yang dapat dikenali, penyakit medis umum, atau kehamilan. Hal ini
mencerminkan gangguan dalam pola siklik normal stimulasi hormon ovulasi ke
lapisan endometrium. Pendarahan tidak dapat diprediksi dalam banyak hal,
mungkin terlalu berat atau ringan dan mungkin berkepanjangan, sering, atau acak
(Behera, 2018).
Abnormal Uterine Bleeding atau
atau Perdarahan Uterus Abnormal merupakan
perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal.
Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai
Perdarahan uterus abnormal tidak dipengaruhi oleh ras, namun dari segi umur
yang paling umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di awal
atau mendekati akhir, tetapi mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup
reproduksinya.Sebagian besar kasus perdarahan uterus abnormal pada remaja
perempuan terjadi selama 2 tahun pertama setelah menstruasi, ketika sumbu
1) Fibroid
Pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding rahim di minimal 20%
dari wanita berusia di atas 35.Fibroiddapat muncul secara tunggal atau
dalam kelompok, dan sekecil anggur atau sebesar jeruk.Mereka terdiri dari
otot dan jaringan fibrosa, dan dapat menyebabkan aliran berlebihan.
2) Polip
Pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerangleher rahim atau
uterus.Polip mungkin begitu kecil sehinggamereka tidak diketahui, atau
mungkin cukup besar untuk menyodok ke dalam rongga rahim atau
panggul dan menyebabkan
menyebabkan perdarahan abnormal.
Kanker yang paling umum darisistem reproduksi wanita, & hampir selalu
menyerang wanitamenopause antara usia 50 - 70. Setiap perdarahan
setelahmenopause harus diperiksa segera.
6) Gangguan nutrisi
Wanita dengan lemak tubuh sangatrendah karena gangguan makan, diet
ketat, atau olahragaberlebihan sering dapat berhenti ovulasi dan
menstruasi.
4. Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus abnormal (AUB) telah kehilangan
stimulasi endometrium siklik yang timbul dari siklus ovulasi. Akibatnya, pasien-
pasien ini memiliki kadar estrogen yang konstan dan non-daur ulang yang
merangsang pertumbuhan endometrium. Proliferasi tanpa penumpahan periodik
menyebabkan endometrium melebihi suplai darahnya.Jaringan rusak dan
mengelupas dari uterus.Penyembuhan endometrium selanjutnya tidak beraturan
dan disinkron. Stimulasi kronis oleh kadar estrogen yang rendah akan
kadar estrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan episode perdarahan berat
yang sering (Behera, 2018).
Siklus menstruasi normal adalah 28 hari dan dimulai pada hari pertama
menstruasi.Selama 14 hari pertama (fase folikuler) dari siklus menstruasi,
endometrium menebal di bawah pengaruh estrogen. Menanggapi meningkatnya
kadar estrogen, kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon FSH dan hormon LH,
yang merangsang pelepasan sel telur di titik tengah siklus. Kapsul folikel residual
membentuk corpus luteum.Setelah ovulasi, fase luteal dimulai dan ditandai oleh
sebagai etiologinya:
1) Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-
kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus
dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara
keduanya. Korpus luteum persistens dapat pula menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur (irregular
(irregular shedding ).
). Diagnosis irregular
shedding dibuat
dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut
Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2) Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting ,
menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus
yang bersangkutan.
3) Apopleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
menopause 12 bulan.
Perdarahan Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
uterus abnormal yangsangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis
akut (hipotensi, takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
disfungsional iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau
gangguan kondisi sistemik.
b. Kepala
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormaltidak terdapat perubahan pada
sisi kepalanya bentuk ataupun luka pada kepala
c. Wajah
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalpada umumnya wajah pasien
terlihat meringis arena nyeri yang dialami
d. Mata
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal tidak terdapat kelainan pada
mata
e. Leher
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalbentuk leher simetris, kelenjar
limfa tidak terdapat pembesaran kecuali adanya metastate kanker
f. Thorak
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalbiasanya tidak terdapat
kelainan pada thorak.
g. Sistem neurologi
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormaltida terdapat kelainan pada
neurologinya.
h. Abdomen
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalsering merasa adomen tegang
atau nyeri (sedang/berat) dan terasa tertekan pada perut. Biasanya terdapat
massa abdominopelvic.
i. Pelvis
Dengan menggunaan spekulum dilakukan inspeksi servik yaitu warna,bentuk,
dilatasi servik, erosi, perdarahan, cairan pervagina, luka atau lesi. Setelah
spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu, memasukkan
dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina (adanya
massa,ukuran bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium,
adneksa).
j. Genetalia eksterna
Inspeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan untuk mengkaji
k. Vagina
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalsering mengalami haid yang
tidak teratur dan pendarahan pervaginam.
9. Penatalaksanaan
a. Perawatan farmakologis
1) Kontrasepsi oral
3) Progestin
Penatalaksanaan kronis perdarahan uterus abnormal membutuhkan
paparan progestin secara episodik atau terus menerus
4) Desmopresin
Analog sintetik arginin vasopresin, desmopresin telah digunakan sebagai
upaya terakhir untuk mengobati perdarahan uterus yang abnormal pada
pasien dengan gangguan koagulasi
koagulasi yang didokumentasikan.
b. Perawatan non farmakologis
a) Histerektomi
Histerektomi abdominal atau vaginal mungkin diperlukan pada pasien
yang gagal atau menolak terapi hormonal, yang memiliki anemia
simptomatik, dan yang mengalami gangguan dalam kualitas hidup mereka
dari perdarahan persisten yang tidak terjadwal.
b) Ablasi endometrium
Ablasi endometrium adalah alternatif untuk pasien yang ingin menghindari
histerektomi atau yang bukan kandidat untuk operasi besar.
c. Penatalaksanaan Bedah
10. Komplikasi
Komplikasi yang kemungkinan muncul pada pasien dengan perdarahan uterus
abnormal dapat meliputi:
a. Adenokarsinoma uterus (jika stimulasi estrogen berkepanjangan)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Kaji pada pasien dan keluarga, pasien pernah mengalami hal yang demikian
dan perlu ditanyakan juga pasien pernah menderita penyakit infeksi atau tidak.
d. Riwayat Keluarga
Kaji pada pasien dan di dalam keluarga ada yang menderitapenyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
e. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
pengetahuan keluarga tentang penyakit
penyakit yang diderita.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1) Kepala
- Inspeksi : simetris
4) Cardiac
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba,
tera ba, perubahan denyut nadi
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising
5) Abdomen
- Inspeksi : ada lesi, pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
- Palpasi : pmbengkakan di daerah uterus yang abnormal
7) Ekstremitas dan Kulit
(objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, napsu makan berubah,
diaphoresis)
e. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan faktor ginekologi (kehamilan,
pasca persalinan) dan ketidakadekuatan edukasi
Hipoksia …x 24 jam, 1. Identifikasi keluhan pasien (misal: keluar darah banyak,
keperawatan selama …x
Kekurangan volume dapat teratasi, dengan kriteria 2. Monitor keadaan uterus dan abdomen (misal: TFU di atas
Sepsis Tingkat Perdarahan (L 02017) 3. Monitor kesadaran dan tanda-tanda vital
Sindrom respon 1. Membran mukosa lembab 4. Monitor kehilangan darah
2. Kemampuan kognitif masih 5. Monitor kadar Hemoglobin
inflamasi terkait
normal 6. Posisikan supinasi Trendelenburg
3. Tidak ada perdarahan 7. Pasang oksimetri nadi
pervaginam 8. Berikan oksigen vial kanul nasal 3 lpm
4. Kadar hemoglobin normal 9. Pasang IV line dengan selang set transfusi
(13,5-17,5 g/dL) 10. Pasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih
5. Kadar hematokrit normal 11. Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap
(41,0-53,0 %) 12. Kolaborasi pemberian antikoagulan
6. Tekanan darah normal (Sistolik
120-140 dan diastolic 80-90 Pencegahan Perdarahan (I 02067)
mmHg) 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
7. Nadi normal (8-100 x/menit) 2. Monitor nilai Hematokrit, Hemoglobin sebelum dan
8. Suhu tubuh dalam batas setelah kehilangan darah
normal (36-37,50C) 3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor koagulasi (misal: PT, PTT, fibrinogen, degradasi
Malnutrisi diharapkan pasien tidak 2. Berikan perawatan pada area perdarahan
Peningkatan paparan mengalami tanda-tanda infeksi, 3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
organism pathogen dengan krteria hasil : 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
c) Perubahan sekresi 5. Tidak ada pengeluaran cairan 6. Berikan pembalut yang menyerap cairan
pH yang berbau dari perineum 7. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda
d) Ketuban pecah lama 6. Tidak ada peningkatan WBC abnormal pada perineum (missal: infeksi, kemerahan,
e) Penurunan kerja (4,1-11,0 103/µL) pengeluaran cairan yang abnormal)
siliaris 7. Tidak ada luka 8. Kolaborasi pemberian antiinflamasi dan analgetik jika
f) Ketuban pecah perlu
Kontrol Risiko (L 14126)
sebelum waktunya
1. Pasien dan keluarga mampu
g) Merokok
memonitor faktor resiko
h) Status cairan tubuh 2. Pasien dan keluarga mampu
Ketidakadekuatan
menggunakan pelayanan
pertahanan tubuh
kesehatan yang sesuai dengan
sekunder:
kebutuhan
a) Penurunan
3. Pasien dan keluarga mampu
hemoglobin
mengenali perubahan dalam
b) Imunosupresi
status kesehatan
c) Leukopenia
d) Supresi respon
inflamasi
e) Vaksinasi tidak
adekuat
Ansietas SDKI
K ategori:
tegori: Psiko
Psik ologi
logiss D.0080
Sun K ategori:
tegori: I nt
nte
egr
grita
itass E go
D efi
efini
nisi
si:: kondisi emosi da
dan
n peng
pengala
alama
man
n subjektif
subjekti f i ndivi
ndividu
du terhada
terhadap
p objek
objek yang tida
ti dakk jjela
elass dan
dan spesi
spesififi k aki ba
batt a
anti
ntisi
sipa
pasi
si bahaya
bahaya Nomo
Nomor Dx
yang
yang m
me
emungkinkan individu
individu melakuka
lakukan
n tinda
tindakan untuk
untuk menghad
nghadapi a
anca
ncam
man ……..
No Gejala dan Tanda SLKI SIKI Paraf/Nama
3. Gejala dan Tanda Mayor Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (I 09314)
Subjektif: keperawatan selama ...x 24 jam 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Merasa bingung diharapkan kecemasan klien 2. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (missal: kondisi,
dengan akibat dari Tingkat Ansietas (L 09093) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
kondisi yang 1. Tidak menyatakan bingung 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
Sulit berkonsentrasi 3. Tidak ada ketegangan 5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika
Tampak tegang 5. Frekuensi nadi normal (80-100 7. Dengarkan dengan penih perhatian
Sulit tidur x/menit) 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Gejala dan Tanda Minor 6. Tekanan darah normal 9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
Subjektif: (Sistolik 120-140 dan distolik 10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
80-90 mmHg) kecemasan
Mengeluh pusing 7. Tidak ada kesulitan tidur 11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
Merasa tidak
berdaya Terapi Relaksasi (I 09326)
meningkat digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Tekanan darah
teknik sebelumnya
meningkat
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
Diaforesis
dan suhu sebelum dan sesudah relaksasi
Tremor
5. Monitor respon terapi relaksasi
Muka tampak pucat
6. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
Suara bergetar
pencahayaan dengan suhu ruangan yang nyaman jika
Kontak mata buruk
memungkinkan
Sering berkemih
7. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
Berorientasi pada
teknik relaksasi
masa lalu
8. Gunangan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan