Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunujukan angka
kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan antara semua
operasi pelvic. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro dan lebih
sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan sosial ekonomi yang kuat, yang
menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita
yang belum menikah pada usia muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Fungsi
ovarium secara siklisyang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan
dalam terjadinya endometriosis. (Prawihardjo, 2010)
Endometriosis terjadi pada dua pertiga remaja yang mengalami nyeri yang
bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita
endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis, 10% nya mengalami
obstruksi congengital aliran keluar mesntruasi. Gejala-gejala yang paling mengarah ke
endometriosis pada kelompok umur ini adalah peningkatan dismenorea yang didapat,
nyeri panggul kronis, perubahan usus saat menstruasi dan perdarahan vagina abnormal.
Karena itu, pemeriksaan laparoskopi untuk diagnostic harus dipertimbangkan pada
remaja yang benar-benar menunjukan gejala. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi
endometriosis pascamenopause yang disebabkan oleh penggunaan estrogen yang tidak
teratur. (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009)
Kista endometriosis juga bisa terjadi jika jaringan endometrium meyebar melalui
pembuluh darah ke organ-organ tubuh lainnya seperti paru-paru. Fungsi indung telur
yang terus-menerus tanpa diselingi kehamilan juga disinyalir menjadi penyebab
endometriosis. Nyeri pada haid hari pertama adalah salah satu gejala endometriosis.
Rasa sakit itu ditimbulkan oleh jaringan endometrium yang tumbuh, memperbanyak diri
dan berkembang menjadi kista coklat. Kista itu semakin lama semakin membesar dan
menekan. Penimbunan cairan haid yang tidak ada jalan keluarnya inilah yang
menyebabkan rasa sakit pada saat haid akan bertambah dari bulan ke bulan.
(Evianggarini, 2009)

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi endometriosis ?
2. Apa klasifikasi endometriosis ?
3. Bagaimana etiologi endometriosis ?
4. Bagaimana patofisiologi endometriosis ?
5. Apa manifestasi klinis dari endometriosis ?
6. Apa pemeriksaan penunjang endometriosis ?
7. Apa penatalaksanaan endometriosis ?
8. Bagaimana askep dari endometriosis ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari endometriosis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari endometriosis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari endometriosis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari endometriosis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari endometriosis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari endometriosis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari endometriosis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari endometriosis.

1.4 MANFAAT
1. Secara teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memperkuat teoritis mengenai teori regulasi bahwa
regurgitasi menstruasi senantiasa dialami oleh setiap perempuan ,tetapi hanya 10%
yang mengalami kelainan yang disebut endometriosis.
2. Aspek praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu tuntunan bagi kita atau
masyarakat khususnya penulis dan pembaca agar dapat memahami dan mengetahui
tentang penyakit endometriosis sehingga dapat tercegah dari gangguan endometriosis
pada wanita.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar
dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus. (Prawihardjo, 2010)
Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus
paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang
menggantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif cenderung kambuh dan
dapat menginvasi secara lokal (Benson, 2009)
Endometriosis adalah suatu keadaan pada seorang perempuan dimana sel-sel
selaput lendir rahim (endometrium) berada di luar tempat seharusnya yaitu di dalam
rahim. Sel-sel endometrium seharusnya berada di dalam rahim. Endometrium adalah
jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Dalam siklus menstruasi, ketebalan
endometrium akan bertambah sebagai persiapan kehamilan. Namun, bila kehamilan
tidak etrjadi maka endometrium akan terlepas dan dikeluarkan sebagai darah haid. Kista
endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kitsa berisi darah yang disebut sebagai kista
endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat
penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini berukuran kecil
seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Kista endometriosis
sebenarnya salah satu jenis kista tidak ganas dan bukan merupakan tumor sejati.
Meskipun bukan kita ganas, kista endometriosis perlu diwaspadai karena 26% dari
kasus kista endometriosis berlanjut menjadi kanker. (Evianggraini, 2009)
2.2 KLASIFIKASI
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Endometriosis initerna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
adenomiosis
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus lazim disebut “trus
endometriosis”

3
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam
endometrium
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang
uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.
Secara garis besar endometriosis dibagi menjadi 4 tingkatan berdasarkan beratnya
penyakit
1. Stadium 1 lesi bersifat superficial ada perlengketan di permukaan aja
2. Stadium 2 adanya pelengketan sampai daerah cul-de-sac
3. Stadium 3 sama seperti stage 2 namun disertai endometrioma yang kecil pada
ovarium dan ada perlengketan juga lebih banyak
4. Stadium 4 sama seperti stage 3, namun disertai endometrioma yang besar dan
perlengketan yang luas

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, para ahli mengatakan
bahwa banyak faktor yang menyebabkan penyakit endometriosis, dapat berasal dari
aliran menstruasi mundur dan implantasi, metaplasia, predisposisi genetik, dan
pengaruh lingkungan. (Sumilat, 2009)
Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Metaplasia

4
Metaplaisa yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan
normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam
beberapa kasus untuk menggantikan jeris jaringan lain di luar rahim
2. Retrigade Menstruasi dan transplantasi
Aliran menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba (disebut aliran mundur)
dan tersimpan pada rongga panggul dan dapat tumbuh menjadi kista. Namun ada
sedikit bukti bahwa sel endometrium dapat benar-benar melekat dan tumbuh ke
organ panggul perempuan. Bertahun tahun kemudian, para peneliti menemukan
90% wanita memiliki aliran mundur
3. Predisposisi genetik
Bila wanita dengan riwayat keluarag menderita endometriosis lebih mungkin untuk
terkena penyakit ini. Dan ketika penyakit ini diturunkan maka penyakit ini
cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya
4. Pengaruh lingkungan
Beberapa studi telah menunjukan bahwa faktor lingkungan dapat menjadi
kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa yang
bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem
kekebalan tubuh. Hipotesis berbeda telah diajukan sebagai penyebab endometriosis,
namun tidak satupun dari teori-teori ini sepenuhnya terbukti, juga tidak sepenuhnya
menjelaskan semua mekanisme yang berhubungan dengan perkembangan penyakit.
Dengan demikian penyebab endometriosis belum diketahui. Sebagian besar peneliti
berpendapat bahwa endometriosis ini diperparah oleh estrogen.
2.4 PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini desebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.

5
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan penigkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mokroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilakn
makrofag yang menyebabkan respon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus
terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari
infundibulum tuba falipii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredarab darah dan limpa,
sehinggal sel indometrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional
tubuh menuju bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial extraurine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstrusasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvic
akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanay di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang
terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK, dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba falopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbrae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertile pada
endometriosis.

6
WOC

Etiologi :tidak diketahui, Fx Kadar estrogen & progesteron


presipitasi teori metaplasia,
Pengaruh lingkungan,
Predisposisi , genetik,
Retrogade mentruasi dan Jaringan ednometrium palsu menebal
tramnsplantasi

Endometriosis

Jaringan endometrium
palsu nekrotik

Disminore
Kontraksi rahim
siklus menstruasi

MK: Nyeri
Perdarahan di MK : Devisit
pelvic volume cairan

Penggumpalan darah di
pelvic

Disekitar uterus
Adhesi /perlekatan di
dan tuba falopii
dinding dan permukaan
pelvic

Uterus retroversi, gerakan spontan


ujung-ujung fimbrea untuk membawa Nyeri saat
ovum ke uterus terhambat berhubungan
seks

Infertilisasi
m MK : Perubahan pola
seksual
MK: harga diri
rendah
7
2.5 MANIFESTASI KLINIS
1. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi
selama haid. Desminore pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu
haid dan semakin lama semakin menghebat. Sebab dari desminore ini tidak
diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan dengan vaskulurasi dan perdarahan
dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu
didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sebaliknya kelainan
ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo, 2010)
2. Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual yang merupakan
gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh adanya endometriosis di kavum
douglasi. (Prawihardjo, 2010)
3. Nyeri waktu defekasi
Defekasi yang sakit dan sukar terutama waktu haid disebabkan karena adanya
endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari
lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-
gejalanya adalah gangguan miksi dan hematuria waktu haid.
(Prawihardjo, 2010)
4. Polimenorea dan hipermenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid
yang klasik yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume perdarahannya
kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid biasa. (H. Hendrik,
2007)
Hipermenorea adalah perdarahan haid lebih banyak dan lebih lama dari normal yaitu
labih dari 6-7 hari
Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada
ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, 2010)
5. Infertilisasi
Infertilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau
tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. 34% wanita dengan endometriosis

8
menderita infertilisasi. Menurut rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan
endometriosis adalah kurang lebih separuh wanita biasa. Faktor penting yang
menyebabkan infertilisasi pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba
terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, 2010)
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji serum
a. CA-125 : sensitifitas berkurang
b. Protein plasenta 14 : meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan
c. Antibodi endometrial : sensitifitas dan spesfitas
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound : pemeriksaan scan sonogram adalah pemeriksaan pada rahim ibu
hamil yang dilakukan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi, untuk
menciptakan gambaran visual janin yang menyerupai bayangan hitam, putih,
dan abu-abu. Hasil pemeriksaan tersebut tidak meliputi gelombang suara janin.
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan senstifitas 11%
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Pemeriksaan Akurat dengan Alat
Canggih. Prosedur diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi
kelainan organ di dalam tubuh dengan menggunakan medan magnet dan
gelombang frekuensi radio tanpa radiasi sinar X atau bahan radioaktif. 90%
sensitif dan 98% pembedahan
c. Pembedahan : melalui laparoskopi dan eksisi (Benson, 2009)
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang
ringan. Pada wanita yang sudah berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai
menopause karena sesudah itu gejala-gejala endomtriosis hilang sendiri. Dalam
masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgesic
untuk mengurangi rasa nyeri. (Hanifa, 2007)
2. Pengobatan hormonal

9
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi
jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadi pelepasan jaringan
endometrium yang normal. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang
endometriosis yang baru karena transport retrogade jaringan endometrium yang
lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang
menimbulkan nyeri karena rangsangan peritonium. Prinsip kedua menciptakan
lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat
menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Di samping itu, prinsip tinggi androgen
atau tinggi progesteron juga menyebabkan keadaan rendah esterogen yang asiklik
karena gangguan pada pertumbuhan folikel.
Pengobatan esterogen dan progesterone
Penggunaan kombinasi esterogen-progesteron yang dikenal dengan pseudo-
pregnancy pertama kali dilaporkan olehkristner pada tahun 1962. Pertama kali ,
preparat yang digunakan pilkontrasepsi merk enovid yang mengandung 0,15 mg
mestranol dan 10 mg noretinodrel. Berdasarkan prinsip terapi yang telah diuraikan,
pil kontrasepsi yang dipilih sebaiknya yang mengandung esterogen rendah dan
mengandung progesterone yang kuat atau yang mempunyai efek androgenikyang
kuat. Pada saat ini, nogestrel dianggap sebagai senyawa terapi standart yang
dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol dan 0,3 mg nogestrel per hari. Bila terjadi
breakthough bleeding , dosis ditingkatkan menjadi 0,05 mg estradiol dan 0,5 mg
nogestrel per hari atau maksimal 0,08 mg estradiol dan 0,8 mg norgestrel per hari.
Pemberian tersebut terus menerus setiap hari selama 6-9 bulan, bahkan ada yang
menganjurkan minimal satutahun bila perlu dianjurkan sampai 2-3 tahun .
dilaporkan bahwa dengan terapi pseudopregnancy, 30% penderita menyatakan
keluhannya berkurang dan hanya 18% yang secara objektif mengalami efek
samping, misalnya mual,muntah dan perdarahan . beberapa penderita jistru
menunjukkan keluhan yang meningkatkan, yang mungkin akibat efek esterogen
yang menonjol. Untuk pemilihan jenis kontrasepsi oral yang dipakai, dicantumkan
kandungan esterogen-progesteron pada beberapa merk kontrasepsi oral yang berdara
di Indonesia . menurut terapi standart , tampaknya eugynon merupakan pil

10
kontrasepsi yang paling sesuai,akan tetapi, karena reaksi setiap penderita terhadap
hormone steroid bersifat individual dan tidak dapat diunakan. desogestrel yang
terkandungdi dalam mervelon dikatakan mempunyai efek progestogenik yang kuat,
tetapi tidak mempunyai efek androgenic. Meskipun hasil pengobatan dengan
kombinasi esterogeb-progesteron kurang begitu memuaskan, pil kontrasepsi dapat
merupakan pilihan bagi penderita yang kurang mampu.
Pengobatan progestrogen
progestrogen atau progestin adalah umum semua senyawa progesterone
sinetik.progestrogen dapat dikelompikkan menjadi 3 golongan ,yakni:
1. Pregnan
2. Etran
3. Gonan
Pregnan merupakan turunan 17 alfa-hidroksiprogesteron, sedangkanestran dan gonan
adalah turunan 19 nor-teotesteron. Perbedaan sifat ketiga golongan tersebut adalah
preparat yang tersedia .
Berbagai jenis progesterone tersebut (mendroksiprogesteron asetat, noretisteron
asetat, linestrenol) pernah digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi
endometriosis. Dengan prinsip terapi endometriosis dan efek samping apa yang
mungkin terjadi. Dosis yang diberikan adalah mendroksiprogesteron asetat 30-50 mg
per hari pemberian parenteral dapat menggunakan medroksi progesterone asetat 150
mg setiap 3 bulan sampai 150 mg setiap bulan. Penghentian terapi parinteral dapat
diikuti dengan anovulasi selam 6-12 bulan, sehinggacara pengobatan ini tidak
menguntungkan bago mereka yang ingin segera mempunyai anak. Lama pengobatan
dengan progesterone yang diianjurkan sama dengan lama pengobatan dengan pil
kontrasepsi non-siklik yakni 6-9 bulan .keberhasilan terapi sulit untuk
dinyatakan,sebab tidak semua laporanpara penelitian menyebutkan cirri-ciri sunyek
yang diteliti misalnya: berat-ringan endometriosisnya, dan adanya factor penyebab
infertilitas lainnya. Menurut hasil ringkasan laporan beberapa peneliti, kehamilan
setelah terapi dengan progesterone rtaa-rata sebesar 26% atau berkisar dari 5-73%.
3. Pembedahan

11
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh karena itu pada waktu pembedahan harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada endometriosis dini, pada wanita
yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada oprasi konservatif perlu dilakukan suspensi
uterus dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
poenyakiut berat, oprasi untuk infertile tidak dianjurkan
4. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk mengehentikan fungsi ovarium, namun sudah tidak
dilakukan lagi kecuali jika ada kontrasindikasi terhadap pembedahan.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN
Ilustrasi kasus :
Pada tanggal 20 september 2010, pukul 13.00 Ny S umur 21 tahun datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri saat haid berlangsung, haid tidak berhenti selama 15 hari. Ny S
juga mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual, klien mengatakan takut jika tidak
bisa hamil. Saat dilakukan pemeriksaan TTV dihasilkanTekanan darah : 130/ 80 mmHg ,
Nadi : 90 x/ menit, Respirasi : 18 x/ menit, Suhu : 37,3°C saat di ukur pemeriksaan nyeri
hasilnya Q: Nyeri ditusuk, R: Perut bagian bawah, S: 7, T: Berulang kali. Data objektif
dihasilkan pasien tampak murung, mukosa bibir kering, CRT > 3 detik, konjungtiva
anemis.
I BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wates RT. 03 RW. X Jetis Jaten Karanganyar
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn M
Umur : 25thn
Agama: islam
Suku bangsa: jawa indonesia
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: wiraswasta
Alamat: Wates RT. 03 RW. X Jetis Jaten Karanganyar
II KELUHAN UTAMA

13
Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa nyeri selama haid berlangsung P: Nyeri
selama haid berlangsung, Q: Nyeri ditusuk, R: Perut bagian bawah, S: 7, T:
Berulang kali
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 12 tahun
Siklus : 28 – 30 hari
Banyaknya : lebih dari 4x ganti pembalut
Lamanya : 6 – 7 hari
Sifat darah : Encer, warna merah
Teratur/Tidak teratur : Teratur
Dismenorhea : dismenorhea selama haid dan hipermenorea
III STATUS KESEHATAN ATAU PENYAKIT SAAT INI
1. Gejala awal
2. Timbulnya gejala
a. Faktor yang mempengaruhi gejala
b. Faktor yang memperburuk gejala
3. Deskripsi gejala
a. Lokasi :
b. Kualitas :
c. Kuantitas :
4. Efek gaya Hidup
IV RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Karakteristik mentruasi :
Siklus : 28 – 30 hari
Banyaknya : lebih dari 4x ganti pembalut dalam sehari
Lamanya : lebih dari 15 hari
Sifat darah : Stolsel, warna merah
Teratur/Tidak teratur : Tidak teratur
Dismenorhea : dismenorhea selama haid
2. Menarche : umur 12 tahun
3. Perdarahan tengah siklus : -

14
4. Kontrasepsi : -
5. Penyakit Menular seksual : -
V RIWAYAT MEDIS YANG LALU
1. Penyakit dan pengobatan : -
2. Alergi : pasien tidak mempunyai riwayat alergi
3. Penyakit masa kanak – kanak dan imunisasi : febris
4. Penyakit dan pembedahan sebelumnya : -
5. Riwayat di rumah sakit sebelumnya :
6. Kecelakaan atau cidera :
7. Perilaku beresiko :
Konsumsi kafein : ibu mengatakan tidak menyukai kopi
Merokok : ibu mengatakan tidak merokok
Alkohol : ibu mengatakan tidak minum alkohol
Obat – obatan : Ibu mengatakan tidak minum obat-obatan apapun, kecuali obat
yang diresepkan oleh dokter saat sakit
Praktis seks tidak aman : -
8. Riwayat kekerasan / penganianyaan
Cidera akibat kekerasaan : -
Pengalaman perkosaan : -
VI RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Penyakit Keturunan : ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak
ada yang menderita penyakit menurun (DM, asma, hipertensi, dan jantung) dan
penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV /AIDS)
2. Penyakit saat ini dalam keluarga :
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang sakit
3. Riwayat penyakit jiwa dan keluarga :
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit jiwa
VII RIWAYAT PSIKOSIAL
1. Koping individu
a. Kesadaran diri dan harga diri
Ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialami sekarang

15
b. Penatalaksanaan stress
Ibu mengatakan membuat jadwal refresing seminggu sekali
c. Penyalahgunaan zat : -
2. Pola kesehatan
a. Nutrisi
Ibu mengatakan porsi makan sedang, jenis makanannya nasi, sayur, lauk,
tidak ada gangguan menelan. Minum kurang lebih 6 gelas per hari

b. Personal Hygiene
Ibu mengatakan personal hygiene yaitu: Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 3
kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari
dan tidak ada keluhan.
c. Aktivitas dan latihan
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu,
mencuci pakaian dan mencuci piring sendiri.
d. Rekreasi
Ibu mengatakan refresing setiap hari minggu
e. Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 4-5 kali sehari dan
BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, tidak ada keluhan.
f. Pola istirahat/ tidur
Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam dan tidak pernah
tidur siang karena ibu bekerja. Ada gangguang saat tidur, ibu mengeluh
nyeri perut bagian bawah
3. Spiritual
a. Agama : islam
b. Pola Beribadah
Ibu mengatakan sholat 5 waktu
VIII PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum pasien
Kesadaran : Composmentis

16
Vital Sign : Tekanan darah : 130/ 80 mmHg , Nadi : 90 x/ menit, Respirasi : 18
x/ menit, Suhu : 37,3°C
Tinggi badan : 150 cm
BB : 40 kg
2. Kepala dan muka
Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok,bersih tidak ada ketombe.
Muka : Tidak ada Chloasma Gravidarum, pucat, tidak oedema, ekspresi
wajah tegang, cemas, dan terlihat gelisah, pasien tampak menahan
nyeri.
Mata :Simetris, conjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada kelainan bentuk
pada mata.
Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal, tidak ada kelainan.
Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan.
Mulut : Bibir pucat dan kering, lidah pucat,caries dentis tidak ada, stomatitis
tidak ada, tidak ada kelainan.
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
4. Dada dan Axilla
a. Dada
Pernafasan teratur, tidak ada bungi mengi.
b. Axilla
Benjolan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
5. Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, tidak ada kelainan
Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak ada
varices, tidak ada kelainan
6. Abdomen
a Inspeksi
Pembesaran perut : Membesar derajat 4
Linea Alba/ Nigra : Tidak ada linea alba maupun nigra
Striae albican/ livide : Tidak ada striae albicanmaupun livide

17
b Palpasi
Nyeri tekan pada bagian adnexa dan terdapat masa keras terfiksasi.
7. Genital
Vulva vagina : Tidak ada varices dan penonjolan pada vulva.
Perineum : Tidak ada luka pada perineum.
PPV : Ada pengeluaran darah dan stolsel pervagina
8. Anus : Tidak ada hemoroid
IX Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13,4 gr%
Golongan darah : O
USG : tampak masa seperti kista ovarium dextra

3.2. ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds: Endometriosis Devisit volume
- pasien mengatakan cairan
mentruasi yang
dialami klien banyak Perdarahan pervagina

mulai hari pertama masif saat mentruasi

sampai hari ke 4, ke
8,berlangsung
hingga hari ke 15
- Klien mengatakan
ganti pembalut lebih
dari 4x
- Klien minum
250ml / hari
Do :
- pasien tampak pucat,
bibir kering
- Konjungtiva anemis

18
- Crt > 3detik
- TD : 100/70mmHg ,
RR: 20x/mnt , N:
90x/mnt, S: 38°C
2 Ds : pasien mengeluh Endometriosis Nyeri
sakit pada perut bagian
bawah dan nyeri pelvis Peningkatan respon
berat, nyeri saat terhadap FH dan LSH
berhubungan seksual
Do : klien tampak
memegangi perut Menstruasi

bawahnya dan ekspresi


menyeringai kesakitan
Kontraksi otot-otot
USG : tampak masa
rahim
seperti kista ovarium
dextra
P: Nyeri selama haid
berlangsung, Q: Nyeri
ditusuk, R: Perut bagian
bawah, S: 7, T: Berulang
kali
3 Ds : klien mengaku nyeri Endometriosis Gangguan pola
saat berhubungan seksual seksual
dengan suaminya Nyeri pada pelvic
Klien mengatakan
biasanya melakukan
hubungan seksual 1
minggu 1x, karena nyeri
yang dirasakan klien
melakukan hubungan
seksual 2 minggu 1x

19
Do : skala nyeri 3
4 Ds : klien mengaku Endometriosis Gangguan harga diri
rendah diri karena tidak rendah
bisa hamil, klien merasa Adhesi di tuba falopii
lemah dan lebih memilih
bekerja sepanjang hari Gerakan spontan

Do : pasien tampak ujung-ujung fimbrae

murung
Gerakan ovum ke
uterus lambat

Ovum tertahan di
saluran ekstra uterine

Infertile

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan ceiran aktif ditandai
dengan perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometriosis saat menstruasi
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan rasa nyeri saat melakukan hubungan
seksual
4. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan infertile
3.4. INTERVENSI
Tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil
Devisit volume Tujuan: Fluid manajement
cairan yang Setelah dilakukan 1 Monitor status
berhubungan pemberian asuhan nutrisi
dengan keperawatan dalam 2 Monitor status
kehilangan waktu 2x24jam klien hidrasi

20
cairan aktif tidak mengalami 3 Monitor vital sign
ditandai dengan kekurangan volume 4 Monitor masukan
perdarahan cairan makanan atau cairan
Kriteria Hasil: dan hitung intake
1. Jumlah HB dalam kalori harian
keadaan normal 5 Lakukan terapi IV
2. Tekanan darah, 6 Dorong keluarga
nadi, suhu tubuh untuk membantu
dalam batas normal pasien makan
3. Tidak ada tanda 7 Kolaborasi dengan
dehidrasi dokter jika tanda
4. Elastisitas turgor cairan berlebih
kulit baik, membran muncul memburuk
mukosa lembab, 8 Atur kemungkinan
tidak ada rasa haus transfusi darah
yang berlebihan

Nyeri akut Tujuan: Pain Management


berhubungan Setelah dilakukan 1 Lakukan pengkajian
dengan pemberian asuhan nyeri secara
peluruhan keperawatan dalam komprehensif
endometriosis waktu 2x24 jam klien termasuk lokasi,
saat menstruasi melaporkan nyeri karakteristik, durasi,
berkurang frekuensi, kualitas
Kriteria hasil: dan faktor
1. Mampu mengontrol presipitasi
nyeri 2 Observasi reaksi non
2. Melaporkan bahwa verbal dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
dengan 3 Gunakan teknik
menggunakan komunikasi

21
manajemen nyeri terapeutik untuk
3. Mampu mengenali mengetahui
nyeri (skala, pengalaman
intensitas, dan skala 4 Kaji kultur yang
nyeri) mempengaruhi
4. Menyatakan rasa respon nyeri
nyaman setelah Analgesic
nyeri berkurang Administration
5. Tanda vital dalam 5 Tentukan lokasi,
rentang normal karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
6 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosisi, dan frekuensi
7 Cek riwayat alergi
8 Berikan analgesic
tepat pada waktu
terutama saat nyeri
hebat
Gangguan pola Kriteria Hasil Sexual Conseling
seksual 1. Pasien dapat 1. Bangun hubungan
berhubungan beradaptasi dengan terapeutik
dengan rasa ketidakmampuan berdasarkan
nyeri saat fisiknya kepercayaan dan
melakukan 2. Mempu mengontrol rasa hormat
hubungan kecemasan 2. Diskusikan efek dari
seksual 3. Meminta informasi situasi penyakit/
yang dibutuhkan kesehatan pada
tentang perubahan seksualitas

22
fungsi seksual 3. Dorong pasien untuk
verbalisasi ketakutan
dan mengajukan
pertanyaan
4. Bantu pasien untuk
mengekspresikan
kesedihan dan
kemarahannya
tentang perubahan
dalam fungsi tubuh
5. Berikan informasi
aktual tentang
penyakitnya
6. Sertakan pasangan
dalam konseling
Gangguan harga Setelah diberikan
SelEsteem Enhancement
diri rendah asuhan keperawatan 1. Tunjukan rasa
berhubungan selama 3x24 jam percaya diri
dengan infertile diharapkan gangguan terhadap
harga diri rendah kemampuan
teratasi dengan kriteria pasien untuk
hasil : mengatasi situasi
1. Menunjukkan 2. Dorong pasien
Penilaian pribadi mengidentifikasi
tentang harga diri kekuatan dirinya
2. Mengungkapkan 3. Ajarkan
penerimaan diri keterampilan
3. Komunikasi perilaku yang
terbuka positif melalui
4. Mengatakan bermain peran,
optimisme tentang model peran,

23
masa depan diskusi
5. Menggunakan 4. Dukung
strategi koping peningkatan
efektif tanggung jawab
diri, jika
diperlukan
5. Buat statement
positif terhadap
pasien
6. Monitor frekuensi
komunikasi verbal
pasien yang
negative
7. Dukung pasien
untuk menerima
tantangan baru
8. Kaji alasan-alasan
untuk mengkritik
atau menyalahkan
diri sendiri
9. Kolaborasi
dengan sumber-
sumber lain
(petugas dinas
social, perawat
spesialis klinis,
dan layanan
keagamaan)
Counseling
10. Gunakan proses
pertolongan

24
interakftif yang
berfokus pada
kebutuhan,
masalah, atau
perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk
meningkatkan
atau mendukung
koping
pemecahan
masalah

3.5. EMPLEMENTASI
Tgl / jam No Dx Implementasi TTD
1 1 Memonitor status nutrisi
2 Memonitor status hidrasi
3 Memonitor vital sign
4 Memonitor masukan
makanan atau cairan dan
hitung intake kalori harian
5 Melakukan terapi IV
6 Menorong keluarga untuk
membantu pasien makan
7 Berkolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
2 1 Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,

25
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2 Mengobservasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan
3 Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman
4 Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5 Menentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
6 Mengecek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosisi,
dan frekuensi
7 Mengecek riwayat alergi
8 Memberikan analgesic
tepat pada waktu terutama
saat nyeri hebat
3 1 Membangun hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan rasa
hormat
2 Mendiskusikan efek dari
situasi penyakit/ kesehatan
pada seksualitas

26
3 Mendorong pasien untuk
verbalisasi ketakutan dan
mengajukan pertanyaan
4 Membantu pasien untuk
mengekspresikan
kesedihan dan
kemarahannya tentang
perubahan dalam fungsi
tubuh
5 Memberikan informasi
aktual tentang penyakitnya
6 Menyertakan pasangan
dalam konseling
4 1. Menunjukan rasa
percaya diri terhadap
kemampuan pasien
untuk mengatasi situasi
2. Mendodorong pasien
mengidentifikasi
kekuatan dirinya
3. Mengajarkan
keterampilan perilaku
yang positif melalui
bermain peran, model
peran, diskusi
4. Mendukung
peningkatan tanggung
jawab diri, jika
diperlukan
5. Membuat statement
positif terhadap pasien

27
6. Memonitor frekuensi
komunikasi verbal
pasien yang negative
7. Mendukung pasien
untuk menerima
tantangan baru
8. Mengkaji alasan-alasan
untuk mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri
9. Berkolaborasi dengan
sumber-sumber lain
(petugas dinas social,
perawat spesialis klinis,
dan layanan keagamaan)
10. Menggunakan proses
pertolongan interakftif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau
perasaan pasien dan orang
terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung koping
pemecahan masalah

3.6. EVALUASI
Tgl/jam No Dx Evaluasi TTD
23-9- 1. S : pasien mengatakan mentruasi sudah
2010 berhenti
jam O : pasien tampak segar, mukosa bibir
12:30 lembab, turgor kulit kembali <3 detik
TD: 120/80 mmHg, RR : 18x/mnt , N:

28
70x/mnt , S: 36,5 °C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
23-9- 2. S : pasien sudah tidak mengeluh sakit pada
2010 perut bagian bawah dan tidak nyeri pelvis
jam berat, masih nyeri saat berhubungan seksual
12:30 O : klien sudah tidak tampak memegangi
perut bawahnya dan ekspresinya tidak
menyeringai kesakitan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2,4
I:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitas
2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
24-9- S : pasien sudah tidak nyeri saat berhubungan
2010 seksual dengan berhubungan seksual dengan
jam suaminya
12.30 O : klien sudah tidak tampak menyeringai
kesakitan
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
23-9- 3. S : klien mengaku tidak nyeri saat
2010 berhubungan seksual dengan suaminya
Jam O : skala nyeri : -
12.30 A : masalah teratasi

29
P : intervensi dihentikan
23-9- 4. S : klien mengaku sudah tidak rendah diri
2010 karena tidak bisa hamil (sudah bisa
jam menerima), klien sudah tidak merasa lemah
12.30 dan lebih memilih bekerja sepanjang hari
O : pasien tidak murung
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
berikut:
1. Teori Metaplasia
2. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
3. Teori pengaruh lingkungan
4. Teori genetik
Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang air kecil
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
3.2    SARAN
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.

31

Anda mungkin juga menyukai