Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI NERS

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER

Nama : Nia

Nim : 17030008

Ruangan : Merak

Diagnosa : MENGINITIS

A. Defenisi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2007).
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan
virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Brnner & Suddarth, 1984).
Meningitis adalah inflamasi yang terajdi pada meningen otak dan medulla
spinalis,gangguan ini biasanya merupkan komplikasi bakteri ( infeksi sekunder ) seperti
sinutisis, otitis media,pneumonia,endokarditis atau osteomielitis.

B. Etiologi
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:
1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza.
2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
3. Organisme jamur.
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, antara lain :
1. Bakteri : Haemofilus influenza tipe B, streptococcus pneumoniae, nisseria
meningitides, β-hemolytic streptococcus, staphylococcus aureus, eschericia coli.
2. Faktor predidposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
4. Faktor imunlogi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak yang
mendapat obat imunosupresi.
5. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.

C. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid
dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi
melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan
otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung)
atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan
meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan
pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala
dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.
D. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
4. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
6. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap dengan perbedaanya: Memperlihatkan adanya peningkatan sel
darah putih dan neutrofil
2. Kultur darah : Mengindikasikan adanya organism
3. Lumbal fungsi dengan kultur CSS: Peningkatan hitung sel , mengindikasikan adanya
organisme, pada pemeriksaan CSS untuk mengetahui adanya peningkatan glukosa,
protein dalam cairan serebro spinal..
4. MRI atau CT-Scan dengan / tanpa kontras : Untuk mengetahui adanya kelainan/
adanya kecacatan.

F. Kompliksai
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai
bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan
meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke
ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif
digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):


1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak yag berhubungan dengan peradangan dan edema
pada otak dan selaput otak.
2. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume
intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
3. Ketidak epektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,
penurunan kemampuan batuk, dan perubahan timgkat kesadaran.
4. Nyeri kepala berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan.
5. Risiko tinggi cedra yang berhubngan dengan adanya kejang berulang, fiksasi kurang
optimal.
I. Intervensi
No Diagnosa NIC NOC Rasional
1 Perubahan perfusi Tujuan: 1. Anjurkan klien 1. Mencegah nyeri
jaringan otak yag Setelah diberikan berbaring minimal 4-6 kepala yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan jam setelah lumbal menyertai
peradangan dan edema selama 3X24 jam pungsi. perubahan tekanan
pada otak dan selaput intervensi perfusi jaringa intracranial.
otak. otak meningkat. 2. Monitor tanda-tanda 2. Mendeteksi tanda-
Criteria hasil: peningkatan tekanan tanda syok.
Tingkat kesadaran intracranial selama
meningkat menjadi sadar, perjalanan penyakit
disorientasi negative, 3. Monitor TTV dan 3. Perubahan-
konsentrasi baik, perfusi neurologis tiap 5-30 perubahan ini
jaringan dan oksigenassi menit. Catat dan manandakan ada
baik, TTV dalam batas laporkan segera perubahan tekanan
normal, dan syok dapat perubahan perubahan intracranial dan
dihindari. tekanan intra-cranial penting untuk
ke dokter. intervensi awal.
4. Hindari posisi tungkai 4. Mencegah
ditekuk atau gerakan- peningkatan
gerakan klien, tekanan intracranial.
anjurkan untuk tirah
baring.
5. Tinggikan sedikit 5. Mengurangi
kepala klien dengan tekanan intracranial
hati-hati, cegah
gerakan yang tiba-tiba
dan tidak perlu dari
kepala dan leher,
hindari fleksi leher.
6. Evaluasi selama masa
penyembuhan
terhadap gangguan 6. Mengurangi
motorik, sensorik dan disorientasi dan
intelektual. untuk klarifikasi
persefsi sensorik
7. Kolaborasi pemberian yang terganggu
steroid osmotic.
7. Menurunkan
tekanan intracranial
2 Resiko peningkatan TIK Tujuan: Kaji factor penyebab Panas merupakan
yang berhubungan Setelah dilkukan tindkan dari situasi/keadaan reflex dari hipotalamus.
dengan peningkatan keperawatan selama 3X individu/penyebab Peningkatan kebutuhan
volume intracranial, 24 jam tidak terjadi koma/penurunan perfusi metabolism dan oksigen
penekanan jaringan otak, peningkatan TIK pada jaringan dan kemungkinan akan menunjang
dan edema serebri. klien penyebab peningkatan peningkatan TIK.
Kriterria hasil: TIK.
Klien tidak gelisah, klien Pertahankan Perubahan kepala
tidak mengeluh nyeri kepala/leher pada posisi pada satu sisi dapat
kepala, mual-mual dan yang netral, usahakan menimbulkan
muntah, GCS: 4,5,6, dengan sedikit bantal. penekanan pada vena
tidak terdapat papil Hindari penggunaan jugularis, dan
edema, TTV dalam batas bantal yang tinggi pada menghambat aliran
normal. kepala. darah ke otak sehingga
TIK meningkat.
Berikan periode
istirahat antara perawatan Memberikan suasana
dan batasi lamanya yang tenang dapat
prosedur. mengurangi respon
psikologis dan
memberikan istirahat
untuk mempertahankan
Berikan cairan TIK yang rendah.
intravena sesuai indikasi. Mengurangi edema
serebral, peningkatan
minimum pada
minimum pada
Berikan obat osmosis pembuluh darah,
diuretic: manitol, tekanan darah, dan TIK.
furoscide. Duretik digunakan
pada fase akutuntuk
mengalirkan air dari sel
Berikan steroid: otak dan mengurangi
dexamethason, methyl edema serebral dan
prednisone TIK.
Untuk
Berikan analgesic menurunkan inflamasi
narkotik: kodein dan mengurangi edema
jaringan.
Mengurangi nyeri
3 Ketidak epektifan Tujuan: Kaji fungsi paru, Memantau dan
bersihan jalan nafas yang Setelah dilakukan adanya bunyi nafas mengatasi komplikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 X tambahan, perubahan potensial. Pengkajian
akumulasi secret, 24 jam diharapkan jalan irama dan kedalaman, fungsi pernafasan
penurunan kemampuan nafas kembali efektif. penggunaan otot-otot dengan interval yang
batuk, dan perubahan Criteria hasil: pernafasan, warna, dan teratur adalah penting
timgkat kesadaran. secara subjektif sesak kekentalan sputum. karena pernafasan yang
nafas (-), frekuensi nafas tidak efektif dan adanya
16-20x/menit, tidak kegagalan, akibat
menggunakan otot bantu adanya kelemahan atau
nafas, retraksi ICS (-), paralisis pada otot-otot
mengi (-/-), dapat interkostal dan
mendemonstrasikan cara difragma berkembang
batuk efektif. Atur pasisi fowler dan dengan cepat.
semifowler. Peninggian kepala
tempat tidur
memudahkan
pernafasan,
meningkatkan ekspansi
dada, dan
Ajarkan cara batuk meningkatkan batuk
efektif. lebih efektif.
Klien berada pada
risiko tinggi bila tidak
dapat batuk dengan
efektif untuk
membersihkan jalan
nafas dan mengalami
kesulitan dalam
menelan, sehingga
menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan
Lakukan fisioterapi gagal nafas akut.
dada; vibrilasi dada.
Terapi fisik dada
membantu
Penuhi hidrasi cairan meningkatkan batuk
via oral seperti minum air lebih efektif.
putih dan pertahankan Pemenuhan cairan
asupan cairan 2500 dapat mengencerkan
ml/hari. mucus yang kental dan
dapat membantu
Lakukan pengisapan pemenuhan cairan yang
lender dijalan nafas. banyak keluar dari
tubuh.
Pengisapan mungkin
diperlukan untuk
mempertahankan
kepatenan jalan nafas
m,enjadi bersih.
Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Martha Craft-Rosernberg. Ph.D.,RN,FFN & Kelly, MSN, RN. 2010. Nanada Diagnosa
Keperawatan. Digna Pustaka.

Marilynn E. Doenges Mary Frances C. Geissler 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai