PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
terhadap fertilitas pasien. Penyakit ini tak pernah sembuh sempurna dan terapi
ditujukan untuk penekanan lesi secara medis (medical supression) – maupun secara
pembedahan (surgical excision) untuk meringankan keluhan penderita.
2.2 Anatomi
A. Uterus
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa uterus. Dalam keadaan
tidak hamil, uterus terletak dalam rongga panggul di antara kandung kemih dan
rektum. Uterus berbentuk seperti buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga
bagian besar, yaitu: badan uterus (korpus uteri), leher uterus (serviks uteri), dan
rongga uterus (kavum uteri). Bagian uterus antara kedua pangkal tuba, yang disebut
fundus uteri, merupakan bagian proksimal uterus. Serviks uteri terbagi atas dua
bagian yaitu pars supravaginal dan pars vaginal. Bagian uterus antara serviks uteri
dan korpus disebut ismus atau segmen bawah uterus, bagian penting dalam kehamilan
dan persalinan karena akan mengalami peregangan.
Dinding uterus secara histologik terdiri atas tiga lapisan: lapisan serosa (lapisan
peritoneum), lapisan otot (lapisan miometrium), lapisan mukosa (endometrium).
Posisi dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong
dan dipertahankan oleh: tonus uterus sendiri, tekanan intra abdominal, otot-otot dasar
panggul, dan ligamen-ligamen seperti ligamentum kardinal kanan dan kiri,
ligamentum sakrouterina, ligamentum rotundum, ligamentum latum, dan ligamentum
infundibulopelvikum.
3
Dibawah pengaruh estrogen, lapisan fungsional akan berploriferasi dan di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron lapisan itu akan mengalami sekresi. Bila terjadi
fertilisasi dan implantasi, maka dari lapisan ini akan dibentuk desidua, dan bila tidak,
akan timbul haid lagi.
B. Ovarium
Terdapat dua ovarium di tubuh wanita, masing-masing di kiri dan kanan uterus,
dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya
seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan berukuran 2,5-5cm x 1,5-2 cm x 0,6-1 cm.
Ovarium ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, ligamentum ovarika, dan
ligamentum infundibulopelvikum.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari: korteks dan medulla. Korteks atau zona
parenkimatosa terdiri dari tunika albuginea, yaitu epitel kubik, jaringan ikat, stroma,
folikel primordial, dan folikel de Graaf. Medulla atau zona vaskulosa terdiri dari
stroma berisi pembuluh darah, serabut saraf, dan otot polos.Pada wanita diperkirakan
sekitar 100 ribu folikel primer. Pada masa reproduktif, tiap bulan satu folikel atau
terkadang dua folikel akan matang. Fungsi ovarium yang utama adalah menghasilkan
sel telur, menghasilkan hormon progesteron dan estrogen serta berperan dalam proses
siklus haid.
4
2.3 Etiologi dan Patogenesis Endometriosis
Walaupun tanda dan gejala dari endometriosis telah dikemukakan sejak tahun
1800, tetapi baru dikenal oleh kalangan dunia kesehatan baru pada aband ke-20.
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan kelainan histologi dari
Endometriosis.
1. Teori Menstruasi Retrograde
Banyak teori tentang patogenesis endometriosis yang telah dikemukakan, namun
teori menstruasi retrograde yang paling banyak diterima secara eksperimen maupun
kinis oleh banyak ahli. Teori menstruasi retrograde atau juga dikenal sebagai teori
implantasi pertama dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, menyatakan bahwa
terjadi refluks jaringan endometritik yang viabel melalui tuba Fallopi saat menstruasi
dan mengadakan implantasi pada permukaan peritoneum dan organ pelvik. Teori ini
berdasarkan 3 asumsi: pertama, terjadi menstruasi retrograde melalui tuba Fallopi
selama menstruasi; kedua, refluks jaringan endometritik viabel pada kavum
pertoneum; ketiga, jaringan endometritik yang viabel dapat melengket pada
peritoneum melalui rangkaian proses invasi, implantasi, dan proliferasi. Awalnya
teori ini tidak populer dan cukup lama ditinggalkan karena menstruasi retrograde
diasumsikan sangat jarang terjadi. Beberapa penelitian kemudian membuktikan
5
bahwa angka kejadian menstruasi retrograde cukup tinggi. Mula-mula oleh Watkins
pada tahun 1938 yang melaporkan adanya tumpahan darah haid melalui tuba Fallopi
wanita yang dilakukan operasi laparotomi saat haid. Setelah itu Goodal melaporkan
menstruasi retrograde terjadi pada 50 persen wanita yang dilakukan laparotomi saat
haid. Penelitian terakhir dengan pemeriksaan laparoskopi melaporkan angka kejadian
menstruasi retrograde mencapai 70-90 persen wanita.
6
wanita premenarche dan menopause, dan pada laki-laki dengan karsinoma prostat
diterapi dengan estrogen dan orchiektomi. Namun, tidak adanya endometriosis pada
jaringan lain yang berasal dari epitel selom menentang teori ini. 3,9,10
3. Teori Imunologik
Menurut teori ini faktor genetik dan imunologis sangat berperan terhadap
timbulnya endometriosis. Ditemukan penurunan imunitas seluler pada jaringan
endometrium wanita yang menderita endometriosis. Cairan peritoneumnya ditemukan
aktivitas makrofag yang meningkat, penurunan aktivitas natural killer cell, dan
penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan
endometriosis dan penurunan sistem imunologis tubuh akan menyebabkan jaringan
endometriosis terus tumbuh tanpa hambatan. Makin banyak regurgitasi darah haid,
makin banyak pula sistem pertahanan tubuh yang terpakai. Pada wanita dengan darah
haid sedikit, atau pada wanita yang jarang haid, sangat jarang ditemukan
endometriosis. Disamping itu masih terbuka kemungkinan timbulnya endometriosis
dengan jalan penyebaran melalui darah ataupun limfe.
7
Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita
endometriosis
Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
Menarke (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11
thn)
Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
Orgasme saat menstruasi
8
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
9
kurang lebih separuh dari wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila motilitas tuba terganggu akibat
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya.
Pada pemeriksaan ginekologi, khususnya pada pemeriksaan
vaginorektoabdominal, ditemukan pada endometriosis ringan pada benda-benda padat
sebesar butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum
sakrouterinum dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi.
1. Anamnesis
Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang
disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada endometriosis.
Endometrium pada organ tertentu akan menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi
organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena penyakitin
bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar untuk
mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara
perempuan monozigot dari pada dizigot. Rambut dan nevus displastik telah
diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pada endometriosis, pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab lain nyeri pelvik. Pemeriksaan darah rutin, urin
rutin, kultur urin dan vaginal swab mungkin diperlukan untuk menyingkirkan
infeksi atau penyakit menular seksual penyakit infeksi panggul.
Selain itu, serum antigen kanker CA-125 sering meningkat pada wanita
dengan endometriosis. Namun, marker ini juga meningkat pada penyakit
pelvik lain dan mempunyai spesifitas yang kecil dalam diagnosis
endometriosis.
10
b) Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal telah digunakan dalam
membantu mendiagnosis endometriosis. Walaupun USG transvaginal
digunakan untuk mengevaluasi gejala terkait endometriosis dan akurat dalam
mendeteksi endometrioma, gambaran endometriosis superfisial dan adhesi
endometriotik yang didapatkan tidak adekuat. Teknik radiologi lainnya seperti
CT-Scan, dan MRI, dapat digunakan hanya untuk sebagai konfirmasi
tambahan saja, tapi tidak dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis utama,
karena selain biaya lebih mahal dari USG, informasi yang diberikan masih
dapat kurang jelas.
c) Pemeriksaan Laparoskopi
Diagnosis pasti endometriosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laparoskopi dan pemeriksaan histopatologik. Gambaran dari endometriosis
pada pemeriksaan laparoskopi ini sangat variabel. Gambaran klasik
endometriosis yaitu kista berwarna ‘blue-black powder-burn’. Selain itu,
dapat juga ditemukan lesi non-klasik yaitu gambaran lesi berwarna merah,
putih, tidak berpigmen dan vesikuler. Lesi merah merupakan tipe
endometriosis yang aktif. Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium, dan
biasanya di sini didapati pada kedua ovarium. Pada ovarium tampak kista-
kista biru kecil sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat.
11
Lesi endometriosis pada peritoneum.
Lesi endometriosis pada cavum douglasi dan sebelah kanan dari lig.sakrouterina.
d) Pemeriksaan Histopatologik
Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan ciri-ciri khas endometriosis,
yaitu kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan
baru berupa eritrosit pigmen hemosiderin dan sel-sel radang dan jaringan ikat,
sebagai reaksi jaringan normal di sekelilingnya.
12
Tampak kelenjar dan stroma endometrium pada colon.
A. Penanganan Medis
Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya
risiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh
akibat endometriosis itu, seperti nyeri panggul dan infertilitas.
Pengobatan simtomatik
Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti parasetamol 500 mg 3 kali
sehari, Non Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen 400
mg tiga kali sehari, asam mefenamat 500 mg tiga kali sehari. Tramadol,
paracetamol dengan codein, GABA inhibitor seperti gabapentin.
Kontrasepsi oral
Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi dosis
rendah. Kombinasi monofasik (sekali sehari selama 6-12 bulan) merupakan
pilihan pertama yang sering dilakukan untuk menimbulkan kondisi kehamilan
palsu dengan timbulnya amenore dan desidualisasi jaringan endometrium.
Kombinasi pil kontrasepsi apa pun dalam dosis rendah yang mengandung 30-
13
35 ug etinilestradiol yang digunakan secara terus-menerus bisa menjadi efektif
terhadap penanganan endometriosis.
Progestin
Progestin memungkinkan efek antiendometriosis dengan menyebabkan
desidualisasi awal pada jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi.
Progestin bisa dianggap sebagai pilihan utama terhadap penanganan
endometriosis karena efektif mengurangi rasa sakit seperti danazol, lebih
murah tetapi mempunyai efek samping lebih ringan daripada danazol.
Danazol
Danazol suatu turunan 17 alpha ethinyltestosteron yang menyebabkan level
androgen dalam jumlah yang tinggi dan estrogen dalam jumlah yang rendah
sehingga menekan berkembangnya endometriosis dan timbul amenorea yang
diproduksi untuk mencegah implan baru pada uterus sampai ke ronga
peritoneal.
B. Terapi pembedahan
Terapi Pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk
mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan
sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan
kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).
Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat
dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain meliputi
pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis
sebaik mungkin (Widjanarko, 2009).
Penanganan endometriosis menurut Sumilat (2009, kom. pribadi) dapat
dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat KB
atau dengan terapi pembedahan menggunakan laparoskopi operatif yaitu
pembakaran kista endometriosis dengan menggunakan laser.
14
2.9 Komplikasi Endometriosis
Infertilitas
Adhesi
Ruptur kista
15
histerektomi pada kebanyakan kasus. Penyebab endometriosis pada setiap individu
tidak dapat langsung diprediksi dan modalitas terapi akan datang harus lebih baik dari
terapi yang adasaat ini.
16
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Gejala endometriosis yang sering dirasakan oleh penderita yaitu antara lain berupa
nyeri haid (dismenore), nyeri panggul kronik, nyeri saat berhubungan (dispareunia)
dan infertilitas. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan juga pemeriksaan laparoskopi.
Pengobatan untuk endometriosis bergantung pada gejala khusus wanita itu, tingkat
keparahan gejala, lokasi lesi endometriosis, tujuan untuk pengobatan, dan keinginan
untuk melestarikan kesuburan masa depan.
17
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
STATUS ORANG SAKIT
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTA
Alamat : Perumahan Mandala, Jalan Selam IV
No. RM : 25-34-74
Tanggal masuk : 30-01-2017
Pukul : 19.40 WIB
Identitas Suami
Nama suami : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTA
Alamat : Perumahan Mandala, Jalan Selam IV
18
II. ANAMNESA
Ny. J, P1A1, 31 tahun, Jawa, Islam, Wiraswasta, SLTA, i/d Tn. D, 30 tahun,
Mandailing, Islam, SLTA, Wiraswasta, Perumahan Mandala, Jalan Selam IV.
Pasien datang ke RSU Haji Medan pada tanggal 30 Januari 2017, pukul 19.40
WIB, dengan:
KU : Nyeri perut bawah.
Telaah : Nyeri perut bawah yang terus-menerus yang terjadi selama haid
(dismenorea), hal tersebut dialami pasien sudah ± 1 tahun yang lalu, awalnya
hanya nyeri biasa kemudian nyeri semakin hebat sampai os tidak bisa melakukan
aktivitas hanya berbaring di tempat tidur, os mengatakan riwayat keluar darah
menstruasi banyak, ± 7 kali ganti pembalut perhari. Riwayat keluar perdarahan
diluar siklus haid (-), riwayat perut dikusuk (+), Riwayat minum jamu-jamuan (-).
BAB (+) Normal, BAK (+) Normal.
RPT :-
RPO : Asam Mefenamat
19
Riwayat Alergi : (-)
Gizi dan Kebiasaan
Nafsu makan : Baik
Merokok : (-)
Alkohol : (-)
Kebiasaan makan obat : (-)
Obat-obat yang di masukan ke dalam vagina : (-)
Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Siklus haid : Teratur, 28 hari
Haid terakhir : 18-01-2017
Lama haid : 7 hari
Banyak darah : 7 x ganti duk/hari
Dismenorhea : (+)
Metrorrhagia : (-)
Menorrhagia : (-)
Spotting : (-)
Darah beku : (-)
Contact bleeding : (-)
Climacterium : (-)
Keputihan
Jumlah : (-)
Warna : (-)
Bau : (-)
Konsistensi : (-)
Gatal (Pruritus vulvae) : (-)
20
Riwayat Perkawinan :
Umur kawin : Menikah 1 kali, Istri : 19 tahun
Suami : 18 tahun
Lama perkawinan : 12 tahun
Kemandulan : (-)
Frigiditas/Vaginismus : Tidak ditanyakan
Libido : Tidak ditanyakan
Frekuensi coitus : Tidak ditanyakan
Orgasmus : Tidak ditanyakan
Dispareunia : (-)
21
B. Status Generalisata
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, cekung (-),
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax
- Cor : Bunyi jantung normal, reguler, bunyi jantung tambahan (-)
- Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
- Kelenjar –kelenjar supra / intra clavikula = tidak teraba
- Mamae
Membesar : (-) Secret : (-)
Hiperpigmentasi : (-) Tumor-tumor : (-)
Colostrums : (-) Tegang : (-)
Abdomen :
Membesar : (-) Shitting Dullness : (-)
Simetris / Asimetris : Simetris Meteorismus : (-)
Soepel : (+) Asites : (-)
Defence Muscular : (-) Peristaltik Usus : (+) N
Hepar : DBN
Lien : DBN
Tumor : (-)
C. Status Ginekologis
Genitalia eksterna : Dinding vagina simetris, tumor (-)
D.Pemeriksaan Dalam
Inspeculo :
22
Portio :
- Erosi :- - Polip :-
- Ectropion : - - Bunga kol (exophytik) : -
- Laserasi :- - Leukoplakia :-
- Ovula naboti : - - Schiller test :-
VT :
Uterus : Portio :
Posisi : Antefleksi Bentuk : Biasa,licin
Besarnya : Normal Pembukaan :-
Mobilitas : Mobile Contact Bleeding : -
Konsistensi : Lunak Sakit waktu digerakkan: -
Nyeri tekan : -
Cavum Douglas :
- Douglas crise :-
- Menonjol / tidak : Tidak Menonjol
Parametria: Kiri dan kanan lemas
Adnexa : Teraba/ tidak teraba
Konsistensi :-
Mobilitas :-
Permukaan :-
Nyeri :-
Vagina :-
Pemeriksaan Sekret Vagina :
- Langsung : Tidak Diperiksa
- Kultur : Tidak Diperiksa
Periksa Rekto Vaginal : Tidak dilakukan pemeriksaan
PAP’S SMEAR :
- Diambil tanggal : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Hasil :-
23
- Anjuran :-
Index Eritrosit
MCV 81,0 80 – 96 fL
MCH 27,5 27 – 31 pg
MCHC 32,3 30 – 34 %
24
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 68 53–75 %
Limfosit 26 20–45 %
Monosit 4 4–8 %
Laju Endap Darah 17 0 – 20 mm/jam
Kimia Klinik
USG TAS :
Kandung kemih terisi baik
UT AF uk 6,3 x 4,58 cm
Tampak gambaran hypoechoic uk 9 x 8 cm pada adnexa kiri dan kanan
Cairan bebas (-)
Kesan : Endometriosis Bilateral
V. DIAGNOSA SEMENTARA
Endometriosis Bilateral
Rencana Operasi BSO a/i Endometriosis Bilateral, tanggal 02/02/2017 Pukul:
08.00 WIB
Lapor Supervisor dr. Khaidir, Sp.OG
VI. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
25
PERSIAPAN OPERASI
Tanggal 01-02-2017
S :-
O : Status present Status Lokalisata
Sens : CM Abd : Soepel, Peristaltik (+) N
TD : 120/80 mmHg P/V : (-)
RR :8
5 x/i BAK : (+) N
HR : 21 x/i BAB : (+) N
A : Endometriosis Bilateral
P : Operasi terjadwal
LAPORAN OPERASI
Operator dr. Khaidir, Sp.OG
26
Tanggal 02-02-2017 pukul 08.00 WIB
- Pasien di baringkan dimeja operasi dengan kateter dan infus terpasang dengan
baik
- Dibawah spinal anastesi, dilakukan tindakan aseptik pada dinding abdomen,
kemudian ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
- Di lakukan insisi midline kutis, subkutis, facia di gunting kekiri dan kekanan
dan otot di robek secara tumpul, peritonium di jepit dengan menggunakan
pinset anatomis.
- Tampak kista endometriosis pada ovarium kanan dan kiri, dengan ukuran
besar : 5 x 3 x 1 dan kecil : 3 x 3 x 1. Diputuskan untuk melakukan tindakan
BSO.
- Tuba kanan diklem, gunting, ikat. Tuba kiri diklem, gunting, ikat.
- Evaluasi perdarahan, terkontrol.
- Dinding abdomen ditutup dengan dijahit lapis demi lapis.
- Setelah selesai, dinding abdomen ditutup supratul, duk steril, dan hypafix.
- KU pasien post operasi baik.
- Hasil jaringan kemudian di konsul untuk dilakukan pemeriksaan Patologi
27
FOLLOW UP di ruangan recovery room
Keadaan umum :
- 15 menit pertama
TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
- 15 menit kedua
TD : 120/70 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 16 x/i
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
- 15 menit ketiga
TD : 120/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 16 x/i
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
- 15 menit keempat
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
28
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
- 30 menit kelima
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 24 x/i
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
- 30 menit keenam
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 24 x/i
T : 36,0 oC
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
Setelah 2 jam di ruang recovery room keadaan pasien stabil maka pasien di bawa
keruangan fitrah.
29
Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi 3 Februari 2017
Makroskopis :
Diterima 2 buah jaringan dalam satu wadah, jaringan yang besar ukuran : 5 x 3 x 1
cm, warna : putih kehitaman, jaringan yang kecil ukuran : 3 x 3 x 1 cm.
Mikroskopis :
Sediaan jaringan dari ovarium yang besar dan kecil menunjukkan gambaran yang
sama terdiri dari gambaran struktur kelenjar endometrium.
Stroma terdiri dari jaringan ikat.
Kesimpulan :
Suatu Endometriosis Ovarii Duplex
30
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
R:
- AFF infuse dan Terapi Oral
- Terapi lanjut
- Mobilisasi bertahap
31
- Terapi lanjut
- Mobilisasi bertahap
FOLLOW UP Setelah Operasi
Tanggal 05 februari 2017, jam 06.00 WIB
S : Tidak ada keluhan
O : SP : Sens : Compos mentis Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 72 x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 28 x/menit Sianosis : (-)
T : 36,0 ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen : Soepel (+), peristaltik (+)
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+) N, terpasang kateter, warna kuning jernih
BAB : (-), Flatus (+)
A : Post BSO a/i Endometrioma Bilateral + H4
P:
- Cefadroxil tab.500 mg 2×1
- Asam mefenamat tab.500 mg 3×1
- Vit B Comp tab 2x1
R:
- Hari ini AFF kateter
- Terapi lanjut
- Mobilisasi bertahap
32
HR : 86 x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 25 x/menit Sianosis : (-)
T : 36,0 ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen : Soepel (+), peristaltik (+)
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+) N, warna kuning jernih
BAB : (+) N, Flatus (+)
A : Post BSO a/i Endometrioma Bilateral + H5
P:
- Cefadroxil tab.500 mg 2×1
- Asam mefenamat tab.500 mg 3×1
- Vit B Comp tab 2x1
R : - PBJ ( Pasien berobat jalan)
DAFTAR PUSTAKA
33
Treatment Obstetrics & Gynecology, Ed. 10th. Amerika: The McGraw-Hill
Companies. 2007
Derek Llewellyn , Jones. Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology, Ed.
6th. Sydney: Hipokrates. 2002. p.254-9
Bruce, Carr. Endometriosis. In: John Schorge, Joseph Schaffer, Lisa
Halvorson, Barbara Hoffman, Karen Bradshaw, Gary Cunningham. Williams
Gynecology. China: The McGraw-Hill Companies. 2008
Prabowo, Raden Prajitno. Endometriosis. Dalam: Wikojosastro H, Abdul Bari
Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kandungan, Edisi ke 2. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI:2008.p.316-27
Danudjo Oepomo, T. Dampak Endometriosis pada Kualitas Hidup
Perempuan. [serial online]. [cited 2013 June 7]. Available from:
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1366&bih=551&sclient=psyab&q=Dampa
k+Endometriosis+pada+Kualitas+Hidup+Perempuan
Mochtar R. Anatomi Alat-Alat Kandungan. Dalam: Sinopsis Obstetri, edisi 2.
Jakarta: EGC. 1998: p.5-12
Anonymous. Chapter 27 Uterine Anatomy. [serial online]. [cited 2013 June
7]. Available from: http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&
%20Physiology/2020/2020%20Exam%20Reviews/Exam
%205/CH27%20Uterine%20Anatomy.htm
Bulun, S. E. 2009. Endometriosis. The New England Journal of Medicine.
Vol.360 No.3: 268-279. (http://content.nejm.org/cgi/content/ full/360/3/268,
diakses pada tanggal 28 Maret 2016). 11 hal.
34