Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASFIKSIA PADA BAYI NY. R DENGAN GANGGUAN


PERTUKARAN GAS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK PROFESI

Oleh :
Maria Tul Qiptiyah
NIM. 40220017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASFIKSIA PADA BAYI NY. R DENGAN GANGGUAN
PERTUKARAN GAS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK PROFESI

Nama Mahasiswa : Maria Tul Qiptiyah


NIM : 40220017
Nama Intitusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, 12 Oktober 2020


Mengetahui,

Dosen Pembimbing Kaprodi

Putri K., S. Kep, Ns, M. Kep Sri Wahyuni, S. Kep, Ns, M. Kep
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis (Marwyah,
2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan
secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir, bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau
mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat
setelah lahir (asfiksia sekunder) (Fauziah dan Sudarti, 2014).
Asfiksia merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti mengembangkan paru (Sudarti dan fauzizah, 2013).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi asfiksia menurut Sukarni & Sudarti (2013) adalah :
1. Virgorous baby (Asfiksia Ringan)
Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Mild- moderate asphyksia (Asfiksia Sedang)
APGAR score 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
3. Severe asphyksia (Asfiksia Berat)
APGAR score 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.
Tabel APGAR Score

Keterangan Score
0 1 2
A Apperance Seluruh Tubuh Seluruh
(warna kulit) tubuh kemerahan,ekstremitas tubuh
biru/pucat biru kemerahan
P Pulse Tidak ada 100x/menit ≥100x/menit,
(laju bayi terlihat
jantung) bugar
G Grimace Tidak Gerakan sedikit Reaksi
(reflek) bereaksi melawan
A Activity Lumpuh Eksterimatas fleksi Gerakan
(tonus otot) sedikit aktif
R Respirasi Tidak ada lambat Menangis
(usaha kuat
bernafas)
(Sukarni & Sudarti, 2013).
C. ETIOLOGI
Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, namun bila terjadi
gangguan pertukaran gas atau angkutan oksigen dari ibu ke janin akan
memicu terjadinya asfiksia janin atau neonatus. Gangguan tersebut dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum yaitu :
1. Faktor ibu
a. Cacat bawaan
b. Hipoventilasi selama anastesi
c. Penyakit jantung sianosis
d. Tekanan darah rendah
e. Gangguan kontraksi uterus
f. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
g. Sosial ekonomi rendah
h. Hipertensi pada penyakit eklampsia
i. Pemakaian obat anestesi
2. Faktor janin / neonatorum
a. Kompresi umbilicus
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Prematur
e. Gemeli
f. Kelainan congential
g. Trauma yang terjadi akibat persalinan
3. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil/pendek
c. Plasenta tidak menempel
4. Faktor persalinan
a. Partus lama
b. Partus tindakan (Hajjah, 2012).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada kehamilan
Menurut penelitian sebelumnya oleh Dwi Ari (2017), denyut jantung lebih
cepat dari 100 x/ menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan ireguler
serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160x/ menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100x/ menit ke bawah ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi baru lahir
a. Bayi pucat dan kebiru–biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolic dan respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
h. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
i. Sianosis
j. Pernafasan cuping hidung
k. Penggunaan otot bantu pernafasan
E. PATOFISIOLOGI
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan
teratur. Sering sekali bayi mengalami gawat janin sebelum persalinan akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah tersebut mungkin berkaitan
erat dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah
pada bayi selama atau sesudah persalinan. Apabila janin kekurangan O2 dan
kadar CO2 bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap nervus vagus
sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat (Depkes RI, 2005). Kekurangan
O2 akan merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam asfiksia. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin
yang lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan
irreguler, serta adanya pengeluaran mekonium. Jika DJJ normal dan terdapat
mekonium, maka janin mulai asfiksia. Jika DJJ lebih dari 160x/menit dan ada
mekonium maka janin sedang asfiksia. Jika DJJ kurang dari 100x/menit dan
ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat (Mochtar, 1998).
F. PHATWAY
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut Nurarif (2015) yaitu :
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit.
Selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100
semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan
tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban
pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : Amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda
gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat
asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang
sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR.
4. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar
Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asfiksia menurut Surasmi (2013) adalah sebagai berikut :
Tindakan Umum
1. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
3. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus
dada, perut dan punggung
b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi
mouth to mouth
c. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan
cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi harus dalam
keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi, kepala bayi
ditutup dengan baik atau kenakan topi.
4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan antromentri
dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan mengenakan tanda
pengenal bayi.
Tindakan Khusus
1. Asfiksi Berat
Memperbaiki ventilasi paru–paru dengan memberikan O2 secara tekanan
langsung dan berulang dengan cara melakukan intubasi endotrakeal setelah
kateter dimasukkan kedalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan yang
tidak lebih dari 30 ml. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara
yang telah diperkaya dengan O2 melalui kateter apabila pernapasan tidak
segera timbul maka segera lakukan massege jantung yaitu dilakukan
dengan penekanan 80–100 kali per menit.
2. Asfiksi Ringan dan Sedang
Melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernapasan yang
dilakukan selama 30–60 detik setelah penilaian menurut Apgar 1, bila
pernapasan tidak timbul segera lakukan pernapasan kodok (frog breathing)
dengan cara memasukkan pipa kedalam hidung dan O2 dialirkan dengan
kecepatan 1–2 liter dalam satu menit.
I. KOMPLIKASI
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di
tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain :
perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai
koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang
dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008). Menurut Tim Pokja SDKI
DPP PPNI (2016). pengkajian yang dilakukan pada bayi dengan asfiksia
adalah sebagai berikut:
1. Identitas klien dan keluarga
2. Keluhan utama : Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah
dyspnea.
3. Riwayat kehamilan : Penyakit infeksi yang pernah diderita ibu selama
hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
4. Riwayat persalinan : Usia kehamilan udah cukup bulan, lahir prematur,
bayi kembar, penyakit persalinan, APGAR skor.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit infeksi, riwayat penyakit
keturunan, asfiksia, TBC, pneumonia, dan penyakit saluran pernapasan
lainnya.
6. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase
ekspirasi memanjang, pola napas abnormal.
b. Tanda-tanda vital : Kapasitas vital menurun yaitu nadi lemah dan cepat,
suhu tubuh meningkat.
c. Inspeksi: Frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti
takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, pernapasan cuping
hidung, retraksi dinding dada, pernapasan pursed-lip, ventilasi semenit
menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi dan inspirasi
menurun. 4) Palpasi: Terdapat nyeri tekan dan nadi mungkin mengalami
peningkatan (takikardia), diameter thoraks anterior-posterior meningkat,
ekskursi dada berubah.
d. Auskultasi: Suara napas tambahan dan suara paru.
e. Perkusi: Suara sonor untuk keadaan normal, dan suara hipersonor atau
hiposonor pada posisi yang sakit, suara pekak terjadi bila terisis cairan
pada paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti
4. Resiko cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Kep SLKI SIKI


1. Gangguan Setelah di lakukan Terapi Oksigen
pertukaran tindakan keperawatan Observasi :
gas selama 1x 24 jam 1. Monitor kecepatan dan aliran
berhubungan diharapkan ketidak oksigen secara periodik
dengan seimbangan ventilasi 2. Monitro efektifitas terapi
ketidakseimb perfusi dalam batas oksigen
angan normal dengan 3. Monitor tanda-tanda
ventilasi keriteria hasil : hipovolemia
perfusi 1. Dispnea menurun Terapeutik :
(RR : 30x/mnt) 1. Berisihkan sekret pada
2. Pernafasan cuping hidung,mulut dan trakea, jika
hidung menurun perlu
(Tidak ada 2. Pertahankan kepatenan jalan
pernafasan cuping napas
hidung) Edukasi :
3. Pola nafas Ajarkan pasien dan keluarga cara
membaik (Pola menggunakan oksigen dirumah,
nafas jika perlu.
teratur/reguler RR: Kolaborasi :
30x/mnt) Kolaborasi penentuan dosis dan
4. Warna kulit penggunaan oksigen
membaik (Kulit
kemerah-merahaan Pemantauan respirasi
tidak sianosis) Observasi :
1. Monitor
frekuensi,irama,kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor nilai AGD
Terapeutik :
1. Atur intervesi pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan serta informasikan
hasil pemantauan.
2. Pola nafas Setelah dilakukan Observasi :
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Monitoring pola nafas
berhubungan selama 1x24 jam pola ( frekuensi, kedalaman, usaha
dengan nafas membaik nafas)
depresi pusat dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
pernafasan 1. Dipsnea menurun 3. Monitor sputum ( jumlah,
(RR: 30x/mnt) warna, aroma)
2. Penggunaan otot Terapeutik :
bantu nafas 1. Pertahankan kepatenan jalan
menurun (Saat nafas dengan head-tilt dan
bernafas tidak chin-lift (jaw thrust jika curiga
menggunakan otot trauma servikal)
bantu pernafasan) 2. Lakukan fisioterapi dada jika
3. Frekuensi nafas perlu
membaik (RR: 3. Lakukan penghisapan lender
30x/mnt) kurang dari 15 detik
4. kskursi dada 4. Keluarkan sumbatan benda
membaik padat
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Berduka Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan keperawatan Identifikasi reaksi awal terhadap
dengan selama 1x 24 jam kematian bayi
kematian diharapkan respon Terapeutik :
keluarga atau pisikososial akibat 1. Berikan peralatan bayi
orang yang kehilangan membaik termasuk catatan kelahiran
berarti dengan keriteria hasil : anak (stempel kaki dan tangan,
1. Verbalisasi foto,perlengkapakan bayi)
menerima 2. Libatkan orang tua dalam
kehilangan penyelenggeraan jenazah bayi
menurun (Dapat 3. Diskusikan karakteristik
mengatakan berduka noramal dan abnormal
kehilangan dengan termasuk prestipitasi perasaan
ikhlas) Edukasi :
2. Verbalisasi Informasikan bentuk bayi
perasaan bersalah berdasarkan usia gestasi dan
atau menyalahkan lamanya kematian.
orang lain
menurun (Dapat
menerima
kenyataan bahwa
kematian tersebut
atas takdir tuhan)
3. Menangis menurun
(Menunjukan
ekspresi tegar
untuk menerima
kehilangan)
4. Resiko cidera Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan keprawatan 1. Identifikasi area
dengan selama 1x 24 jam lingkungan yang
hipoksia tingkat resiko cidera berpotensi
jaringan menurun dengan menyebabkan cidera
keriteria hasil : 2. Identifikasi obat yang
1. Kejadian cidera dapat menyebabkan
menurun (Kejadian cidera
cidera tidak ada) Terapeutik :
2. Tekanan darah 1. Pastikan bed panggilan
membaik ( TD : mudah untuk dijangkau
100 mmHg) 2. Tingkatkan frekuensi
3. Fekuensi napas observasi dan
membaik (RR: pengawasan pasien
30/mnt) Edukasi :
Jelaskan alasan intervesni
pencegahan jatuh kepasien
dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Ari. (2017). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC


Fauziah Dan Sudarti. (2014). Diagnosis Keperawatan : Definisi Dan
Klasifikasi. Jakarta. EGC.

Mochtar, Prof, Dr, (1998), Sinopsis obstetric, Jakarta : EGC

Murwyah, Dewi. (2016). Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan


Kurukulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan
Sebagai Baham Pembelajaran Prktik Klinik Dan Alat Uji Kompetensi.
Denpasar. Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Keriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sudarti Dan Sukarni. (2014). Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka.

Surasmi. (2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba Medika

Format Asuhan Keperawatan Anak


PRODI PENDIDIKAN PROFESI
NERS FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
ANAK

Pengkajian tanggal : 11 Oktober 2020 Jam : 07.00 WIB


Tanggal MRS : 11 Oktober 2020 No. RM : 22032011
Ruang/Kelas : Nusa Indah/1 Dx. Masuk : Asfiksia

I. IDENTITAS
Identitas anak Identitas Orang Tua
Nama : By. R Nama ayah / ibu : Ny. R
Tanggal lahir : 11 Oktober 2020 Pekerjaan ayah / ibu : IRT
Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan ayah / ibu : SMA
Diagnosa medis : Asfiksia Agama : Islam
Sumber informasi : Ibu bayi Suku / bangsa : Jawa
Alamat : Bandar Lor Alamat : Bandar
Lor

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


Keluhan utama :
Ny. R mengatakan nafas bayinya lambat dan tak teratur
Riwayat penyakit saat ini :
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke UGD dengan keluhan nafas lambat dan
tak teratur setetelah dilahirkan secara spontan. Bayi cukup bulan, lahir pada 11
Oktober 2020 pada pukul 06.45 WIB, dengan berat badan 3200 gr dan panjang
40 cm. Pada saat di UGD ibu bayi berkata bahwa penyakit asfiksia pada
bayinya disebabkan pada saat hamil Ny. R kerap minum obat pereda nyeri
dimana hal ini secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan,
trauma terjadi pada persalinan sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial
dan kelainan kongeital.
Riwayat kesehatan sebelumnya : Tidak ada

Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada


Demam Kejang Batuk pilek
Mimisan Lain-lain : Tidak ada
Operasi : Ya  Tidak Tahun : -
Alergi :
Makanan Obat Udara
Debu Lainnya, sebutkan : Tidak ada
Imunisasi :
BCG (-) Polio 0 x (baru lahir/ 12 jam)
DPT x (-) Campak (-)
Hepatitis B 1 x (baru lahir/ 12 jam)
Riwayat kesehatan keluarga :
Penyakit yang pernah diderita keluarga :
Anggota keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit asma,
jantung dan diabetes sebelumnya
Lingkungan rumah dan komunitas :
Ibu bayi mengatakan lingkungan tempat tinggalnya tenang dan kondusif
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Pada saat hamil Ny. R kerap kali tidak bias tidur karena punggungnya nyeri
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak :
Ny. R mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting khususnya bayinya
karena masih sangat kecil. Upaya keluarga untuk mempertahankan
kesehatannya yaitu dengan memberikan perawatan terbaik bagi bayinya.
Riwayat nutrisi :
Sebelum MRS Setelah MRS
Nafsu Makan Baik  Baik
 Tidak Tidak
Pola Makan 6-7x/hari 8x/hari
Minum Jenis : Asi Jenis : Asi
Jumlah : 13 ml/hari Jumlah : 15 ml/hari
Menu Makanan Asi Asi
Pantangan makanan : Bayi Ny. R tidak boleh makan makanan selain asi
Riwayat pertumbuhan :
BB saat ini : 3,2 kg TB : 50 cm LK : 28 cm
LLA : 13 cm BB lahir : 3200 gram
BB sebelum sakit : 3,2 kg Panjang lahir : 40 cm
Keterangan : Tidak ada
Riwayat perkembangan :
Pengkajian perkembangan DDST : Tidak Ada
Tahap perkembangan psikososial : Tidak Ada
Tahap perkembangan psikoseksual : Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada
III. PENGKAJIAN NEONATUS
Riwayat kesehatan / kehamilan :
Saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada bidan dan mendapat
imunisasi TT 1x, vitamin dan penambahan darah.
Nilai APGAR skor :
Didapatkan nilai 5 A (apprance) : 1, P (pulse) : 1, G (grimace) :1, A (activity) :
1, R (respiration) : 1
Tindakan pertolongan bayi baru lahir :
Mengangkat bayi, mengeringkan bayi dengan handuk kemudian melakukan
frog brathing dengan cara memasukkan pipa kedalam hidung dan oksigen
dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam satu menit setelah itu
menghanggatkan bayi dengan selimut dan membantu untuk melakukan IMD
Penampilan umum :
Fontanela : Teraba lunak
Anterior : Simetris tidak ada kelaianan
Posterior : Simetris tidak ada kelaianan
Palatum : Warna pink terlihat lembab tidak ada jamur
Bibir : Tampak pucat
Warna kulit : Kemerah-merahaan
Ekstremitas : Reflek gerak sedikit
Genitalia : Terlihat normal dan lengkap tidak ada kelainan
Kelainan yang lain : Tidak ada kelaianan
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan

IV. REVIEW OF SYSTEM


Keadaan umum Baik Sedang  Lemah
Kesadaran Compos mentis  Apatis Somnolen
Sopor Koma
Tanda vital : TD : 80/79 mmHg N :
100x/mnt
S : 37o RR : 25x/mnt
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada :  Normal Tidak normal, jenis :
-Pola nafas : Teratur  Tidak teratur
Jenis :  Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes
Lain-lain : .-
Suara nafas : Vesikuler  Wheezing Stridor Ronchi
Lain-lain :
Sesak :  Ya Tidak
Batuk : Ya  Tidak
Produktif : Ya  Tidak
Bentuk dada :
 Silinder Funnel chest Pigeon chest
Retraksi otot bantu nafas : Ada  Tidak ada
ICS Supraklavikular Suprasternal
Substernal Intraklavikula
Alat bantu pernafasan :  Ada Tidak ada
 Nasal Masker Respirator
Flow : 4 Lpm
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Gangguan pertukaran gas

V. B2 (BLOOD)
Irama Jantung :  Reguler Ireguler
S2/S1 tunggal : Ya  Tidak
Bunyi jantung :  Normal Gallop Murmur Lain-lain :
CRT :  < 3 dtk > 3 dtk
Akral :  Hangat Dingin Kering
Basah Merah Pucat
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan

VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : 3 Verbal : 3 Motorik : 3 Total : 12
Reflek fisiologis :  Menghisap Menoleh Menggengam
Moro Patella Triseps
Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk  Babinsky Budzinsky
Kernig Lain-lain :
Istirahat / tidur : 16 jam/hari Gangguan tidur : -
Kebiasaan sebelum tidur :
 Minum susu Cerita/dongeng
Mainan Penglihatan (mata):
Pupil :  Isokor Anisokor Lain-lain
: Strabismus
Sclera/konjungtiva : Anemis  Ikterus
Lain-lain : -
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran : Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak ada gangguan pendengaran
Penciuman (hidung):
Bentuk :  Normal Tidak Jelaskan : -
Gangguan penciuman : Ya  Tidak Jelaskan :-
Lain-lain: Tidak ada gangguan penciuman
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan :  Bersih Kotor
Urin : Jumlah : 200cc/hari Warna : Kuning bening Bau : Khas urine
Alat bantu (kateter, dll) : Tidak ada
Kandung kemih :
Membesar : Ya  Tidak
Nyeri tekan : Ya  Tidak
Bentuk alat kelamin :  Normal Tidak normal, Jelaskan :-
Uretra :  Normal Hiposdadia/Epispadia
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi
Inkontenesia Nokturia Lain-lain : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak mucul masalah keperawatan

VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan :  Baik Menurun Frekuensi 8 x/hari
Mual Muntah
(Warna : - Konsistensi : - Jumlah : - )
Porsi makan :  Habis Tidak habis Keterangan :
Minum : Jumlah : 15ml/hr Jenis : Asi
Mulut dan tenggorokan :
Mulut :  Bersih Kotor Berbau
Mukosa :  Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan/nyeri tekan
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Lain-lain : -
Abdomen :
Tegang Kembung Asites
Nyeri tekan, Lokasi :-
Peristaltik usus : 13 x/menit
Pembesaran hepar : Ya  Tidak
Pembesaran lien : Ya  Tidak
Buang air besar :
Teratur :  Ya Tidak
Frekuensi : 3 x/hr
Konsistensi : lengket Bau : Busuk Warna : Hijau kehitaman
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan

IV. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas  Terbatas
Kekuatan otot :
2 2
2 2
Kepala : Chepal hematome Caput susedanum
Kulit :
Warna : Ikterus  Sianosis Kemerahan
Pucat Hiperpigmentasi
Turgon :  Baik Sedang Jelek
Odema : Ada  Tidak ada Lokasi :-
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
V. ENDOKRIN
Tyroid : Membesar : Ya  Tidak
Hiperglikemi : Ya  Tidak
Hipoglikemi : Ya  Tidak
Luka Gangren : Ya  Tidak
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan

VI. PERSONAL HYGIENE


Mandi : 1 x/hr Sikat gigi : - x/hr
Keramas : - x/hr Memotong kuku : -
Ganti pakaian : 1 x/hr
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan

VII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi : Senang Sedih  Menangis
Cemas Marah Diam Takut Lain-lain
: Hubungan dengan keluarga : Akrab Kurang
akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : Bayi Ny.R tampak rewel
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : Keluarga kelien merasa cemas akan kondisi
bayinya
Masalah keperawatan : Ansietas

VIII. DATA PENUNJANG (LAB, FOTO, USG, DLL)


1. pCO2 : 47 mmHg

IX. TERAPI / TINDAKAN LAIN


1. Pemberian terapi oksigen nasal 4 lpm

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan pertukaran gas

Kediri, 12 Oktober 2020

(Maria Tul Qiptiyah)


ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. Ds : Kadar O2 dalam Gangguan
 Ibu mengatakan nafas bayi R tubuh turun dan Co2 pertukaran gas
lambat dan tak teratur tinggi
Do :
 Dispnea () Gangguan
 Sianosis () keseimbangan asam

 Pernafasaan cuping hidung () basa

 Nafas tampak lambat tak


teratur Asidosis respiratorik
akut
 K/u lemah
 pCO2 : 47 mmHg
Gangguan fungsi
 RR : 25 x/menit
ventilasi
 N : 100 x/menit
 S : 37C
Nafas menjadi
pendek

Perubahan warna
pada kulit menjadi
biru atau pucat
DIAGNOSA KEPERAWTAN (PRIORITAS)
No Diagnosa Keperawatan
.
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien : By. N No. RM : 22032011


Umur : 1 hari Alamat : Kertosono
Dx. Medis : Asfiksia
No Diagnosa SLKI SIKI
. keperawatan
1. Gangguan pertukaran Setelah di berikan tindakan keperawatan Terapi Oksigen
gas berhubungan selama 1x 24 jam diharapkan ketidak Observasi :
dengan ketidak seimbangan ventilasi perfusi dalam batas 1. Monitor kecepatan dan aliran oksigen
seimbangan ventilasi normal dengan keriteria hasil : secara periodik
perfusi 1. Dispnea menurun (RR : 30x/mnt) 2. Monitro efektifitas terapi oksigen
2. Pernafasan cuping hidung menurun 3. Monitor tanda-tanda hipovolemia
(Tidak ada pernafasan cuping hidung) Terapeutik :
3. Pola nafas membaik (Pola nafas 1. Berisihkan sekret pada hidung,mulut
teratur/reguler RR: 30x/mnt) dan trakea, jika perlu
4. Warna kulit membaik (Kulit kemerah- 2. Petahankan kepatenan jalan napas
merahaan tidak sianosis) Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis dan
penggunaan oksigen

Pemantauan respirasi
Observasi :
1. Monitor frekuensi,irama,kedalaman
dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nilai AGD
Terapeutik :
1. Atur intervesi pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
serta informasikan hasil pemantauan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. N No.RM : 22032011
Umur : 1 hari Alamat : Kertosono
Hari Rawat Ke : 1 Dx.Medis : Asfiksia
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. Minggu,11 07.00 Terapi Oksigen S:
Oktober 2020 1. Memonitor kecepatan dan aliran  Ibu mengatakan nafas bayi
oksigen secara periodik R lambat dan tak teratur
2. Memonitro efektifitas terapi oksigen O:
3. Memonitor tanda-tanda hipovolemia  Dispnea menurun (RR :
4. Memberisihkan sekret pada 30x/mnt)
hidung,mulut dan trakea, jika perlu  Pernafasan cuping hidung
5. Mempertahankan kepatenan jalan menurun (Tidak ada
nafas pernafasan cuping hidung)
6. Mengkolaborasi penentuan dosis dan  Pola nafas membaik (Pola
penggunaan oksigen nafas teratur/reguler RR:
Pemantauan respirasi 30x/mnt)
1. Memonitor  Warna kulit membaik
frekuensi,irama,kedalaman dan (Kulit kemerah-merahaan
upaya napas tidak sianosis)
2. Memonitor pola napas  RR : 25x/mnt
3. Memonitor adanya sumbatan jalan  N : 100x/mnt
napas  S : 37C
4. Memonitor saturasi oksigen A : Masalah belum teratasi
5. Memonitor nilai AGD P : Lanjutkan intervensi terapi
6. Mengatur intervesi pemantauan oksigen dan pemantauan respirasi
respirasi sesuai kondisi pasien
7. Mendokumentasi hasil pemantauan
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan serta informasikan hasil
pemantauan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. N No.RM : 22032011


Umur : 2 hari Alamat : Kertosono
Hari Rawat Ke : 2 Dx.Medis : Asfiksia
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. Senin,12 07.00 Terapi Oksigen S:
Oktober 2020 1. Memonitor kecepatan dan aliran  Ibu mengatakan nafas
oksigen secara periodik bayinya masih lambat
2. Memonitro efektifitas terapi oksigen O:
3. Memonitor tanda-tanda hipovolemia  Dispnea menurun (RR :
4. Memberisihkan sekret pada 30x/mnt)
hidung,mulut dan trakea, jika perlu  Pernafasan cuping hidung
5. Mempertahankan kepatenan jalan menurun (Tidak ada
nafas pernafasan cuping hidung)
6. Mengajarkan pasien dan keluarga  Pola nafas membaik (Pola
cara menggunakan oksigen dirumah, nafas teratur/reguler RR:
jika perlu 30x/mnt)
7. Mengkolaborasi penentuan dosis dan  Warna kulit membaik
penggunaan oksigen (Kulit kemerah-merahaan
Pemantauan respirasi tidak sianosis)
1. Memonitor frekuensi, irama,  RR : 27x/mnt
kedalaman dan upaya napas  N : 110x/mnt
2. Memonitor pola napas  S : 37C
3. Memonitor adanya sumbatan jalan A : Masalah belum teratasi
napas P : Lanjutkan intervensi terapi
4. Memonitor saturasi oksigen oksigen dan pemantauan respirasi
5. Memonitor nilai AGD
6. Mengatur intervesi pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
7. Mendokumentasi hasil pemantauan
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan serta informasikan hasil
pemantauan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. N No.RM : 22032011


Umur : 3 hari Alamat : Kertosono
Hari Rawat Ke : 3 Dx.Medis : Asfiksia
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. Selasa,13 07.00 Terapi Oksigen S:
Oktober 2020 1. Memonitor kecepatan dan aliran  Ibu mengatakan nafas
oksigen secara periodik bayinya sudah normal
2. Memonitro efektifitas terapi oksigen O:
3. Memonitor tanda-tanda hipovolemia  Dispnea menurun (RR :
4. Memberisihkan sekret pada 30x/mnt)
hidung,mulut dan trakea, jika perlu  Pernafasan cuping hidung
5. Mempertahankan kepatenan jalan menurun (Tidak ada
nafas pernafasan cuping hidung)
6. Mengajarkan pasien dan keluarga  Pola nafas membaik (Pola
cara menggunakan oksigen dirumah, nafas teratur/reguler RR:
jika perlu 30x/mnt)
7. Mengkolaborasi penentuan dosis dan  Warna kulit membaik
penggunaan oksigen (Kulit kemerah-merahaan
Pemantauan respirasi tidak sianosis)
1. Memonitor frekuensi, irama,  RR : 30x/mnt
kedalaman dan upaya napas
 N : 120x/mnt
2. Memonitor pola napas
 S : 37C
3. Memonitor adanya sumbatan jalan
A : Masalah teratasi
napas P : Intervesnsi dihentikan
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor nilai AGD
6. Mengatur intervesi pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
7. Mendokumentasi hasil pemantauan
9. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan serta informasikan hasil
pemantauan.

Anda mungkin juga menyukai