Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
ENDOMETRIASIS
A. Definisi
Endometriosis yaitu

suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih

berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut
endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik,
ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara
klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Implantasi endometriosis bisa
terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum
dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal
( serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).
B. Etiologi
Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa
teori,antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis
di luar pelvis.
b. Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium.
Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada
epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum
dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.
c. Teori Hormonal.
Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.
Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang
sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat
tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.
d. Teori Imunologik.
Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan
permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis
dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu

2
penyakit autoimun karena memiliki kriteria cenderung lebih banyak pada wanita,
bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan
aktivitas sel B-poliklonal.
C. Faktor-faktor resiko
Factor-faktor resiko untuk endometriosis :
a. Nuliparitas
b. Infertilitas
c. Usia 20-40 tahun
D. Jenis- jenis endometriosis
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosis uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista
coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan
membentuk suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglasi.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
e. Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu bersamaan dengan datangnya
haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
E. Patologi
Dimanapun lokasinya, endometrium ektopik, yang dikelilingi stroma , mengadakan
implantasi dan membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen dan
progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium uteri.
Selama menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan endometrium
dan cairan jaringan terperangkap di dalam kista tersebut. Pada siklus berikutnya ,
cairan jaringan dan plasma darah diabsorpsi, sehingga meninggalkan darah kental
2

3
berwarna coklat. Ukuran maksimal kista tergantung lokasinya. Kista kecil mungkin
tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi luka fibrotic kecil. Kista cenderung
lebih besar dari pada kista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih besar daripada jeruk
berukuran sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungkin merusak dinding
endometrium yang aktif, sehingga kista tidak berfungsi lagi.
Tidak jarang terjadi rupture dari kista yang kecil. Darah kental yang keluar sangat
iritatif dan mengakibatkan perlengketan multiple disekeliling kista.
F. Gejala- Gejala
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau
berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala
endometriosis datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa
menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit
korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama
haid (dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid
yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui
secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan
perdarahan di dalam kista endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.
Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya
melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau
pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-beda.
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

4
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat
pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah
premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau
frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengan endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik
khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis
ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum
douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi
retrofleksi dan terfiksasi.
G. Tanda
Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa
yang asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada
pemeriksaan speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus
dilakukan pemeriksaan biopsy.
H. Diagnosis
Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau
kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan
diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan
melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen
biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan
bisa menduga adanya endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada
penderita endometriosis.
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis
yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per
laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis

5
yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi
sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan
diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa
gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
I. Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi.
a. Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana
bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.
kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahim bikornuata atau
sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat. dilatasi serviks untuk
memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat
disminorea yang hebat.
( Moore, Hacker.2001)
Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah
pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis
memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium
dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan
ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupakan profilaksis
yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas
sesudah endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang
kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba
fallopi dan rongga panggul.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b.Observasi
Pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang
ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai
menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam

6
masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
c.Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi
jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa
nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone

yang

secara

langsung

dapat

menyebabkan

atrofi

jaringan

endomeetriosis.
d.Pembedahan
adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada endometriosis dini , pada wanita yang
ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
e.Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

7
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
Usia
Pekerjaan
Status
Agama
Alamat
RM
MRS

:
:
:
:
:
:
:
:

Nn. S
21 tahun
Mahasiswi
Belum menikah
Islam
Tanjung Alai
107834
25 Juni 2015

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 21 tahun datang ke nifas kebidanan RSUD solok pada
tanggal 25 Juni 2015 pukul 20.45 dengan keluhan utama: nyeri perut bagian bawah
sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Nyeri dirasakan terus menerus dan
semakin lama semakin tidak tertahankan, dirasakan berkurang bila berbaring dan
bertambah parah bila tertekan. Pasien mengeluh nyeri saat haid. Nyeri dirasakan pada
waktu haid yang makin lama semakin hebat bahkan sampai pingsan, riwayat keluar
keputihan (-), perut terasa makin besar tidak ada, demam (-), nafsu makan menurun ( ), BAB/BAK normal, keluhan mual (-), muntah (-).
- Pasien pernah berobat 1 bulan yang lalu di salah satu RS Swasta dipadang, pasien
dianjurkan untuk operasi.

- Riwayat menstruasi :

8
Menarche usia 12 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya haid 6 hari dengan
hari banyak haid 4-5 hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut sehari. Riwayat
nyeri berlebihan saat menstruasi ( + ).
Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat penyakit yang sama ( - )

Riwayat Hipertensi ( - )

Riwayat DM ( - )

Riwayat penyakit jantung ( - )

Riwayat penyakit ginjal ( - )

Riwayat penyakit paru ( - )

Riwayat penyakit hati ( - )


Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, kejiwaan tidak ada.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok, konsumsi Alkohol dan obat terlarang ( - )
Riwayat Pemeriksaan Laboratorium
Pernah melakukan pemeriksaan laboratorium di padang tapi pasien tidak mengetahui
hasilnya
Riwayat Perkawinan
Pasien belumm menikah
Riwayat persalinan
(-)
Riwayat Sosial ekonomi
Pasien tidak bekerja , saat ini pasien sebagai salah satu mahasiswi kepeawatan di salah
satu universitas dan mengikuti olahraga silat, hal ini sering dilakukan pasien termasuk
jika sedang haid.
Riwayat Gizi
Pasien makan teratur dengan porsi makanan dan komposisi gizi yang cukup
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
8

9
Tanda Vital
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi napas
- Suhu
BB : 56 kg
TB : 161 cm

:
:
:
:

120/70 mmHg
80 x/menit
20 x/menit
36,6 oC

a. Status Internus
Kepala

: normosephalus

Mata

: konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik

Hidung

: tidak ada deformitas dan krepitasi, tidak ada peradangan, tidak ada deviasi

Telinga

: tidak ada kelainan kongenital, tidak ada tanda peradangan

Leher

: JVP 5-2 Cm2H2O , KGB tidak teraba

THORAK
PARU
Inspeksi

: simetris pada keadaan statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor dikedua lapangan paru

Auskultasi

: Vesikuler, ronki ( - ), wheezing ( - ), ekspirasi memanjang ( - )

JANTUNG
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba 2 jari medial Linea midklavikula sinistra RIC V

Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: bunyi jantung 1 dan 2 reguler, bising -, gallop

ABDOMEN

: Status Gynekologi

GENITALIA

: Status Gynekologi

EKSTREMITAS : oedema (-), refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/III.

STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

10
Inspeksi

: abdomen tidak tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda

peradangan, bekas operasi (-), sikatrik ( - )


Palpasi
: nyeri tekan ( + ) di supra pubis, massa sulit dinilai
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal
Genitalia
Inspeksi
Inspekulo
VT

: v/u tenang, PPV ( - )


: Tidak dilakukan
: Tidak diilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Tampak massa hiperechoic

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

Hb
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
CT
BT

:
:
:
:
:
:

14,4 g/dL
41,7 %
8050 mm3
342.000 mm3
230
130

DIAGNOSIS
Susp. Endometriosis
SIKAP
Observasi keadaan umum pasien dan vital sign

Informed consent
Pasang infus

IV.

RENCANA TINDAKAN
Laparatomi
V. LAPARATOMI
Tindakan Operasi : Laparotomi dan kistektomi
Penemuan Intra Operasi :

Massa kistik di dextra uterus 6x4 cm berbentuk bulat lonjong


Terdapat perlekatan
Perdarahan 300 cc

Instruksi Post Operasi :

Pemeriksaan laboratorium post-operatif

10

11

Injeksi Ceftriaxon 1 gram per 12 jam


Observasi tanda vital dan keluhan pasien

VI. 2 JAM POST OPERATIF

Keluhan

: - nyeri bekas operasi ( + ), demam ( - ) , BAB ( + ), BAK ( + )

KU

: baik

Kes

: CM E4V5M6

TD

: 110/70 mmHg

RR

: 22 x/menit

Nadi

: 89 x/menit

Suhu : 36,2 oC

Perdarahan aktif : (-)

Assessment : 2 jam post laparotomi


Planning :

Observasi tanda vital dan keluhan pasien


Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi
Anjurkan minum obat

Th/
- Ceftriaxon 2x1 gram
- Asam mefenamat 3x500 mg
-Vit C 1 X 1
1 HARI POST OPERATIF
Subyektif :

Keluhan

: - nyeri bekas operasi ( + ), demam ( - ) , BAB ( + ), BAK ( + )

Obyektif :

KU

: baik

Kes

: compos mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 36,4oC

Perdarahan aktif : (-)

Assessment : 1 hari post laparotomi


Planning :

Observasi tanda vital dan keluhan pasien


Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi
Anjurkan minum obat
11

12

2 HARI POST OPERATIF


Subyektif :

Keluhan

: - nyeri bekas operasi bekurang, demam ( - ), BAB ( + ), BAK ( + )

Obyektif :

KU

: baik

Kes

: compos mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 36,4oC

Perdarahan aktif : (-)

Assessment : 2 hari post laparotomi


Planning :

Observasi tanda vital dan keluhan pasien


Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi
Anjurkan minum obat

12

13
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Nyeri dirasakan terus
menerus dan semakin lama semakin tidak tertahankan, dirasakan berkurang bila berbaring
dan bertambah parah bila tertekan. Pasien mengeluh nyeri saat haid. Nyeri perut saat
menstruasi merupakan salah satu gejala dari endometriosis. Gejala-gejala yang merupakan
trias endometriosis adalah adanya dismenorea, dispareunia, dan infertilitas (Manuaba, 2001).
Nyeri haid (dismenorea) yang terjadi disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi
sitokin dalam rongga peritoneum, akibat pendarahan lokal pada sarang endometriosis dan
oleh adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul (Sarwono, 2011).
Nyeri saat berhubungan (dispareunia) paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah
tumbuh di sekitar Kavum Douglassi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan
sehingga uterus dalam posisi retrofleksi (Sarwono, 2011).

Selain itu, akibat adanya

perlengketan lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis. Rasa nyeri bisa
menyebar jauh ke dalam panggul, punggung, dan paha dan bahkan menjalar sampai ke
rektum dan diare.
Kista endometriosis tidak selalu akan muncul pada setiap orang. Beberapa faktor resiko
yang dapat meningkatkan timbulnya kista endometriosis antaralain adalah usia reproduktif
(20-40 tahun), adanya riwayat keluarga dengan endometriosis, nulipara, dan memiliki siklus
mentruasi yang lebih pendek, periode yang lebih banyak, lebih lama, atau menarche pendek
(de Ziegler et al, 2010). Pada pasien ini masih masuk dalam usia reproduktif yakni 20 tahun,
menarche pertama usia 12 tahun, siklus menstruasi pasien teratur yakni 28 hari, sekali
menstruasi 5 hari.
Riwayat Obstetri Pasien belum menikah dan hamil. Infertilitas merupakan salah satu
gejala pada endometriosis. Pada daerah peritoneal penderita endometriosis terkandung
makrofag dalam jumlah besar ditandai dengan kenaikan kadar berbagai jenis sitokin dan
growth factors. Perubahan respon imun tersebut menyebabkan endometriosis semakin
berkembang luas dan pada akhirnya menimbulkan infertilitas. Sitokin yang meningkat
meliputi IL-1, TNFa, IL-6, dan IL-8 (Oepomo, 2012). Selain itu pada ovarium, dapat
terbentuk apoptosis yang patologis dalam sel granulosa folikel ovarium. Banyaknya apoptosis
yang patologis dalam sel granulosaa folikel ovarium pada penderita endometriosis
menurunkan kesuburan ovarium yang berakhir dengan infertilitas (Oepomo, 2012).
13

14
Pada pemeriksaan fisik , hasil dari pemeriksaan palpasi abdomen teraba supel, nyeri
tekan (-), massa sulit di nilai, tinggi fundus uteri tidak teraba, bising usus (+). Pemeriksaan
vagina toucher tidak dilakukan. Endometrioma secara klinis bisa dikenali dengan perabaan
pada palpasi bila massa berukuran besar atau hanya muncul sebagai nyeri pelvis kronik dan
nyeri abdomen.
a. Pemeriksaan abdominal dan bimanual tak dapat menemukan adanya lesi yang kecil.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan bimanual saat atau beberapa saat sesudah
menstruasi agar dapat menemukan lesi pada cavum douglassi yang umumnya
membesar saat menstruasi.
b. Kista besar yang melekat erat sering ditemukan dengan mudah pada pemeriksaan
bimanual.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan USG dan Laparoskopi sebagai
gold standar dasar diagnosis dari Endometriosis. USG hanya dapat digunakan untuk
mendiagnosis endometriosis (kista endometrium) >1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat
bintik-bintik

maupun

perlengketan

endometriosis

(Sarwono,

2011).

Ultrasonografi

transvagina biasanya digunakan untuk mendeteksi endometrioma ovarium, tetapi tidak dapat
digunakan untuk pencitraan adhesi pelvik atau superficial peritoneal foci dari penyakit
(Djuwantono, 2008). Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk diagnosis
endometriosis. Lesi aktif yang baru bewarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah
lama berwarna merah kehitaman. Lesi non aktif bewarna putih dengan jaringan parut.
Biasanya isinya bewarna coklat yang disebut dengan kista coklat (Sarwono, 2011).
Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya risiko
kekambuhan. Tujuan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat endometriosis itu, seperti
nyeri panggul dan infertilitas. Penanganan dapat berupa penanganan simptomatik,
penanganan pembedahan radikal, dan penanganan pembedahan simptomatik. Untuk
simptomatiknya pasien telah diberikan anti nyeri berupa analgetik oral. Selain itu pasien juga
diusulkan kistektomi dan juga pada pasien ini direncanakan dilakukan laparotomi.

14

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
2. American Society. Endometriosis a guide for patient.http://www.asrm.org/Patients/
patientbooklets/endometriosis.pdf
3. Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius
4. Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. jakarta.
Hipokrates
5. NHS Evidence. 2009. Annual Evidence Update on Endometriosis Epidemiology
andaetiology.http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?
resID=258981&tabID=290&catID=11472
6. Oepomo TD. 2009. Concentration of TNF in the peritoneal fluid and serum of
endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai