BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui
disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses
ovulasi.
pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.
reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan
pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja,
angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di
dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-
ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih
sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak
mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus
terjadinya endometriosis.
Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka
endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia
produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia
endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William
dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi
wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Endometritis
rahim. (Manuaba,1998)
Padjajaran,1981)
Prawirohardjo,2009)
karena itu perawatan paling umum bagi penderita radang ini adalah penggunaan
oleh FSH dan/atau LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih lanjut sekresi
5
perut. Jaringan di sekitar kista akan mensekresi berbagai sitokina antara lain IL-
1,IL-6, IL-8, dan IL-10, TNF-α, faktor pertumbuhan seperti VEGF dan NGF.
pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga
bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang
parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium
abnormal, melahirkan pertama kali pada usia di atas 30 tahun dan kulit
25-44 tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja.
B. Etiologi Endometritis
foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat
6
Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar,
ketuban.
2. Teori ‘ GENETIK ‘
pelvis.
C. Klasifikasi Endometriosis
derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15
adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40
Tabel
Derajat Endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS (American Fertility
Society)
1. Endometritis Akuta
Terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis post
partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post
partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum
hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta
9
gonorea dan infeksi pada abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai
servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut.
endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam
yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain
endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau
(intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi
kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri,
dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.
Gejalanya :
a. Demam
nyeri
a. Uterotonika
c. Antibiotika
2. Endometritis Kronika
waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan
a. Pada tuberkulosis.
tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang
menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain
Gejalanya :
kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang
lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang
setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri
pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada
hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu
12
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak
berbau.
2. Mengeluarkan keputihan
2. Suhu 30 - 400C
3. Menggigil
6. Sub involusi
7. Distensi abdomen
13
9. Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai Infeksi Streptococcus
E. Patofisiologi Endometritis
besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
endometriosis.
14
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga
sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh
maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi
dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga
nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan
saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan
tuba fallopii.
endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus
genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa
pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina
tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal
dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal.
Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus
Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan
cervik, penilaian isi dari vagina. Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan
memberi perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap
ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi
sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat
didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal.
diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal
meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta
warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi
plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa
mengindikasikan keradangan pada uterus. Sejumlah kecil pus yang terdapat pada
pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah
pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga
16
mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi
jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding
dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus. Cara sederhana juga
deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva
menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui
vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik
eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya
tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah
plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh
adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi
penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari
1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
2. Karena peritonitis
akibat cedera usus atau nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara bedah
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
4. Panggul abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul
subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi
uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai
vena-vena di ovarium.
19
H. Penatalkasanaan
terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram,
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
manfaatnya.
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
I. Pencegahan Endometritis
2. Meningkatkan BCS 2 ke 3
dengan teknik yang baik dan menyeluruh, jangan ada sisa sekundinae yang
BAB III
CONTOH KASUS
DI RUMAH SAKIT
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 02-10-2012
Oleh : Bidan
1. Data Subyektif
ta
Alasan datang
Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan didaerah panggul dan juga nyeri
saat berhubungan
Riwayat menstruasi
Riwayat perkawinan
Lama : 1 tahun
Menikah ke : Pertama
gr
Riwayat KB
Riwayat kesehatan
menahun)
Di dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
Di dalam keluarga Ibu maupun Suami tidak ada yang menderita penyakit menular,
Di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit kronik,
d. Riwayat operasi
24
a. Pola nutrisi
Makan
Jenis : Nasi,lauk,sayur
Porsi : 1 piring
Minum
Porsi : 1 gelas
b. Pola eliminasi
BAB
Konsistesi : Lembek
BAK
Konsistesi : Cair
c. Pola istirahat
Tidur siang
Tidur malam
d. Personal hygiene
e. Pola Seksualitas
dan memasak
g. Psikososiospiritual
26
2. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 370 C
Berat Badan : 55 kg
LILA : 24,5 cm
Pemeriksaan fisik
luka operasi
Muka : Bentuk oval, tidak odem, tidak ada kloasma, tidak ada jerawat
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, parotis dan tidak ada
Dada : Denyut jantung normal, pernafasan teratur, tidak ada bunyi ronchi
pucat
Pemeriksaan Penunjang
USG
Data Penunjang
Tidak ada
B. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa Kebidanan
2. Data Dasar
Data Subyektif
Data Obyektif
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 370 C
3. Masalah
Endometriosis berat
E. PERENCANAAN
Oleh : Bidan
dilakukan
5. Lakukan dokumentasi
F. PELAKSANAAN
Tanggal : 02-10-2012
sedang
dinding rahim yang berada di luar rongga rahim. gejalanya nyeri perut bagian
dokter S.pOG
30
3. Melakukan inform consent kepada ibu mengenai persetujuan tindakan yang akan
di lakukan.
G. EVALUASI
Tanggal : 02-10-2012
Oleh : Bidan
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu sedang menderita penyakit
endometriosis sedang.
BAB IV
PENUTUP
31
A. Kesimpulan
terjadi akibat infeksi naik dari saluran kelamin bawah. Dari perspektif patologis,
akut dan kronis, dengan gejala-gejala yang kadang terlihat dan kadang pula tidak
terlihat, yang terlihat seperti adanya demam, kontraksi uterus yang kurang baik,
serta adanya perdarahan yang tidak normal. Endometriosis ini disebabkan oleh
foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis yang masuk
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat ini daapt bermanfaat sebagai salah satu
bahan ajar ataupun referensi dalam materi KB dan Kesehatan Reproduksi ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ginekologi.Jakarta: EGC.
Aesculapius.