Anda di halaman 1dari 39

ENDOMETRIOSIS

DISUSUN OLEH:
Adwyna Bonniela Charity (1965050048)

PEMBIMBING:
dr. R.A. Sita Daniswati Utari, Sp.OG

KEPANITERAAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


PERIODE 15 JUNI 2020 - 11 JULI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
Definisi Endometriosis

● Endometriosis adalah gangguan ginekologi jinak umum


yang didefinisikan sebagai adanya jaringan kelenjar
endometrium dan stroma di luar lokasi normal.

● Endometriosis didefinisikan sebagai kondisi dimana


terdapat jaringan abnormal menyerupai endometrium di
luar cavum uteri dan memicu reaksi peradangan
Epidemiologi

Wanita usia reproduksi 3 - 10%

Wanita infertil 9 - 50%

Wanita yang mengalami


nyeri pelvis kronis 71 - 87%
Manifestasi Klinis
● Gejala klasik dari endometriosis meliputi dysmenorea, dyspareunia, dyschezia dan atau infertilitas.
● 83% wanita dengan endometriosis mengeluhkan salah satu atau lebih gejala tersebut.
● 29% wanita tanpa endometriosis yang mengeluhkan gejala tersebut.

Gejala Persentase

Nyeri haid 62

Nyeri pelvis kronik 57

Dispareunia dalam 55

Keluhan intestinal siklik 48

Infertilitas 40
Nyeri haid
● sering dimulai sebelum menstruasi muncul
dan terus bertahan selama menstruasi
berlangsung atau bahkan lebih lama

● keluhan nyeri tersebut berada dari dalam


pelvis, menyebar, terkadang terasa menjalar
hingga ke punggung dan paha
Nyeri pelvis kronis
● nyeri hebat dirasakan pada area pelvis selama
lebih dari 6 bulan yang dapat berakibat pasien
tidak mampu melakukan kegiatannya sehari–hari
Dispareunia
● dispareunia yang berkaitan dengan endometriosis
umumnya terjadi sebelum menstruasi, kemudian
terasa semakin nyeri di awal menstruasi
Keluhan intestinal siklik
Keluhan yang paling sering dilaporkan pasien
seperti:
● perut terasa kembung (96%)
● diare (27%)
● konstipasi (16%)
Infertilitas
Infertilitas terkait endometriosis dapat disebabkan
oleh:
● gangguan pada adneksa sehingga menghalangi
dan menghambat secara anatomis penangkapan
ovum saat ovulasi
● dampak terhadap perkembangan oosit
● berkurangnya reseptivitas endometrium
Patogenesis
Teori Aliran Balik Darah Haid (Menstrual
Retrograde)

Teori yang dikembangkan oleh Sampson pada tahun


1927. Aliran balik darah haid yang berisi jaringan
endometrium melalui saluran tuba falopii kemudian
tumpah keluar dan melakukan implantasi di rongga
peritoneum. Endometriosis merupakan konsekuensi
dari aliran balik darah haid melalui saluran telur yang
berlanjut dengan implantasi dan tumbuh di peritoneum
dan ovarium.
KLASIFIKASI
ENDOMETRIOSIS
Klasifikasi oleh ASRM (American Society for Reproductive Medicine)

Stadium Klasifikasi Skor

I Endometriosis minimal 1-5

II Endometriosis ringan (mild) 6 - 15

III Endometriosis sedang (moderate) 16 - 40

IV Endometriosis berat (severe) > 40


Derajat Endometriosis
Penegakan Diagnosis

Anamnesis

❏ Gejala–gejala yang mengarah ke endometriosis adalah dismenorea, nyeri panggul kronik,


dispareunia, keluhan intestinal siklik serta infertilitas.

❏ Keluhan lain yang dapat ditanyakan meliputi yaitu nyeri abdominopelvik, perdarahan
post–coitus, adanya riwayat kista endometriosis sebelumnya serta penyakit inflamasi pelvik.

❏ Semakin banyak gejala yang dikeluhkan, maka kemungkinan endometriosis pun makin tinggi.
Pemeriksaan Fisik

● Pemeriksaan fisik pada endometriosis dimulai dengan pemeriksaan inspeksi pada


vagina dengan menggunakan spekulum
○ Dapat ditemukan lesi proliferatif merah pada forniks posterior yang dapat berdarah jika
terkena sentuhan

● Pemeriksaan bimanual dan palpasi rektovagina


○ Dapat dinilai ukuran, posisi, dan mobilitas dari uterus
○ Palpasi rektovagina diperlukan untuk mempalpasi ligamentum sakrouterina dan
septum rektovagina untuk menemukan nodul endometriosis
○ Nyeri tekan lokal dan nodularitas ligamentum uterosakral dapat menjadi temuan pada
pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis endometriosis
Pemeriksaan Penunjang

Laparoskopi
● Metode definitif untuk diagnosis endometriosis termasuk penentuan stadium dan evaluasi
kekambuhan pascaterapi adalah visualisasi langsung dengan pembedahan

● Sebagian besar tindakan visualisasi tersebut menggunakan laparoskopi yaitu tindakan


pembedahan di abdomen atau panggul menggunakan insisi kecil 0,5−1,5 cm dengan
memasukkan kamera kedalamnya
Saat mengerjakan tindakan laparoskopi sebaiknya melakukan pemeriksaan secara sistematis,
meliputi:
1) pemeriksaan uterus dan adneksa
2) peritoneum dan fossa ovarium, plika vesiko-uterina, kavum douglasi dan daerah pararektal
3) rektum dan sigmoid
4) apendiks dan caecum
5) diafragma
Tiga tipe lesi endometriosis yang terlihat saat visualisasi dengan laparoskopi:

Lesi berlokasi di peritoneum dan permukaan ovarium. Lesi dapat


Lesi superfisial berbentuk blue-black powder burn, subtle lesion: petechial, vesicular,
polypoid dan haemorrhagic lesion

Lesi endometriosis berbentuk kista berisi cairan kecoklatan kental


Kista endometriosis yang mengelompok pada permukaan peritoneum (fossa ovarium),
atau endometrioma endometrioma terbentuk akibat invaginasi korteks ovarium setelah
terjadi akumulasi debris darah haid

Deep infiltrating Lesi endometriosis melakukan infiltrasi lebih dari 5 mm di bawah


endometriosis atau permukaan peritoneum, dapat juga penetrasi atau melekat pada
lesi infiltrasi dalam struktur lain, misalnya kandung kencing, usus, ureter dan vagina
USG Transvaginal
Endometrioma dideteksi menggunakan USG transvaginal dengan gambaran ground-glass,
homogen, internal echo difus dengan latar belakang hipoechoic
MRI
MRI merupakan alat diagnostik yang bagus untuk prediksi deep endometriosis, juga untuk untuk
deteksi dan diferensiasi endometrioma ovarium dari massa ovarium, namun tidak dapat diterapkan
pada lesi kecil peritoneum
Tatalaksana

● Pil Kontrasepsi Kombinasi

● Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi juga akan mengurangi aliran menstruasi,


desidualisasi implan endometriosis, dan meningkatkan apoptosis pada endometrium
eutopik pada wanita dengan endometriosis
● Pil kontrasepsi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah jenis monofasik.
Dalam 1 kemasannya terdapat 21 pil mengandung hormon aktif estrogen/progestin
(E/P) dalam dosis yang sama dan 7 pil tanpa kandungan hormon aktif
● Progestogen

Progestogen merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk terapi
endometriosis termasuk di antaranya adalah medroksi progesteron asetat (MPA) dan
derivat nortestosteron (misal levonorgestrel, noretindron asetat, dan dienogest).
Bekerja dengan cara menginduksi anovulasi, menyebabkan atrofi endometrium dan
menekan proses angiogenesis.
● Agonis GnRH

GnRH bekerja dengan memberikan pajanan ke hipofisis terus menerus hingga terjadi
down-regulation reseptor GnRH yang berakibat berkurangnya sensitivitas kelenjar hipofisis
sehingga terjadi amenorea hingga mencegah terbentuknya lesi baru.
Contoh agonis GnRH: nafarelin, leuprolid, buserelin

● Danazol

Danazol merupakan androgen sintetik dan derivat 17α-ethynyl testosterone yang bekerja
dengan induksi amenorea melalui supresi aksis hipotalamus–pituitary– ovarium (HPO),
inhibisi steroidogenesis ovarium serta mencegah proliferasi endometrium. Danazol
menimbulkan efek samping hiperandrogen.
● Aromatase Inhibitor
Kadar mRNA aromatase yang meningkat ditemukan pada lesi endometriosis dan
endometrioma ovarium sehingga aromatase inhibitor menjadi pilihan terapi yang potensial

● Anti Prostaglandin
Dengan ditemukannya peningkatan kadar prostaglandin di cairan peritoneum dan lesi
endometriosis pada wanita dengan endometriosis, maka obat anti inflamasi non steroid
banyak digunakan dalam penatalaksanaan nyeri terkait endometriosis
Tatalaksana Non Hormonal

1. PPAR γ (Peroxisome proliferator – activated receptor gamma)


Aktivasi PPAR γ dengan reseptornya yaitu retinoid X receptor (RXR) menghambat
aromatase p450 sehingga menekan pertumbuhan endometriosis

2. Thiazolidinediones (TZD)
TZD merupakan aktivator dari PPAR γ. Pada endometriosis TZD menghambat
proliferasi sel endotel dan mengurangi vaskularisasi patologik dari lesi yang
berkaitan melalui kompleks PPAR γ yang teraktivasi
Tatalaksana Bedah
● LUNA (Laparoscopic Uterine Nerve Ablation)
○ Ablasi atau eksisi sekitar 1,5 – 2 cm bagian ligamentum sakrouterina di insersi serviks
○ Prosedur ini dimulai dengan memposisikan uterus anteversi menggunakan manipulator
uterus, mengidentifikasi ligamentum uterosakral yang kemudian salah satu atau keduanya
dipotong dekat dengan insersinya di serviks
○ Sebagian kecil ligamen diambil untuk pemeriksaan histologi
○ Dengan pembedahan ini diharapkan terputusnya saraf sensoris sehingga nyeri akan
berkurang
● Laparoskopi Pre – Sacral Neurectomy
○ Saraf presakral merupakan bagian retroperitoneal superior dari pleksus hipogastrika,
berada di bawah bifurkasio aorta kurang lebih 3 – 4 cm mengarah ke sakrum
○ Eksisi jaringan saraf antara peritoneum dan periosteum sebanyak paling tidak 2 cm
○ PSN akan memutus saraf sensorik, dan melibatkan pemutusan jalur persarafan yang lebih
banyak dibandingkan LUNA
● Laparoskopi Eksisi Lesi Endometriosis Susukan Dalam/DIE
○ Endometriosis susukan dalam (Deep Infiltrating Endometriosis/DIE) didefinisikan sebagai
massa padat yang terletak lebih dari 5 mm di dalam peritoneum
○ Indikasi dilakukannya pembedahan endometriosis susukan dalam bila:
■ Pasien dengan tingkat nyeri yang signifikan (termasuk dispareunia & diskezia) nilai
VAS > 7 yang menyebabkan gangguan kualitas hidupnya
■ Pasien dengan munculnya gejala gangguan obstruksi usus besar
■ Pasien yang sebelumnya terjadi kegagalan IVF pada siklus sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hendarto, H. ENDOMETRIOSIS Dari aspek teori sampai penanganan klinis. 2015.
Surabaya: Airlangga University Press (AUP)

2. Konsensus Tata Laksana Nyeri Endometriosis. HIFERI. 2017


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai