PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih
lanjut dan menambah wawasan pembaca mengenai endometriosis dalam populasi
secara umum, deteksi dini, manifestasi klinis dan cara penatalaksanaannya secara
tepat. Dan untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik ruangan ginekologi
minggu 7 departemen obstetri dan ginekologi.
2.1 ENDOMETRIOSIS
2.1.1 Definisi
Endometriosis adalah terdapatnya kelenjar seperti endometrium dan
stroma diluar uterus dan merupakan kondisi ginekologikal jinak yang sering
ditemukan, sulit dimengerti, dan sangat elemahkan kondisi tubuh.1
Hal ini dapat timbul pada tempat yang bervariasi di pelvis seperti ovarium,
tuba falopi, vagina, serviks, atau ligament uterosakral atau di septum rektovaginal.
Bahkan dapat juga muncul pada daerah yang jauh seperti luka laparotomi, pleura,
paru, diafragma, ginjal, dll.2 Menurut urutan yang tersering endometriosis
ditemukan adalah di ovarium. 3
2.1.2 Epidemiologi
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan
angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5 – 15% dapat ditemukan
di antara semua operasi pelvic. Yang menarik adalah bahwa endometriosis lebih
sering ditemukan pada wanita yang tidak menikah pada umur muda, dan tidak
mempunyai banyak anak.3
Di Amerika Serikat, endometriosis timbul pada 7 – 10% populasi, biasanya
berefek pada wanita usis produktif. Prevalensi endometriosis pada wanita infertile
adalah sebesar 20 – 50% dan 80% pada wanita dengan nyeri pelvis. Terdapat
keterkaitan keluarga, dimana resiko meningkat 10 kali lipat pada wanita dengan
keluarga derajat pertama yang mengidap penyakit ini.1
2.1.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang dianggap menjadi etiologi endometriosis,
yaitu :
1. Metaplasia coelom. Dibawah stimulus yang tidak diketahui sel mesotelial
berubah secara metaplastik menjadi sel endometrium.1,4
2.1.4 Patofisiologi
Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak penganutnya
adalah teori Sampson. Menururt teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid
mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa
dalam darah haid terdapat sel – sel endometrium yang masih hidup. Sel – sel ini
kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.3
Teori lain mengenai histogenesis endometriosis dilontarkan oleh Meyer.
Pada teori ini dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada
sel – sel epitel berasal dari coelom yang dapat mempertahankan hidupnya di
daerah pelvis. Rangsangan ini menyebabkan metaplasia dari sel – sek epitel itu,
sehingga terbentuk jaringan endometrium.3 Endometrium dan peritoneum adalah
derivate dari dinding epitel coelom yang sama. Mesotel peritoneum telah
dikatakan menyisakan kemampuan embriogeniknya untuk berubah menjadi sel
reproduksi. Perubahan ini dapat timbul secara spontan atau karena difasilitasi oleh
paparan iritasi kronik oleh cairan menstrual yang retrograde.2
Penelitian terbaru mengatakan adanya keterlibatan system imun pada
pathogenesis endometriosis. Wanita dengan endometriosis memperlihatkan
peningkatan respon imun humoral dan kativasi makrofag dan memperlihatkan
hilangnya system imun yang diperantarai sel dengan berkurangnya sel T dan
respon sel natural killer.2
2.1.5 Diagnosis
Anamneses
Diagnosis dimulai dari anamneses, dimana keluhan atau gejala yang sering
ditemukan adalah :
• Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenorea)3
• Dispareuni, dapat meluas menjadi nyeri punggung1,3
• Nyeri saat defekasi, terutama saat haid3
• Nyeri Kronik dan terdapat eksaserbasi akut1
• Poli dan hipermenorea3
• Infertilitas3
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pelvis ditemukan nyeri tekan yang sangat mudah
dideteksi saat menstrusi. Ligament uterosakral dan kul-de-sac yang bernodul
dapat ditemukan. Uterus terfiksasi secara retroversi akibat dari perlengketan.
Nodul kebiruan dapat ditemukan pada vaginan akibat infiltrasi dari dinding
posterior vaginal.1
Pemeriksaan Radiologi
Pembuatan foto roentgen dengan memasukkan barium dalam kolon dapat
memberikan gambaran dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas yang
jelas dan mukosa yang utuh.3 Transvaginal sonografi adalah metode yang berguna
untuk mengidentifikasi kista coklat klasik dari ovarium. Tampilan tipikal adalah
kista yang berisis echo homogeny internal drajat rendah yang konsisten dengan
darah lama.1 Gambaran sonografi dari endometrioma bervariasi dari kisa
sederhana hingga kista kompleks dengan echo internal hingga massa solid, tanpa
vakular. MRI berguna untuk melihat keterlibatan rectum dan menunjukkan secara
akurat endometriosis rektovaginal dan kul-de-sac.2
Endometriosis sedang-berat
2.1.7 Penatalaksanaan3
Penanganan endometriosis terdiri dari terapi hormonal, pembedahan.
Terapi hormonal
Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis ialah bahwa
pertumbuhan dan fungsi jaringan endometrios dikontrol oleh hormone steroid.
Jaringan endometriosis umumnya mengandung reseptor estrogen, progesterone,
dan androgen. Progesterone sistetik umumnya mempunyai efek androgenic yang
menghambat pertumbuhan endometriosis.
Prinsip pertama pengobatan hormonal adalah menciptakan lingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya
haid yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal
sehingga dapat dihindari timbul sarang endometriosis yang baru karena transport
retrograde serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang
menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
a. Androgen
Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron sublingual dengan dosis 5-
10 mg/hari. Biasanya diberikan 10 mg/hari pada bulan pertama dilanjutkan
dengan 5 mg/hari selama 2-3 bulan berikutnya. Keberatan pemakaian androgen
adalah timbulnya efek samping maskulinisasi, dan bila terjadi kehamilan dapat
menyebabkan cacat bawaan. Keuntungannya adalah untuk terapi nyeri,
dispareuni, dan untk membantu menegakkan diagnosis. Jika nyeri akibat
endometriosis biasanya akan berkurang dengan pengobatan androgen satu bulan.
b. Estrogen-progestogen
Kontrasepsi yang dipilih sebaiknya mengandung estrogen rendah dan
progestogen yang kuat atau yang mempunyai efek androgenic yang kuat. Terapi
standard yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per
2.1.8 Prognosis
Endometriosis ditemukan dapat menghilang secara spontan pada 1/3
wanita yang tidak ditatalaksana secara aktif.1 manajemen medis (supresi ovulasi)
efektif untuk mengurangi nyeri pelvis tapi tidak efektif untuk pengobatan
endometriosis yang berkaitan dengan infertilitas. Namun, tetap ada potensi untuk
konsepsi. Kombinasi estrogen progestin meredakan nyeri hingga 80-85% dari
pasien dengan endometriosis yang berkaitan dengan nyeri pelvis. Setelah 6 bulan
terapi danazol, sebesar 90% pasien dengan endoimetriosis sedang mengalami
penurunan nyeri pelvis. Total abdominal hysterectomy and bilateral salpingo-
oophorectomy dilaporkan efektif hingga 90% dalam meredakan nyeri. Kehamilan
masih mungkin bergantung pada keparahan penyakit. Tanda dan gejala secara
umum menurun dengan adanya onset menopause dan selama kehamilan.2
2.1.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari endometriosis adalah sebagai berikut :
• Infertilitas
• Nyeri pelvis kronik
• Adhesi
• Ruptur kista