Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASFIKSIA PADA BAYI BARI LAHIR

Disusun Oleh: Kelompok 2

1. Maslihatun NPM.1926040068.P 13. Sintikhe Natalia NPM.1926040100.P


2. Meta Kosasi NPM.1926040090.P 14. Siti Nirmala NPM.1926040080.P
3. Meyka Gemi NPM.1926040129.P 15. Siti Zulhijah NPM.1926040038.P
4. Naryati NPM.1926040145.P 16. Sri Kartika Rahayu NPM.1926040196.P
5. Nuraya NPM.1926040065.P 17. Tri Josih Pebriani NPM.1926040105.P
6. Nurhalimah NPM.1926040147.P 18. Uswatun Fadila NPM.1926040123.P
7. Nurhani Oktami NPM.1926040039.P 19. Venty HS Manunjung NPM.1926040110.P
8. Ovianis Danti NPM.1926040023.P 20. Vera Fitriana NPM.1926040092.P
9. Paiza NPM.1926040106.P 21. Widya Nita Andriani NPM.1926040058.P
10. RASDA DIANA NPM.1926040111.P 22. Yeni Sri Wahyuni NPM.1926040109.P
11. Septi Widya Utami NPM.1926040160.P 23. Yesi Noprianti NPM.1926040127.P
12. Septianingsih S NPM.1926040036.P

PROGRAM STUDI JENJANG DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan
Penanganannya” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah
untuk menambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan
penanganannya agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada
neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang
tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini,
namun penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah ini.

Bengkulu, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada
masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal.Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir
rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan
kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan
neonatal oleh tenaga professional.Untuk menurunkan angka kematian bayi baru
lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru
lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi
pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang
terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi asfiksia ?

C. Tujuan
1. Untuk
A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

B. Jenis Asfiksia
Ada dua macam jenis Asfiksia, yaitu :
1. Asviksia Livida (biru) ciri-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognasi lebih
baik.
2. Asfiksia Pillida (putih) ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah
berkurang, tidak ada rektasi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis
jelek. (Prawirohardjo, 2010)

C. Klasifikasi Asfiksia
Nilai
No Klasifikasi Derajat Vitalitas
APGAR
1 Fress Stillbirth 0 Tidak ada pernapasan
(bayi lahir mati) Tidak ada denyut jantung
2 Asfiksia Berat 1-3 Denyut jantung
<40x/menit
3 Asfiksia Sedang 4-6 Pernapasn tidak teratur,
megap-megap, atau tidak
ada pernapasan
4 Asfiksia Ringan / tanpa 7-9 Tangisan kuat disertai
Asfiksia gerakan aktif
5 Bayi Normal 10
D. Penyebab
Terjadinya asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor
1. Faktor Intrauterin
a. Keadaan Ibu
1) Hipotensi (syok) dengan berbagai sebab
2) Penyakit kardiovaskuler dan paru
3) Anemia / Mal nutrisi
4) Keadaan asidosid / dehidrasi
5) Sindrom supin hipotensi
6) Penyakit Diabetes Melitus
b. Uretus
1) Kontraksi uterus yang berlebihan
2) Gangguan sistem perdaran darah uterus
c. Plasenta
1) Gangguan pembuluh darah plasenta
2) Pendarahan pada plasenta pravia
3) Gangguan pertumbuhan plasenta
d. Tali Pusat
1) Kompresi tali pusat
2) Simpul tali pusat
3) Tali pusat terputir jell woartom yang lemah
4) Lilitan tali pusat
5) Prolapus / tali pusat terkemuka
6) Fetus
7) Infeksi intrauterin
8) Gangguan pertumbuhan intrauterin
9) Pendarahan pada janin
10) Anemia
2. Faktor Umur Kehamilan
a. Persalinan prematur (BBLR)
b. Persalinan presipitatus
c. Persalinan lewat waktu
3. Faktor Persalinan
a. Persalinan memanjang / terlantar
b. Persalinan dengan tindakan operatif
c. Persalinan dengan induksi
d. Persalinan dengan anestesi
e. Pendarahan (solusio plansenta marginalis)
4. Faktor Buatan
a. Sindrom hipotensi supinasi (posisi tidur)
b. Asfiksia intrauterin pada induksi persalinan
c. Asfiksia intrauterin pada persalinan dengan anestesi

E. Tanda dan Gejala


1. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung < 40 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tanus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika dirangsang
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
3. Asfiksia ringan / tanpa asfiksia
a. Takipnea napas > 40 x / menit
b. Bayi tampak cyanosis
c. Adanya retaksi sela iga
d. Adanya pernapasan cuping hidung
e. Pada pemeriksaan aultulkasi diperoleh ronchi, rates, wheezing
f. Bayi kurang aktivitas

F. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia/ hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per
menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu
dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)

G. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan
lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga
tanda penting, yaitu :
1. Pernafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi
atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat,
harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi
dengan tekanan positif (VTP).

H. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain/ handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).

I. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka

a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
d. bersihkan jalan nafas
2. Memulai pernafasan

a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan


b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
b. Kompresi dada.
c. Pengobatan
J. Langkah-Langkah Resusitasi
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi
dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasan. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x/ menit, nilai warna
kulit jika merah/ sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.
Denyut jantung < 100 x/ menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
a. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
b. Ventilasi tekanan positif/ PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke
mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x/ menit.
c. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
1) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
2) 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
3) 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
4) < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
d. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan
belakang tubuh bayi.
7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x/ menit dan bayi dapat nafas spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x/ menit, lakukan pemberian obat epineprin
1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL/ kg BB secara IV.
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x/ menit hentikan obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x/ menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis
di atas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap/ tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

K. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :


1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efisien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :

B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca.Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk
Bidan.(2007). Jakarta
Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.
JNPK-KR/POGI. 2007. Asuhan persalinan Normal. Jakarta : Ed.3 (Revisi).

Maryanti, Dwi. dkk. 2011. Buku ajar neonatus bayi dan balita. Jakarta : Trans
info media.

Rukiyah,A dan Yulianti,L. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta :
Trans info media.

Sujianti dan Kusumawati, D. 2010. Panduan Praktek Klinik Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai