Oleh:
Lika Iriana Risda Putri
1102014148
Pembimbing:
KOMPOL dr. Utomo Budidarmo Sp.OG M.Kes
NRP.82051588
PENDAHULUAN
Endometriosis merupakan kelainan ginekologi jinak yang sering diderita wanita usia
reproduktif ditandai dengan glandula dan stroma diluar lokasi normal.
Endometriosis diidentifikasi pertama kali pada abad ke 19 oleh Von Rockitansky tahun 1860.
Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvis, ovarium, septum rektovaginalis,
ureter, kadang vesika urinaria, pericardium dan pleura.
Insidensi endometriosis sulit dihitung oleh karena gejala asimtomatis dan pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakan diagnosis sensitititasnya rendah. Perempuan dengan
endometriosis bisa tanpa gejala, subfertil atau dismenore.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Teori ini menyatakan bahwa sel punca/progenitor yang berasal dari sumsum
tulang belakang dapat berdiferensiasi menjadi jaringan endometriosis. Temuan
histologi pada pasien dengan sindrom Rokitansky-Kuster-Hauser berupa sel
endometriosis tanpa adanya endometrium menstruasi mendukung teori ini3,4
Metastasis Jinak
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran sel endometrial secara hematogen dan
limfogen merupakan sebab dari implantasi sel endometrium ektopik. 3,4
Diseminasi Iatrogenik
Teori yang paling popular dinyatakan oleh Saampson (1920) bahwa sel
endometriosis masuk ke peritoneum melalui saluran tuba selama menstruasi lalu
berimplantasi ke pelvis. Sel ini kemudian melekat pada peritoneum pelvis dan
berkembang melalui pengaruh hormone. Teroi ini didukung dengan temuan
darah haid pada 90% wanita sehat dengan saluran tuba yang paten pada
laparaskopi selama siklus menstruasi. 3,4
Perubahan Imunologi
Adanya kelainan pada sel yang dimediasi oleh system imun dan komponen
humoral dalam darah perifer dan cairan peritoneal. Adanya perubahan
imunologi pasien endometriosis diduga merupakan perubahan fungsi makrofag
dalam cairan peritoneal. Wanita tanpa endometriosis mempunyai monosit
dengan waktu hidup yang pendek serta fungsi terbatas, sementara wanita dengan
endometriosis mempunyai monosit dengan pertumbuhan yang cepat. Sel inilah
yang mengeluarkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang menyebabkan
terjadinya endometriosis. 3,4
DIAGNOSIS ENDOMETRIOSIS
Gejala Persentase
Nyeri haid 62
Nyeri pelvik kronik 57
Dispareunia dalam 55
Keluhan intestinal siklik 48
Infertilitas 40
Inkapasitas dismenore 28
Diare 27% 9%
Konstipasi 16% 0%
FAKTOR RESIKO
Dalam analisis retrospektif UK dalam 3 tahun sebelum diagnosis
endometriosis mengenai gejala lazim wanita dengan endometriosis memiliki
gejala nyeri abdominno pelvikum dan perdarahan saat menstruasi lebih berat
dibandingkan dengan wanita yang tidsak memiliki endometriosis. Kemudian
ketika dibandingkan dengan control wanita endometriosis memiliki odd ratio
[OR (95% CI)] untuk gejala berikut: nyeri abdominopelvic 5.2 (4.7-5.7),
dismenore 8.1 (7.2-9.9), perdarahan menstruasi 4.0 4.0 (3.5-4.5) , infertilitas
8.2 (6.9-9.9), perdarahan dispareunia / postcoital 6.8 (5.7–8.2) dan gejala
saluran kemih 1.2 (1.0–1.3). Selain itu, riwayat diagnosis dengan kista
ovarium 7,3 (5,7-9,4), sindrom iritasi usus besar 1,6 (1,3-1,8), penyakit
radang panggul 3,0 (2,5-3,6) dan penyakit payudara fibrokistik 1,4 (1,2-1,7).
Gejala Odd Ratio
Nyeri abdominopelvic 5,2 (4,7-5,7)
Dismenore 8,1 (7,2-9,9)
Perdarahan menstruasi 4,0 (3,5-4,5)
Infertilitas 8,2 (6,9-9,9)
Perdarahan 6,8 (5,7-8,2)
dispareunia/postcoital
Saluran kemih 1,2 (1,0-1,3)
Kista ovarium 7,3 (5,7-9,4)
Sindrom iritasi usus besar 1,6 (1,3-1,8)
Penyakit radang pangguk 3,0 (2,5-3,6)
Penyakit payudara 1,4 (1,2-1,7)
fibrokistik
Irritable bowel sindrom 3,5 (31,1-3,9)
Penyakit Radang Panggul 5,9 (5,1-6,9)
Pada studi italia, wanita yang akhirnya didiagnosis endometriosis post laparaskopi
melaporken gejala dismenorrhea lebih intensif daripada mereka yang tidak memiliki
gejala endometriosis.
PENILAIAN NYERI
Penilaian nyeri yang paling banyak digunakan ialah dengan metode VAS. VAS
adalah skala respons psikometrik dengan menggunakan kuesioner, dan merupakan
metode yang sederhana terdiri dari garis datar sepanjang 10 cm, yang dimulai
dengan 0 menandakan tidak ada nyeri, sedangkan angka 10 skala nyeri paling
buruk. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Art and Science of
Endometriosis Meeting yang diadakan oleh National Institutes of Health (NIH)
bekerjasama dengan American Society of Reproductive Mediciαne (ASRM) tahun
2010 menyatakan satu bulan sebelum terapi nyeri harian sebaiknya diukur pada
waktu yang sama dengan tujuan mendapatkan baseline nyeri yang adekuat tiap
harinya. Dismenorea dan nyeri pelvis harus diukur terpisah 1.
Danazol
Danazol merupakan androgen sintetik juga merupakan derivate 17α-ethynyl
testosterone. Danazol mempunyai beberapa mekanisme kerja antara lain,
merangsang amenorea melalui supresi terhadap aksis Hipotalamus-Pituitari-
Ovarium (HPO), inhibisi steroidogenesis ovarium dan mencegah proliferasi
endometrium dengan mengikat reseptor androgen dan 13istology13ne pada
endometrium dan 13istolo endometriosis. Menurunkan produksi Steroid Hormone
Binding Globulin (SHBG) di hati, dan menggeser posisi terstosterone dari SHBG
yang menyebabkan peningkatan konsentrasi testosteron bebas, sehungga terjadilah
atrofi dari endometrium dan endometriosis akibat esterogen yang rendah dan
androgen yang tinggi.
Aromatase Inhibitor
Beberapa penelitian menyebutkan peran penting enzim aromatase dan estrogen lokal
pada endometriosis, yaitu potensi mitogenik estradiol yang mendorong pertumbuhan
dan proses inflamasi di lesi endometriosis. Maka aromatase inhibitor dipikirkan
menjadi pilihan terapi yang potensial pada pasien dengan endometriosis
Anti Prostaglandin
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kadar prostaglandin wanita dengan
endometriosis, sehingga di obat anti inflamasi non steroid digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri terkait endometriosis.
TATALAKSANA BEDAH1,2
1. NYERI
a. LUNA pada nyeri karena endometriosis
Prosedur LUNA merupakan prosedur dengan melakukan ablasi atau eksisi
sekitar 1,5-2 cm bagian ligamentum sakrouterina di insersi serviks. Prosedur
ini dimulai dengan memposisikan uterus anteversi menggunakan
manipulator uterus, mengidentifikasi ligamentum uterosakral yang kemudian
salah satu atau keduanya dipotong dekat dengan insersinya di serviks.
Sebagian kecil ligamen diambil untuk pemeriksaan histologi dan konfirmasi
adanya serabut saraf didalamnya.
Dengan pembedahan ini diharapkan terputusnya saraf sensoris sehingga
nyeri akan berkurang.
b. Laparoskopi pre-sacral neurectomy pada nyeri
Prosedur bedah PSN adalah melakukan eksisi jaringan saraf antara
peritoneum dan periosteum minimal 2 cm. PSN akan memutus saraf
sensorik, dan melibatkan pemutusan jalur persarafan yang lebih banyak
dibandingkan LUNA
c. Laparoskopi eksisi lesi endometriosis susukan dalam Endometriosis susukan
dalam didefinisikan sebagai massa padat terletak lebih dari 5 mm di dalam
peritoneum. Tindakan pembedahan eksisi lesi endometriosis susukan dalam
akan menghilangkan lesi endometriosis yang akan menurunkan intensitas
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA