Anda di halaman 1dari 7

NAMA :

NPM :

JUDUL : ENDOMETRIOSIS PADA REMAJA

I. PENDAHULUAN
Endometriosis adalah suatu kondisi kronis yang dipengaruhi oleh esterogen
ditandai dengan implantasi ektopik dari jaringan fungsional yang melapisi rahim
(kelenjar endometrium dan stroma) di luar rongga rahim. 1 Endometriosis merupakan
penyebab patologis tersering yang menimbulkan dismenore dan nyeri panggul kronis
di kalangan remaja. Hasil pembedahan pada endometriosis remaja mungkin berbeda
dari pada wanita dewasa.2 Perkiraan prevalensi penyakit menunjukkan bahwa
endometriosis mempengaruhi hingga 75% dari wanita yang simtomatik, namun
etiologinya kurang dipahami.3
Endometriosis pada populasi remaja sering diabaikan dengan penundaan yang
lama dan kunjungan ke beberapa spesialis sebelum diagnosis definitif ditegakkan. 2
Endometriosis merupakan masalah kesehatan utama pada populasi remaja dan
berdampak signifikan fungsi fisik dan psikososial sehari-hari. Endometriosis dapat
memiliki presentasi yang berbeda pada populasi ini. Gejala nyeri pada wanita remaja
sering terjadi, dengan antara 50% dan 90% melaporkan dismenore dan atau nyeri
panggul kronis.2
Masih sedikit data tentang prevalensi endometriosis pada remaja, dan perkiraan
bervariasi luas dengan rentang antara 19% dan 73%. Keterlambatan diagnose dan
intervensi dapat menyebabkan rasa sakit yang persisten, berdampak pada kualitas
hidup, dan potensi perkembangan penyakit, fibrosis, dan kemungkinan infertilitas.2

II. PEMBAHASAN
A. Definisi
Endometriosis adalah penyakit ginekologi kronis yang ditandai dengan
perkembangan dan kehadiran elemen histologis seperti kelenjar dan stroma
endometrium di luar rongga rahim. 1 Endometriosis seringkali menimbulkan
keluhan nyeri hebat, dan/ atau infertilitas pada wanita diusia reproduksi.4
Endometriosis merupakan penyebab patologis tersering yang menimbulkan
dismenore dan nyeri panggul kronis di kalangan remaja.
B. Etiologi
Ada beberapa teori yang berkembang tentang etiologi endometriosis
berdasarkan sekuel logis yang menghubungkan keparahan gejala dengan stadium
penyakit, meskipun tidak satu pun dari model yang diusulkan ini dapat
sepenuhnya menjelaskan berbagai manifestasi klinis penyakit.2
Teori pertama, yaitu terjadinya Implantasi secara langsung dari sel
endometrium, yaitu dengan cara menstruasi retrograde pada teori Sampson.
Mekanisme ini sering terjadi pada endometriosis pelvis dan kecenderungannya
terhadap ovarium dan peritoneum pelvis, serta pada beberapa tempat seperti bekas
luka insisi atau bekas luka episiotomi. (Banyak wanita mengalami beberapa
tingkat menstruasi retrograde tanpa terjadinya endometriosis).2
Teri kedua, yaitu adanya Penyebaran sel endometrium melalui pembuluh darah
dan limfatik (teori Halban). Endometriosis yang jauh dapat dijelaskan dengan
mekanisme ini (misalnya, Endometriosis di lokasi seperti kelenjar getah bening,
rongga pleura, dan ginjal).2,5
Teori ketiga, terjadinya Metaplasia coelomic dari sel-sel multipotensial di
rongga peritoneum (teori Meyer). Dalam kondisi tertentu, sel-sel ini dapat
berkembang menjadi jaringan endometrium yang fungsional. Kejadian ini bahkan
dapat terjadi sebagai respons terhadap iritasi yang disebabkan oleh menstruasi
retrograde. Pembentukkan awal dari endometriosis pada beberapa remaja yang
belum menstruasi mendukung pada teori ini.2,5
C. Epidemiolgi
Diperkirakan bahwa endometriosis mempengaruhi sekitar 10% sampai
15% wanita usia reproduksi, sedangkan prevalensi ini meningkat hingga 70%
pada wanita dengan nyeri panggul kronis. Di AS, menurut survei terbaru dari
National Hospital Discharge Survey 11,2% dari semua wanita berusia antara 18
dan 45 tahun yang dirawat di rumah sakit karena penyebab genitourinari
didiagnosis dengan endometriosis, dan sekitar 10,3% wanita yang menjalani
operasi ginekologi mengalami endometriosis.2
Endometriosis pada populasi remaja sering diabaikan dengan penundaan yang
lama dan kunjungan ke beberapa spesialis sebelum diagnosis definitif ditegakkan.
Masih sedikit data tentang prevalensi endometriosis pada remaja, dan perkiraan
bervariasi luas dengan rentang antara 19% dan 73%.2
Endometriosis bisa menjadi penyakit progresif, bermanifestasi setelah
bertahun-tahun setelah menstruasi. Sebuah studi memperkirakan bahwa
endometriosis mempengaruhi 25% hingga 38,3% remaja dengan nyeri panggul
kronis. Prevalensi telah diperkirakan antara 49% - 75% remaja yang tidak
menanggapi terapi medis konvensional dan menjalani laparoskopi. Endometriosis
telah dilaporkan hingga setengah dari wanita dewasa yang terkena infertilitas
Prevalensi sebenarnya dari endometriosis di populasi remaja kurang jelas, karena
beberapa individu tidak menunjukkan gejala atau memiliki presentasi atipikal. 6

D. Manifestasi Klinis
Presentasi klinis penyakit ini berbeda pada wanita dan mungkin tidak
terduga tidak hanya dalam presentasi tetapi juga dalam durasi. Dokter biasanya
mencurigai dan lebih mungkin untuk mendiagnosis penyakit pada wanita dengan
gejala khas seperti dispareunia, yaitu nyeri saat berhubungan seksual, nyeri
panggul saat menstruasi (dismenore), nyeri ketika BAK (disuria), nyeri ketika
BAB (diskezia), dan/ atau infertilitas. Rasa sakit biasanya ditandai sebagai nyeri
yang kronis, siklik, dan progresif (memburuk dari waktu ke waktu).1
Gambaran umum pada remaja terutama hadir dengan dismenore, meskipun
ternyata remaja juga sering hadir dengan nyeri panggul asiklik. Laufer et al,
menemukan bahwa hanya 9% endometriosis pada remaja dengan dismenore
klasik, sedangkan 63% disajikan dengan nyeri siklik dan nonsiklik, dan 28%
disajikan dengan nyeri nonsiklik. remaja juga sering mengeluh dismenore (64%),
perdarahan berat (44%), dan perdarahan tidak teratur (60%). Keluhan
gastrointestinal, meskipun kurang umum, tampaknya lebih sering muncul pada
remaja daripada orang dewasa.2
E. Penegakan Diagnosis

Endometriosis dapat ditemukan di berbagai bagian pada sekitar rahim dan


letak terjadinya ini mempengaruhi gejala yang muncul. Tempat yang paling sering
ditemukan yaitu pada belakang cavum uteri, pada jaringan antara rektum dan
vagina, dan permukaan rektum. terkadang ditemukan juga di tuba Falopi,
ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing, dan dinding samping
panggul. 1

Gejala endometriosis bervariasi dan tidak bisa diprediksi. Nyeri haid


(dismenorea), nyeri pinggang kronis, nyeri pada saat berhubungan (dispareunea),
dan infertilitas merupakan gejala yang umum terjadi. Banyak pendapat yang
dikemukakan berbagai peneliti mengenai nyeri yang timbul. Pada dasarnya, nyeri
pada endometriosis muncul sebagai akibat materi peradangan yang dihasilkan
oleh endometriosis yang aktif. Sel endometrium yang berpindah tadi akan
terkelupas dan terlokalisasi di suatu tempat, selanjutnya merangsang respon
inflamasi dengan melepaskan materi sitokin sehingga muncul perasaan nyeri.
Selain itu, nyeri juga dapat ditimbulkan akibat sel endometrium yang berpindah
tersebut menyebabkan jaringan parut di tempat perlekatannya dan menimbulkan
perlengkatan organ seperti ovarium, ligamentum ovarium, tuba Fallopi, usus, dan
vesika urinaria. Perlengketan ini akan merusak organ-organ tersebut dan
menimbulkan nyeri yang hebat di sekitar panggul.1,2

Endometriosis ditemukan pada 25% wanita infertil, dan diperkirakan 50%-


60% dari kasus endometriosis akan infertil. Endometriosis yang invasif akan
mengakibatkan kemandulan akibat berkurangnya fungsi kavum uteri dan adanya
perlengketan pada tuba dan ovarium. Terdapat beberapa teori yang
mengemukakan bahwa endometriosis menghasilkan prostaglandin dan materi
proinflamasi lainnya, yang dapat mengganggu fungsi organ reproduksi dengan
menimbulkan kontraksi atau spasme. Juga dikemukakan bahwa pada
endometriosis fungsi tuba Fallopi menjadi terganggu dalam hal pengambilan sel
telur dari ovarium, bahkan dapat merusak epitel dinding kavum uteri dan
menyebabkan kegagalan implantasi hasil pembuahan. Sebagai akibat, pasien
dengan endometriosis memiliki riwayat abortus tiga kali lebih sering dari pada
wanita normal.1,2

Pemeriksaan fisik mengungkapkan temuan tergantung pada lokasi dan


ukuran lesi endometriosis. Nyeri tekan pada pemeriksaan vagina, teraba nodul di
forniks posterior, massa adneksa, dan imobilitas uterus secara diagnostik
menunjukkan temuan endometriosis. Namun demikian, tidak adanya temuan fisik
tidak dapat menyingkirkan diagnosis endometriosis. Alat diagnostik yang menjadi
gold standar tetap laparoskopi, dikombinasikan dengan eksplorasi rongga perut
dan biopsi histologis. Lesi dapat berbeda dalam ukuran dan warna. Mereka dapat
muncul sebagai lesi merah, putih, atau bening. Lesi "seperti abu" atau "tembak"
hitam telah dicirikan oleh jaringan endometriotik dengan warna coklat atau hitam.

Beberapa metode diagnostik invasif rendah lainnya telah dievaluasi


mengenai nilai diagnostiknya, termasuk magnetic resonance imaging (MRI) dan
ultrasound transvaginal (TVUS). Ultrasonografi transvaginal adalah alat
diagnostik dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk endometrioma ovarium
dan memungkinkan eksplorasi rongga panggul yang luas. Endometrioma muncul
sebagai formasi homogen dengan tampilan ground-glass klasik dan gema internal
tingkat rendah. TVUS juga dapat memfasilitasi diagnosis endometriosis infiltrasi
dalam yang terletak di septum rektovaginal, ligamen uterosakral, kantong
Douglas, dan dinding vagina.

Dalam upaya untuk menilai apakah biomarker serum, jaringan, dan urin
tertentu dapat membantu diagnostik untuk endometriosis, CA125 meningkat pada
pasien dengan endometriosis, tetapi tes ini tidak dapat berdiri sebagai tes
diagnostik tunggal. Alasan di balik ini adalah bahwa CA125 dapat meningkat
pada beberapa kondisi patologis selain endometriosis dan juga tidak dapat
menentukan lokasi lesi endometriotik.

Pemeriksaan ginekologi harus dilakukan secara hati-hati dan hanya


dilakukan pada wanita yang aktif secara seksual. Pada pemeriksaan panggul, perlu
dicari tanda dan gejala, seperti nyeri tekan pada uterosacral ligament, adneksa,
serta uterus retrofleksi, yang dapat mengarahkan ke penyebab lain. Temuan yang
biasanya ditemukan adalah adanya massa nodular lunak sepanjang ligamen
uterosakral yang menebal, uterus posterior, atau cul-de-sac posterior. Terkadang,
nodul kebiruan dapat terlihat di vagina yang diakibatkan infiltrasi dari dinding
posterior vagina. Pemeriksaan fisik terarah harus dilaksanakan secara rinci untuk
dapat menyingkirkan kemungkinan nyeri panggul dari penyebab lain seperti
dismenorea primer, kehamilan ektopik, divertikulitis, infertilitas dan gangguan
pada organ reproduksi wanita.1

III. KESIMPULAN
Endometriosis adalah penyakit ginekologi kronis yang ditandai dengan
perkembangan dan kehadiran elemen histologis seperti kelenjar dan stroma
endometrium di luar rongga rahim. Endometriosis menyebabkan nyeri hebat, dan/
atau infertilitas pada wanita diusia reproduksi. Endometriosis merupakan penyebab
patologis tersering yang menimbulkan dismenore dan nyeri panggul kronis di
kalangan remaja. Selain nyeri panggul kronis, remaja seringkali mengalami
dismenore. Pada remaja, pengekanan diagnose terkait endometriosis sering kali
terlambat dikarenakan terkadang remaja tersebut tidak peka terhadap situasi tubuhnya
maupun terkadang saat remaj mengeluhkan nyeri saat menstruasi dianggap biasa leh
keluarga. Keterlambatan diagnose dan intervensi dapat menyebabkan rasa sakit yang
persisten, berdampak pada kualitas hidup, dan potensi perkembangan penyakit,
fibrosis, dan kemungkinan infertilitas di masa dewasanya.

IV. REFERENSI
1. Tsamantioti ES, Mahdy H. Endometriosis. PubMed. Published 2022. Accessed
July 3, 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567777/#
2. Gubbels A. Adlescent Endmetriosis. Obstetrical and Gynecological Survey.
2020;75(8)
3. Hirsch M, Dhillon-Smith R, Cutner AS, Yap M, Creighton SM. The Prevalence
of Endometriosis in Adolescents with Pelvic Pain: A Systematic Review. Journal
of Pediatric and Adolescent Gynecology. 2020;33(6):623-630.
doi:10.1016/j.jpag.2020.07.011
4. Darin SL. Diagnosis dan Tatalaksana terbaru Endometriosis. JIMKI. 2019;7(2):
67-75
5. Konrad L, Dietze R, Kudipudi PK, Horné F, Meinhold-Heerlein I.
Endometriosis in MRKH cases as a proof for the coelomic metaplasia
hypothesis? Reproduction (Cambridge, England). 2019;158(2):R41-R47.
doi:10.1530/REP-19-0106
6. Shim JY, Laufer MR. Adolescent Endometriosis: An Update. Journal of
Pediatric and Adolescent Gynecology. 2020;33(2):112-119.
doi:10.1016/j.jpag.2019.11.011
7. Scioscia M, Virgilio BA, Laganà AS, et al. Differential Diagnosis of
Endometriosis by Ultrasound: A Rising Challenge. Diagnostics.
2020;10(10):848. doi:10.3390/diagnostics10100848

Anda mungkin juga menyukai