Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA ENDOMETRIUM

Nama : Dian Lestari effendi


Nim : 17030003
Ruangan : Poli PMC
Tanggal : 11 Desember 2017

A. Pengertian

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga

seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2007). Kista adalah suatu jenis tumor berupa

kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur. Kista adalah suatu

bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah

cair (Sjamsuhidajat, 2009).

Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya

terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis. Endometriosis

merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan

jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium,

tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter

dan pelvis. Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan

sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus.

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar

uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 2009).

B. Etiologi

Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah

dikemukakan:

1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.

2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.

3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke

rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami

endometriosis.

Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:

1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada

saat menstruasi

2. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun

teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen

3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen

menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan

endometrium.

Teori lain menyebutkan :

1. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan

kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi

2. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang

selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari luar.

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain :

1. Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )

2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)

3. Menstruasi yang lama (>7 hari)

4. Spotting sebelum menstruasi

5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.

7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis

8. Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida,

pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah

perkotaan.
C. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :

1. Nyeri :

a. Dismenore sekunder

b. Dismenore primer yang buruk

c. Dispareunia

d. Nyeri ovulasi

e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada

bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.

f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan abnormal

a. Hipermenorea

b. Menoragia

c. Spotting sebelum menstruasi

d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di

akhir menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil

a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

b. Darah pada feces

c. Diare, konstipasi dan kolik

D. Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau

saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena

penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh

wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat

mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan

sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel


endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel

endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan

progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan

mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan

makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor

pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan

sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen

endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii

menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium

merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel

endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini

memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh

lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi

siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat

estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami

perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih

rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi

perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi

peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,

penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan

permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada

daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan

hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di

uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii

menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus


menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada

endometriosis.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:

1. Uji serum

a. Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami

infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.

b. Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

2. Teknik pencitraan

a. Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan

sensitifitas 11%

b. MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik

F. Penatalaksanaan

1. Kolaboratif

Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena

menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita

yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan

endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan

bantuan medis.

Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang

tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti

Danasol dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat

menghentikan perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan

atrofi jaringan endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik).

Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual,

cepat lelah, depresi, berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan

osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat

dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa

mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan

menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal

meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti

ketika menopause.

2. Mandiri

Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu

diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk

menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan. Pencegahan yaitu menunda

kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau melakukan kerokan pada haid,

Observasi pada pembesaran analgesik yaitu pemeriksaan periodik dan berkala,

Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan dengan histeroktomi total salfingo-

oferektomi bilateral eksisi tempat endometriorisis

G. Komplikasi

1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan

kolon

2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma

3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan

katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan

sampah perkotaan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Dysmenore primer ataupun sekunder

2) Nyeri saat latihan fisik


3) Dispareunia

4) Nyeri ovulasi

5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada

bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.

6) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

8) Hipermenorea

9) Menoragia

10) Feces berdarah

11) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.

12) konstipasi, diare, kolik.

c. Riwayat kesehatan keluarga

1) Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang

menderita endometriosis.

2) Riwayat obstetri dan menstruasi

3) Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah

menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir

menstruasi

d. Aktifitas dan istirahat

Gejala:

1. Kelemahan atau keletihan akibat anaemia

2. Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari

3. Adanya foktor factor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan

keringat malam

4. Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingungan dan tingkat

sters tinggi
e. Integritas Ego

Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari

pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,

pembedahan, menyngakal diagnosis dan perasaan putus asa

f. Eliminasi

Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya masalah nyeri

g. Makanan dan Minuman

Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet

rasa )

h. Neurosensori

Gejala : pusing

i. Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamana ringan sampai

nyeri berat

j. Pernapasan

Gejala : merokok, pemajanan abses

k. Keamanan Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

l. Seksualitas

Gejala : perubahan pola respon seksual

m. Interaksi social

Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi, proses

penjalaran penyakit.

2. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertilitas

3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan

feminitas dan perubahan bentuk tubuh


J. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

R/ untuk mendapatkan indikator nyeri

2. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri

3. Kaji tipe dan sumber nyeri dengan menggunakan skala nyeri

R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode

yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.

4. Berikan pengobatan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai

relaksan uterus

Diagnosa 2

1. Berikan motivasi kepada pasien

R/: mningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.

2. Bina hubungan saling percaya

R /: hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai

dasar untuk intervensi selanjutnya.

3. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

R /: mengidentifikasi hal hal positif yang masih dimiliki klien.

Diagnosa 3

1. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul

pada saat melakukan tindakan

R/ agar pasien tidak merasa ketakutanan dengan tindakan yang akan di lakukan

2. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan Temani klien untuk

mendukung keamaan dan menurunkan rasa taku

R/ agar pasien tidak merasa di tolak dalam lingkungan


3. Ajarkan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi

R/ Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat


DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 2009. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Sjamsuhidajat, 2009. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates

Soemadi, 2007. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika

Anda mungkin juga menyukai