedikit tenengadah / ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
R/ jalan nafas tidak terganggu
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O 2 dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri.
R/ Kebutuhan O2 terpenuhi
Masalah II : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya
proses persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36ºC
Tujuan : Neonatus dalam kondisi hangat
Kriteria : - Tubuh bayi kemerahan
- Akral dan tubuh bayi hangat
- Suhu tubuh normal 365ºC - 375ºC
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Letakkan bayi telentang diatas pemancar panas.
R/ mencegah hipotermi
13

b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh,


letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
R/ kondisi neonatus tetap hangat
c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian infus glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan.
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
Masalah III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan : Neonatus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat
Kriteria : - Reflek rooting, sucking, swallowing baik
- Kebutuhan cairan (susu) dapat di konsumsi
- Peristaltik usus (+) 6-12 kali /menit
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Lakukan observasi BAB dan BAK (jumlah, frekuensi, dan
konsistensi).
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
b. Monitor turgor dan mukosa mulut.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
c. Monitor intake dan output.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Beri PASI atau ASI sesuai kebutuhan.
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Lakukan control berat badan setiap hari.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
(Wiknjosastro, 2008: 144)
Masalah IV : Resiko terjadinya infeksi sehubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh bayi.
Tujuan : Neonatus dalam kondisi sehat
14

Kriteria : - Suhu tubuh tidak meningkat (normal 365ºC - 375ºC)


- Gerak aktif
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
kebidanan
R/ Mencegah infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ menghindarkan dari kuman dan bakteri
c. Pakai baju khusus / skort waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
R/ Mencegah infeksi
d. Lakukan perawatan tali pusat minimal 2 kali sehari.
R/ Mencegah infeksi dan menghindari perdarahan
e. Jaga kebersihan (badan, pakaian, dan lingkungan bayi)
R/ bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
f. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
g. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
R/ bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
h. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
R/ mencegah terjadinya infeksi
Masalah V :Resiko terjadi hipoglikemia sehubungan dengan
metabolisme yang meningkat.
Tujuan : Bayi tidak hipotermi
Kriteria : - Bayi dalam kondisi hangat
- TTV dalam batas normal
- Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap
pemberian nutrisi.
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
15

b. Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.


R/ mencegah hipotermi
c. Observasi gejala cardinal (suhu, nadi,respirasi).
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
Masalah VI :Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu
sehubungan dengan perawatan intensif.
Tujuan : Ibu tetap dekat dengan bayinya tanpa rawat gabung
Kriteria : - Ibu mengerti penjelasan tenaga medis
- Ibu memahami kondisis bayinya
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Jelaskan pada ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
R/ keluarga / ibu mengerti keadaan bayinya
b. Bantu orang tua / ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ keadaan psikologis lebih baik
c. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
R/ ibu lebih paham dan lebih nyaman
d. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi dengan kaca)
R/ hubungan interpersonal antara ibu dan bayi menjadi lebih baik
e. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi sehat.
R/ Bounding attachment terlaksana
2.2.4 Pelaksanaan
Tindakan asuhan yang kita lakukan terhadap klien sesuai dengan masalahnya
mencakup tindakan mandiri dan kooperatif dengan melibatkan klien dan keluarga
secara langsung untuk mencapai hasil sesuai yang diinginkan. (Doenges,2001:14)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien.
16

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007


(2011: 7), evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu
sebagai berikut:
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.

Petugas

Mahasiswa
17

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal/Jam pengkajian : 13 Mei 2019 Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Poned Puskesmas Ngrambe

3.1 Data Subjektif


Biodata Bayi
Nama : By. Ny. S
Tanggal lahir : 13 Mei 2019 pukul 17.00WIB
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Anak ke :1
Biodata orang tua
Istri Suami
Nama : Ny”S” Tn”K”
Umur : 23 tahun 24 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Umur menikah : 23 tahun 24 tahun
Lama/berapa kali : 1th/IX 1th/IX
Alamat : Ds. W Kec. N Kab N
1. Bayi lahir tidak menangis, tidak bergerak aktif, apgar score 4-5.
2. Ibu dan keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita penyakit menular
menurun.dan menahun.
3. Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 9 bulan lebih. Ibu rutin periksa
kehamilannya di bidan dan di dokter Spog 3X, mendapatkan tablet tambah darah,
kalk dan multivitamin, sudah mendapatkan penyuluhan tentang kebutuhan dasar

1
7
18

ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, tanda persalinan, persiapan persalinan dan
posisi persalinan. Selama hamil ibu sehat tidak ada keluhan.HPHT 03-08-2018
HPL 10-05-2019
4. Ibu mengatakan tanggal 13 Mei 2019 datang ke BPM pukul 04.00 WIB merasa
kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir darah, tanggal 13 Mei 2019 pukul
16.00 wib oleh bidan dirujuk ke Poned karena dipimpin meneran selama 1 jam
tidak ada kemajuan. Bayi lahir spontan tanggal 13 Mei 2019 pukul 17.00 wib,
tidak segera menangis, gerak tidak aktif, jenis kelamin laki-laki.
5. Setelah lahir bayi dilakukan HAIKAP karena bayi tidak segera menangis sehingga
harus diberikan resusitasi.
3.2 Data Objektif
1. Keadaan umum lemah
2. TTV:
S = 36oC
N = 100 x/m
RR = 34 x/menit
3. Pengukuran antopometri
BBL : 3000 gram
PBL : 48 cm
LK : 32 cm
LD : 32 cm
LP : 30 cm
4. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : Bentuk bulat lojong, warna hitam, penyebaran merata,


tidak ada pelebaran sutura, fontanela mayor dan minum
belum menutup, ada caput succadaneum, tidak ada
cephal hematoma, tidak hidrosepalus, tidak ada molase
dan tidak ada benjolan abnormal.
2) Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva palpebra merah muda,
19

sklera putih, tidak ikterus, tidak ada pengeluaran sekret


berlebih, jarak antara kedua alis tidak lebih dari 3 cm.
3) Hidung : Defiasi septumnasi lurus, lubang hidung simetris, NGT
(-), tidak ada pemesaran polip, sekret pada hidung, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
4) Mulut : Bibir basah kemerahan, mukosa lembab, tidak ada labio
schisis, tidak ada labio palato schisis, tidak ada labio
geneto schisis, reflek rooting, sucking serta reflek isap
lemah.
5) Telinga : Daun telinga simetris,tidak ada pengeluaran
sekret/serumen.
6) Leher : Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
7) Dada : Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak
ada benjolan abnormal, getaran kiri dan kanan sama,
tidak ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding
dada, tidak ada kelainan irama jantung, HR : 130
x/menit, RR : 34 x/menit
8) Abdomen : Dinding abdomen simetris, tidak buncit, tali pusat basah
warna putih kekuningan, tidak ada perdarahan pada tali
pusat, tali pusat tidak bau, perut teraba lunak, tidak
kembung, dan tali pusat dibungkus dengan kasa kering
steril, tidak ada pembengkakan hepar dan limpa, vesiko
urinaria kosong.
9) Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun pada skrotum,
tidak ada kelainan.
10) Anus : Terdapat lubang anus
11) Ekstremitas
Atas : Simetris, normal, tidak andaktili, sindaktili dan polidaktili,
tidak ada kelainan bawaan.
20

Bawah : Simetris, normal, tidak andaktili, sindaktili dan polidaktili,


tidak ada kelainan bawaan, tidak ada kelainan gerak, tidak
ada vasvarus dan fasfagus, akral dingin
12) Kulit : Sianosis pada kaki, pucat, kulit halus, lembut, tidak ada
pengelupasan kulit, turgor kulit baik.

5. APGAR Skor

NO Kriteria Menit 1 Menit 5


1 Appearence 1 1
2 Pulse 1 1
3 Grimance 1 1
4 Activity 1 1
5 Respiration 0 1
Jumlah 4 5
3.3 Assesment
Bayi baru lahir dengan asfiksia sedang, KU lemah, prognosa buruk.
3.4 Penatalaksanaan
1. Keringkan bayi kemudian jepit, potong tanpa diikat.
E/ bayi terlihat lemas dan hanya merintih
2. Lakukan HAIKAP sebagai tindakan resusitasi awal meliputi :
a. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk/kain.
b. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c. Hisap atau bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir.R/ Membersihkan
jalan nafas.
d. Keringkan bayi (dengan memberikan sedikit tekanan) dan gosok
muka/dada/perut/punggung bayi.
e. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan.
f. Lakukan penilaian bayi.
E/ Hasilnya bayi menangis, dan bergerak aktif.
21

3. Menjelaskan pada keluarga keadaaan bayinya sekarang


E/ bayi sudah menangis dan bisa bernafas spontan, ibu merasa lega
4. memindahkan bayi ke ruang rawat gabung pukul 20.00 WIB untuk dilakukan
perawatan pasca resusitasi
E/ orangtua bayi setuju dan setelah bayi dipindah diruang rawat gabung bayi
mendapatkan perawatan yang lebih optimal dan keadaan bayi lebih membaik
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang lebih
lanjut
6. Menjelaskan tanda bahaya bayi meliputi malas minum, kulit kuning, merintih,
demam tinggi,tubuh pucat dan kebiruan.
E/ setelah diberikan penjelasan orangtua bayi mengerti, jika menemui hal
tersebut, orangtua bayi akan melapor ke petugas kesehatan.

Petugas

Murniati
22

BAB 4
SIMPULAN

Asuhan kebidanan gadar neonatal kepada By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia
karena berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada saat lahir bayi tidak
menangis dan bergerak aktif hal ini terjadi karena pada riwayat persalinan terjadi kala
II lama dari tempat rujukan sudah dipimpin selama 1 jam tidak ada kemajuan,
sehingga bayi lahir asfiksia dengan nilai APGAR 4-5. Kemudian dilakukan resusitasi
setelah dilakukan resusitasi bayi menangis spontan dan bergerak aktif. Bayi dapat
tertangani hal ini dikarenakan penanganan bidan dengan cepat, tepat, terlatih, dan
kompeten

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes 2007, tentang Standar Asuhan Kebidanan. Dirgen Bina Upaya Kesehatan
Kemenkes RI 2011
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB Untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Purwanti, Eni, 2012. Asuhan Kebidanan untuk Ibu Nifas, Cakrawala Ilmu:
Yogyakarta.

Saifudin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Varney, Helen, DKK. 2001. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC.


2008. Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Gulardi H.2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

23

Anda mungkin juga menyukai