Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Ginekologi: Endometriosis

Diajukan untuk memenuhi tugas Preklinik


Mata Kuliah :
Maternitas 2

Dosen Pengampu :
Erika., M.Kep, Sp. Mat, PhD

Disusun oleh :
Luthi Pratiwi (1911113562)
Kelompok 2 (A 2019 1)

FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
Endometriosis

1. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit ginekologi yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan/implantasi jaringan kelenjar dan stroma endometrium di luar rongga rahim
yang memicu timbul reaksi inflamasi. Implantasi jaringan endometrium ini biasanya
berada di daerah rongga pelvis seperti di ligamentum latum, ligamentum sakrouterina,
tuba fallopi, ovarium, miometrium, usus, kandung kemih tetapi dapat terjadi di bagian
tubuh lain seperti vagina, paru, kulit, dan sebagainya (Heffner, 2010).
2. Etiologi Endometriosis
Belum diketahui apa yang menyebabkan endometriosis. Namun demikian, para
ahli menduga endometriosis dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
a. Retrograde menstruation
Retrograde menstruation adalah kondisi di mana aliran darah menstruasi
berbalik arah. Pada kondisi ini, darah menstruasi tidak mengalir ke luar tubuh
melalui vagina, tetapi masuk ke rongga panggul melalui tuba falopi (saluran
indung telur). Sel endometrium dalam darah menstruasi tadi akan menempel
pada dinding panggul dan permukaan organ panggul. Sel-sel tersebut kemudian
akan terus tumbuh, menebal, dan menyebabkan perdarahan selama siklus
menstruasi.
b. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Ada dugaan bahwa terdapat kegagalan sistem kekebalan tubuh, sehingga
tidak dapat menghancurkan sel endometrium yang secara keliru tumbuh di luar
rahim.
c. Perubahan sel yang belum matang
Sel yang belum matang ini dapat berubah menjadi sel endometrium, salah
satunya dipengaruhi oleh hormon estrogen.
d. Perubahan sel peritoneum
Sel peritonium adalah sel yang melapisi bagian dalam perut. Diduga sel
peritonium dapat berubah menjadi sel endometrium bila dipengaruhi hormon
atau sistem kekebalan tubuh.
e. Perpindahan sel endometrium
Sel endometrium dapat berpindah ke bagian tubuh lain melalui darah atau
sistem limfatik.
f. Prosedur bedah
Operasi caesar dan histerektomi dapat menyebabkan sel endometrium
menempel di area bekas sayatan.
3. Manifestasi Klinis Endometriosis
Terdapat dua masalah yang sering menjadi keluhan perempuan dengan
endometriosis, yaitu nyeri dan infertilitas atau kesulitan punya anak.
Gejala Klinis:
a. Nyeri haid (dismenore)
b. Nyeri panggul
c. Nyeri sanggama (dispareuni)
d. Nyeri saat ovulasi
e. Nyeri berkemih
f. Nyeri defekasi terutama saat haid
g. Infertilitas/kesulitan punya anak
Gejala Lain:
a. Pendarahan bisa banyak dan lama pada saat menstruasi, berupa spotting sebelum
menstruasi, menstruasi yang yang tidak teratur, dan darah menstruasi berwarna
gelap yang keluar sebelum menstruasi atau pada akhir menstruasi.
b. Keluhan buang air besar dan kecil bisa berupa nyeri pada saat buang air besar,
adanya darah pada feses, diare, konstipasi dan kolik, serta nyeri sebelum, pada
saat, dan setelah buang air kecil.
4. Patofisiologi Endometriosis
Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya endometriosis
antara lain :
a. Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum
Teori ini pertama kali diterapkan oleh John Sampson (1921) yang
menyatakan bahwa endometriosis berasal dari sel ekstra uterin yang secara
abnormal melakukan transdiferensiasi atau transformasi menjadi sel
endometriosis.
b. Patoimunologi
Reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan refluks
haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi terjadinya endometriosis.
Apoptosis sel-sel endometriosis ektopik menurun. Pada endometriosis ditemukan
adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di dalam cairan peritoneum,
yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin merangsang
tumbuhnya endometrium ektopik
c. Teori metaplasia celomic
Mempostulasikan bahwa endometriosis berasal dari metaplasia sel-sel
yang sudah terspesialisasi di lapisan mesothelium di peritonium dan organ visera
abdomen.
d. Retrograde menstruation
Berdasarkan teori ini endometriosis merupakan konsekuensi dari aliran
balik darah haid melalui saluran telur yang berlanjut dengan implantasi dan
tumbuh di peritonium dan ovarium.
5. Pathways Endometriosis
Teori Transplantasi Teori Metaplasia

Retrograde Transplantasi Penyebaran melalui


menstruation karena pembedahan vena dan limfatik

Refluks jaringan
endometrium dari uterus
ke tuba fallopi (selama
menstruasi) Mencapai organ ektopik

Endometriosis
6. Pemeriksaan Penunjang Endometriosis
a. Ultrasonografi (USG)
Endometrioma dideteksi menggunakan USG transvagina dengan
gambaran ground-glass, homogen, internal echo difus dengan latar belakang
hipoechoic.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI merupakan salah satu modalitas pencitraan noninvasif
untuk pemeriksaan patologi di panggul yang saat ini mulai banyak digunakan.
MRI dapat mendeteksi endometriosis sebesar 86% sehingga sensitivitas 69%,
spesivisitas 75%.
c. Pemeriksaan serum CA 125
Pemeriksaan laboratorium menggunakan penanda CA-125 serum sering
dilakukan pada endometriosis, tetapi bila dibandingkan dengan laparoskopi CA-
125 tidak mempunyai nilai diagnostik. Panduan RCOG menyebutkan CA-125
mempunyai nilai yang terbatas untuk penapisan maupun untuk diagnostik.
d. Laparoskopi
Prosedur bedah minimal invasive dilakukan dengan membuat sayatan
kecil di dinding perut. Akurasinya untuk penegakan diagnosis endometriosis
bergantung pada lokasi dan tipe lesi, pengalaman operator, serta tingkat derajat
keparahan endometriosis.
7. Penatalaksanaan Endometriosis
a. Terapi Hormonal
Terapi medis mungkin sering diberikan secara empiris tanpa didahului
mendiagnosis secara bedah pada endometriosis, biasanya di diagnosis
berdasarkan gejala pasien sesuai dengan penyakit, pemeriksaan fisik yang
menyeluruh dan pemeriksaan telah dilakukan untuk menyingkirkan penyebab
nyeri lainnya, termasuk ginekologi, GI, dan penyebab urologis. .
1) Terapi kontrasepsi oral, menginduksi reaksi desidua pada jaringan
endometriotik uterus.
2) Terapi progesteron, dalam bentuk depot medroxyprogesterone acetate
(DMPA) atau implan, menekan pelepasan gonadotropin dan
steroidogenesis ovarium; itu juga secara langsung mempengaruhi
endometrium rahim dan implan endometrium.
3) Danazol adalah obat yang menekan pelonjakan luteinizing hormone (LH)
dan follicle-stimulating hormone (FSH). Dengan tidak adanya stimulasi
LH dan FSH, ovarium tidak lagi menghasilkan estrogen, yang
menginduksi amenore dan atrofi endometrium.
4) Agonis GnRH menurunkan regulasi kelenjar hipofisis dan menyebabkan
penekanan LH dan FSH.
5) Terapi inhibitor aromatase, sebagai alternatif untuk menghilangi rasa sakit
yang terkait dengan endometriosis dan dapat dipertimbangkan untuk
beberapa pasien.
b. Pembedahan
1) Pembedahan konservatif meliputi eksisi, kauterisasi, atau ablasi (dengan
laser atau elektrokoagulasi) lesi endometriotik yang terlihat; normalisasi
anatomi; dan penyiapan rahim dan organ reproduksi lainnya untuk
kemungkinan hamil kedepannya. Pembedahan konservatif sering
dilakukan pada saat laparoskopi awal dilakukan untuk indikasi nyeri atau
infertilitas.
2) Pembedahan ekstirpatif untuk endometriosis hanya diperuntukkan bagi
kasus-kasus di mana penyakit ini begitu luas sehingga terapi obat-obatan
atau bedah konservatif tidak memungkinkan lagi, atau ketika pasien telah
tidak memiliki pasangan dan menginginkan terapi definitif.
8. Pengkajian Endometriosis
a. Riwayat kesehatan dahulu.
Pernah terpapar agen toksin berupa peptisida,atau pernah ke daerah
pengolahan katu dan produksi kertas,serta terkena limbah pembakaran sampah
medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Dysmenore primer ataupun sekunder
2) Nyeri saat latihan fisik
3) Dispareunia
4) Nyeri ovulasi
5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,dan nyeri
pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
6) Nyeri akbiat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual.
7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.
8) Hipermenorea
9) Menoragia
10) Feses berdarah
11) Nyeri sebelum,sesudah dan saat defekasi
12) Konstipasi,diare,kolik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea,menoragia,siklus menstruasi pendek,dan
menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi.
9. Diagnosa Keperawatan Endiometriosis
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d. gangguan menstruasi,proses penjalaran
penyakit.
b. Resiko gangguan harga diri b.d. infertilitas
c. Resiko tinggi koping indvidu/keluarga tidak efektif b.d. efek fisiologis dan
emosional gangguan,kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
d. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d. gangguan menstruasi (Bobak, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir., & Iwan Hadibroto. (2007). Endometriosis. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Akbar, M.I.A., dkk. (2020). Ginekologi Praktis Komperhensif. Jawa Timur : Airlangga
University Press.

Donnez J, Donnez O, Orellana R, Binda MM, Dolmans MM. Endometriosis and infertility.
Panminerva Med. 2016;58(2):143– 50.

Foti PV, Farina R, Palmucci S, Vizzini IAA, Libertini N, Coronella M, et al. Endometriosis:
clinical features, MR imaging findings and pathologic correlation. Insights Imaging.
2018;9(2):149–72.

Hendarto, Hendy. (2016). Endometriosis Dari Aspek Teori Sampai Penanganan Klinis.
Surabaya: Airlangga University Press.

Heffner, Linda J & Danny J.Schust. (2010) . At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga

Juhasz-Boss I, Laschke M, Muller F, Rosenbaum P, Baum S, Solomayer E. Endometriosis:


Survey of current diagnostic and therapeutic options and latest research work.
Geburtshilfe Frauenheilkd. 2014;74(8):733–42.

Lubis, Nadhilah Khairina. (2017). Karakteristik Pasien Endometriosis Di Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara: Medan

Octavianny, Amalia. (2016). Hubungan Kista Endometriosis Dengan Kejadian Infertilitas Di


RSUD Tugurejo Semarang Dan RSUD Kota Semarang. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang
Parasar P, Ozcan P, Terry KL. Endometriosis: Epidemiology, Diagnosis and Clinical
Management. Curr Obstet Gynecol Rep. 2017;6(1):34–41.
Utami, Sri. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Ginekologi. Pusbangdik.

Vercellini P, Viganò P, Somigliana E, Fedele L. Endometriosis: Pathogenesis and Treatment.


Nat Rev Endocrinol. 2014;10(5):261–75.

Anda mungkin juga menyukai