Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN ENDOMETRIOSIS

1. Definisi

Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luaruterus

paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis

yangmengantung (Ralph C. & Martin L., 2019).

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan

dengankeberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.

Jaringanendometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen

pembentukuterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.

(Scott, RJames, dkk. 2012)

Endometriosis merupakan tumbuhnya jaringan endometrium diluar batas

rongga uterus. Jaringan ektopik ini biasanya terbatas hanya pada area pevis, paling

sering terdapat disekitar ovarium, peritoneum uterovesika, igamen uteroksakra, dan

kavum douglas, namun dapat pula tumbuh pada semua tempat dalam tubuh (Joan

dan lyndon, 2014).

2. Etiologi

Etiologi endometriosis belum diketahui. Sampson mengajukan teori

regurgitasi transtuba darah haid dan implantasi (Gant & Cunningham, 2010) bahwa

darah menstruasi mengalir ke dalam kavum abdomen. Sel endometrium dapat

tertanam tumbuh dan hidup. Rangsangan hormonal berpengaruh sehingga terjadi

proses mengikuti siklus menstrausi (Manuaba, 2010). Penyebaran secara limfogen

dari Halban menyatakan bahwa sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa

dan menyebar pada beberapa tempat. Sel hidup dan mendapat rangsangan estrogen

dan progeston dalam proses siklus menstruasi. Dengan mengikuti pengaruh


rangsangan estrogen dan progesteron, di tempat implantasi endometrium terjadi

timbunan darah dan sel endometrium yang menyebabkan desakan dan

menimbulkan rasa nyeri sesuai dengan fase menstruasi. Rasa nyeri terjadi karena

vaskularisasi yang meningkat dan deskuamasi struma dan sel jaringan

endometrium (Manuaba, 2010).

Beberapa peneliti memperkirakan bahwa endometriosis dapat disebabkan oleh

penurunan respons imun selular terhadap antigen-antigen endometrium. (Gant &

Cunningham, 2010). Menurunnya sistem sel immunitas disebabkan oleh terjadinya

peningkatan makrofag (Manuaba, 2010). Peningkatan jumlah makrofag dan

monosit terdapat di dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor

pertumbuhan dan sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik.

(Prawirohardjo, 2011)

3. Manifestasi Klinis

Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala

pada umumnya terjadi karena menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya

karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah

nyeri pelvik, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika

senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).

Nyeri yang terjadi tidak berkaitan dengan besarnya endometriosis (Nugroho,

2012). Intensitas nyeri pada endometriosis tidak berbeda dengan nyeri yang

disebabkan oleh kelainan lainnya. Namun didapatkan perbedaan intensitas nyeri

pada wanita dengan endometriosis yang berat dan ringan. Pada wanita dengan

endometriosis berat, sering didapatkan dyschezia (nyeri saat buang air besar)

dibandingkan pada wanita dengan endometriosis ringan. (Karen, 2010).

4. Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi

dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh diluar rahim.

Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,

jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di

kandung kemih. Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses

sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada

ditempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan

endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan

kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit.

Lama-kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk

benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd

Nasri Ismail, 2015).

5. Komplikasi

a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis

dekat kolon atau ureter.

b. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena

endometrioma.

c. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis

merupakan penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi (USG)

USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis

(kista endometriosis) > 1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-

bintik endometriosis ataupun perlengketan. Dengan menggunakan USG


transvaginal kita dapat melihat gambaran karakteristik kista endometriosis

dengan bentuk kista dan adanya interval eko di dalam kista.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang lebih superior

dibandingkan dengan USG. MRI dapat digunakan untuk melihat kista,

massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus dan septum rektovaginal.

c. Pemeriksaan serum CA 125

Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada

kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA

125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang rendah.

Kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan infeksi radang panggul,

mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat digunakan sebagai

monitor prognostik pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti

prognostik kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125 > 65 mIU/ml

praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

d. Bedah Laparoskopi

Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk

mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru berwarna merah terang,

sedangkan lesi yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi nonaktif

terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis yang

tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma.

Biasanya isinya berwarna cokelat kehitaman sehinggga juga diberi nama

kista cokelat. Sering endometriosis ditemukan pada laparoskopik

diagnostik, tetapi pasien tidak mengeluh.


e. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah didapatkan adanya

kelenjar dan stroma endometrium (Prawirohardjo, 2011)

7. Pathways

Aliran darah haid balik, meningkatnya produksi hormon, factor keturunan

Endometriosis

Tindakan Operasi Haid yang berlebih

Curret biopsy Hb menurun

Anemia
Nyeri Akut

Perfusi Perifer Tidak Efektif

Gangguan Rasa Nyaman

8. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb


ditandai dengan pasien pucat dan nadi teraba lemah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik post op curret biopsy
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dan tampak meringis.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri post op curret ditandai
dengan mengeluh tidak nyaman dan sulit tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Gant, Norman F& Cunningham, F. (2010). Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri.


Jakarta: EGC
Joan. M dan Lyndon Saputra. (2014). Buku Ajar Visual NursingJilidSatu. Tangerang
Selatan. Binarupa Aksara Publisher.
Karen Ballard PD, Hazel Lane BS, Gernot Hudelist MDS (2010). Can spesific pain
symtoms help in the diagnosis of endometriosis? A cohort study of women
with chronic pelvic pain. Fertility and Sterility;94:20-7
Manuaba, Ida A. (2010). Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa kebidanan. Jakarta :
EGC
Nugroho, Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri Dan Ginekologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan Dan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
EGC :Jakarta
Ralph C.& Martin L. Pernoll . (2019). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta.
Scott, R James, dkk. (2012). Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai