KISTA ENDOMETRIOSIS
Disusun oleh :
Yuyun Apriana
(PB202305042)
KISTA ENDOMETRIOSIS
A. PENGERTIAN
Kista endometriosis atau kista coklat merupakan suatu lesi yang berada di
ovarium (Yamashita &Toyokuni, 2012). Endometriosis adalah keadaan ketika sel-
sel endometrium yangseharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam
rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2015).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium
itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga
tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, RJames, dkk. 2012). Endometriosis
adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luaruterus paling sering mengenai
ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang mengantung (Ralph C. & Martin L.,
2019)
B. ETIOLOGI
Penyebab endometriosis tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mencoba
menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori, antara lain:
1. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum
uterimelalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus
endometriosis di luar pelvis
2. Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang
berubahmenjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi
daninfeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar
karena epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum
berasal dari epitel coelom yang sama.
3. Teori Hormonal.
Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.
Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang
sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat
tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.
4. Teori Imunologik.
Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan
ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel.
Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun
karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi endometriosis, menurut Scott (2012) :
1. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau permukaan ovarium.
2. Sedang, yaitu :1) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi
atau endometrioma kecil. 2) Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium
yang mengalami endometriosis. 3) Endometriosis pada anterior atau posterior kavum
Douglasi dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.
3. Berat, yaitu 1) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2
x 2 cm2. 2) Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba atau kavum Douglasi karena
endometriosis. 3) Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.
E. PATOFIOSIOLOGI
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh diluar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium,tuba falopii, jaringan yang
menunjang uterus, daerah di antara vagina danrectum, juga di kandung kemih.
Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada
hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak.
Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya
pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima seltelur yang akan
dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim olehsaluran yang disebut
tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi
oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh padaakhir siklus. Lepasnya
lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan
proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai
kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi
masuk kembali ke tuba falopii denganmembawa jaringan dari lapisan dinding
rahim, sehingga jaringan tersebut menetapdan tumbuh di luar rahim. Teori lain
mengatakan bahwa sel-sel jaringane ndometrium keluar dari rahim melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening,kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada
pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel
yang “salah letak”, dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Berbagai
penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik
sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya.
Dalam kasus endometriosis,walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar
rahim dan menjadi “imigran gelap”di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi truktur
jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam
rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kitasebut endometrial implant) ini
juga akan merespons perubahan hormond alam siklus menstruasi , struktur jaringan
dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si
imigran gelap (yang selanjutnya akan kitasebut endometrial implant) ini juga akan
merespons perubahan hormone dalam siklus menstruasi. Menjelang masa
menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di “tanah
air”. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar
menjadi darah menstruasi,endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar.
Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa
sakit hebatdi daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakityang
disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak danb anyaknya
endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian,endometrial implant yang
sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di
dekat saraf. Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan
membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid
sebagaipersediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidakada,
dinding ini akan runtuh dan dibuang sebagai haid.
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti
dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput iniada di tempat tidak
sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam
rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang
akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama-kelamaan, lapisan
endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi
cecair) dalam ovary (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail, 2015
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara
lain:a. Uji serumCA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang. Antibodi endometrial:
Sensitifitasdan spesifisitas berkurang b. Teknik pencitraan Ultrasound: Dapat membantu
dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11% MRI: 90% sensitif dan
98% spesifik Pembedahan: Melalui laparoskopi dan eksisi. (Scott, R James, dkk. 2012)
G. PENATALKSANAAN
1. KOLABORATIF
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena
menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita
yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan
endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan
bantuan medis. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan
progestinyang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-
obatantigonadotropik seperti Danasol dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan
ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan endometrium,mencegah
ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada diluar uterus
(jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat inia dalah sangat
mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi,berat badan bertambah,
menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis. Apabila tidak ada respons terhadap
terapi konservatif, intervensi bedahdapat dilaksankan.
Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan
fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepa sadhesi dan menghancurkan
jaringan endometrium yang ada dalam ronggapelvis. Bedah radikal meliputi
pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika
menopause.
2. Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati.
Perluditerapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang
dipakainya,strategi untuk menangani nyeri yang kronis juga perlu
dijelaskan (MaryBaradero dkk, 2015).
H. KONSEP KEPERAWATAN
1. DATA FOKUS
a. Identitas Pasien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif
yaitusekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi
peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum
diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan
sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung
terpapar dengan toksik daripepsida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis),
yaitu disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling
karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan mendadak dapat disebabkan olehiritasi
perinoteum akibat rupturnya endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea,
vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan gejala-gejala penyerta.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah
pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran
sampah medis dan sampah perkotaan.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Dysmenore primer ataupun sekunder, Nyeri saat latihan fisik, Dispareun,
Nyeri ovulasi, Nyeri pelvis terasa berat dan nyer . menyebar ke dalam paha, dan
nyeri pada, bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, Nyeri akibat
latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat
pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia,Feces
berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan saatdefekasi. Konstipasi, diare,
kolike.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis. Riwayat obstetri dan menstruasi Mengalami hipermenorea,
menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap
yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang,keluarga atau masyaralat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual ataupun potensial. Diagnose keperawatan merupakan dasar
dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan. Adapun diagnosa yang
diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan adalah :
a. SDKI 2016 : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. SDKI 2016 : D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
Potter, & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, Dan
Praktik. EGC : Jakarta
Mary Baradero dkk. (2015). Prinsip dan Praktek Keperawatan Perioperatif. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Missrani, 2009. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC :Jakarta
Ralph C.& Martin L. Pernoll . 2019. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC.Jakarta.
Scott, R James, dkk. 2012. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta.Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat IndonesiaTim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia(SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat IndonesiaTim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Mengetahui,
Pembimbing Akademik