PENDAHULUAN
Menstruasi dapat dikatakan normal ketika perdarahan uterus setiap 21 sampai 35 hari
dengan jumlah perdarahan yang tidak berlebih. Normal durasi dari menstruasu antara 2-7
hari. Perdarahan uterus abnormal (PUA) terjadi apabila frekuensi dan jumlah perdarahan
tidak normal atau adanya perbercakan atau perdarahan diantara periode menstruasi. PUA
dapat disebabkan beberapa faktor. Penyebab utamanya adalah adanya abnormalitas struktur
sistem reproduksi dan gangguan ovulasi.1
Perdarahan uterus disfungsional merupakan sebab tersering perdarahan abnormal
per vaginam pada masa reproduksi wanita. Dilaporkan gangguan ini terjadi pada 5 - 10%
wanita. Lebih dari 50% terjadi pada masa perimenopause, sekitar 20% pada masa remaja,
dan kira - kira 30% pada wanita usia reproduktif. Sekitar 1 2 % wanita yang tidak
melakukan tatalaksana PUA dengan baik, menyebabkan perkembangan kanker
endometrium.4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed di Lady Willingdon
Hospital, Lahore, dari Agustus 2010 sampai Juli 2011 didapatkan sebanyak 2.109
perempuanatau sekitar 19,6% dari total 10.712 wanita yang mengunjungi klinik pasien rawat
jalan ginekologi yang didiagnosis menderita perdarahan uterus abnormal. Kategorisasi
PALM-COEIN dilakukan pada 991 (47%) kasus yang menunjukkan 30 (3%) menderita
polip, 15 (15%) adenomiosis, 250 (25%) Leiomioma, 66 (6,6%) keganasan dan
hiperplasia, 3 (0.3%) koagulopati , 236 (24%) disfungsi ovulasi, 48 (5%) endometritis, dan 53
(6%) iatrogenik. Sisanya 155 (15%) kasus yang tak terkategorikan.2
Perdarahan uterus abnormal (PUA) merupakan indikasi pada 20% dilakukannya
histerektomi. Karena perdarahan uterus abnormal (PUA) kebanyakan merupakan akibat dari
anovulasi, perdarahan dapat dikontrol dengan intervensi obat-obatan dengan progestin,
estrogen, kombinasi progestin dan estrogen, kontrasepsi oral atau anti-inflamasi non steroid
(AINS). Pada kebanyakan pasien pasien, perdarahan tidak membutuhkan terapi kecuali
terjadi anemia dan perdarahan sangat banyak dan mempengaruhi kehidupan pasien. Pada
pasien lebih dari 35 tahun, pengambilan sampel endometrium harus dilakukan sebelum
melakukan histerektomi untuk mencurigai adanya keganasan. Dilatasi dan kuretase bukan
merupakan tindakan yang efektif untuk mengontrol perdarahan dan tidak dilakukan sebelum
histerektomi. Histerektomi dilakukan bila pasien tidak sembuh dengan pengobatan oral.3
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Terjadi pada usia :
1. Perimenarche (8 - 16 tahun)
2. Menarche atau masa reproduksi (16 - 35 tahun)
3. Perimenopause (45 - 65 tahun)1,2,4
Keterangan :
A. Polip (PUA-P) Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal
mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai
3
sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah
endometrium.
B. Adenomiosis (PUA-A) Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan
miometrium, menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak
sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma
yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia.
C. Leiomioma uteri (PUA-L) Leiomioma adalah tumor jinak fibromuskular pada
permukaan miometrium. Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi:
submukosa, intramural, subserosa.
D. Malignancy and hyperplasia (PUA-M) Hiperplasia endometrium adalah
pertumbuhan abnormal berlebihan dari kelenjar endometrium. Gambaran dari
hiperplasi endometrium dapat dikategorikan sebagai: hiperplasi endometrium
simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks non atipik dan
atipik.
E. Coagulopathy (PUA-C) Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan
hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA.
F. Ovulatory dysfunction (PUA-O) Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus
abnormal.
G. Endometrial (PUA-E) Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan
dengan siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
H. Iatrogenik (PUA-I) Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-
obat antikoagulan) atau AKDR.
I. Not yet classified (PUA-N) Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau
sulit dimasukkan dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena).7,9
4
Gambar 4. Penyebab PUA
Reference No.3
5
Gambar 5. Klasifikasi PUA
6
2.1.6 Pola PUA
A. Menorrhagia (hypermenorrhea) haid teratur tapi jumlahnya banyak ( > 80ml)
Aliran menstruasi yang berkepanjangan dan berat. Adanya bekuan darah merupakan
hal yang normal tetapi terjadi perdarahan yang berlebihan, ditandai dengan gushing
atau open-faucet (memancar seperti keran). Penyebabnya adalah komplikasi
kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor jinak, dan gangguan
perdarahan (dysfunctional bleeding).
Penyebab lainnya :
- Hipolasia uteri (bila sangat kecil menyebabkan amenorrhea, uterus kecil jadi luka
kecil menyebabkan hypomenorrhea, menorrhagia karena tonus otot rahim
kurang).
Terapi : uterotonika
- Astheni : menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
Terapi : uterotonika, roborantia
- Myoma uteri. Terjadi menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot rahim kurang
kuat, kavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
Terapi : uterotonika atau operasi.
- Hipertensi
- Decompensatio cordis
- Infeksi : endometritis, salphingitis (menyebabkan hiperemia)
- Retroflexio uteri. Karena bendungan pembuluh darah balik.
- Penyakit darah (hemofilia)
7
Merupakan perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungan dengan haid.
Dibagi menjadi :
- Metrorrhagia yang disebabkan oleh adanya kehamilan : abortus, kehamilan
ektopik.
- Metrorrhagia di luar kehamilan.
Penyebab :
Luka tidak sembuh
Carcinoma dari corpus uteri.
Biasanya terjadi pada wanita menopause.
Lebih sering pada wanita tanpa anak.
Fluor albus bercampur darah.
Diagnosa : dengan kuret percobaan.
Carcinoma cervicis (portionis) uteri.
Lebih sering terdapat pada wanita yang mempunyai anak banyak.
Lebih sering dari pada carcinoma corporis uteri.
Timbul perdarahan kontak dengan fluor berdarah.
Diagnosa :
Diagnosa dini hanya dengan sitologi.
Kalau sudah lanjut dapat teraba dengan toucher atau dapat dilihat
in speculo.
Eksisi percobaan menentukan diagnosa.
Carcinoma dari vulva atau vagina
Jarang sebagai tumor primer.
Terjadi pada wanita menopause.
Ulcus vulva atau vagina pada wanita tua harus dicurigai terhadap
kemungkinan adanya carcinoma.
Diagnosa pasti dengan eksisi percobaan.
Tumor ganas lain : sarcoma, choriocarcinoma
Erosio portionis
Terdapat daerah yang merah menyala pada portio yang mudah
berdarah.
Disebabkan karena epitel gepeng berlapis banyak dari portio
diganti oleh epitel silindris dari endocervix.
Diagnosis banding : carcinoma portio (ditegakkan dengan eksisi
percobaan)
Terapi : dengan nitras argentii 10 20 %. Albothyl.
Myoma submucosa.
Peradangan yang hemorrhagis
Endometritis hemorrhagica seperti pada endometritis senilis,
endometritis postpartum. Perlu dilakukan kuretase untuk diagnosa
maupun terapi.
Kolpitis haemorrhagica
Terapi : estrogen
8
Hormonal
Perdarahan anatomis : disebabkan adanya kerusakan pada traktus
genitalis.
Perdarahan fungsional atau disfungsional yang tidak ada
hubungannya dengan tumor, peradangan atau kehamilan.
Dapat terjadi pada setiap umur pada wanita yang dewasa tapi yang
tersering terdapat pada masa pubertas dan climacterium.
Dapat dibagi :
Perdarahan anovulatoar (tersering)
Etiologi :
Sentral : psikogenik, neurogenik, hipofiser
Perifer : ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik)
Konstitusional : kelainan gizi, metabolik, penyakit akut atau
kronis
Perdarahan ovulatoar
Etiologi : corpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah, penyakit akut atau
kronis.
Terapi : kuretase, hormonal (progestin) pada wanita yang
masih muda dan kalau perdarahannya anovulatoar,
histerektomi pada wanita tua.
9
E. Menometrorrhagia
Perdarahan yang terjadi dengan interval tidak beraturan. Banyaknya perdarahan dan
lamanya perdarahan bervariasi. Hal ini diakibatkan beberapa kondisi yang
menyebabkan intermenstrual bleeding. Onset mendadak episode perdarahan
merupakan indikasi dari tumor ganas atau komplikasi kehamilan.
10
Hypermenorrhea Regular Normal Banyak
Hypomenorrhea Regular Normal atau pendek Sedikit
Oligomenorrhea Jarang/Irregular Bervariasi Sedikit (Scanty)
Amenorrhea Tidak ada Tidak haid selama 90 Tidak ada
hari
Tabel 2. Perbedaan Pola PUA
Reference No.5
2.1.7 Diagnosis PUA
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, riwayat, perubahan temperatur,
pemeriksaan level serum progesteron yang rendah, dan pengambilan sampel
endometrium.
A. Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal (lama, frekuensi, jumlah) yang
terjadi di dalam ataupun diluar siklus haid.
B. Tidak adanya kehamilan, kelainan organ ataupun kelainan faktor pembekuan darah
(hematologi).
C. Anamnesis
Tanyakan mengenai menstruasi berapa kali, lamanya siklus dan periode menstruasi,
lama dan jumlah episode perdarahan intermenstrual dan apakah adanya contact
bleeding. Tanyakan juga kapan terakhir menstruasi, umur pertama kali menstruasi
atau menarche dan menopause, dan apakah adanya pengaruh terhadap kesehatan
secara umum. Pasien harus mengetahui pola menstruasi untuk mengetahui apakah
pola menstruasi normal atau tidak.
D. Pemeriksaan Fisik
Massa pada abdomen dan pembesaran, irregular uterus mengarah ke mioma.
Pembesaran simetris uterus mengarah ke adenomyosis atau endometrial carcinoma.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan lesi vulva dan vagina. Pemeriksaan rectovagina
penting untuk melihat penyebaran infeksi ke arah posterior dan lateral.
E. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan apus sitologi dapat membantu menegakkan diagnosis lesi invasif serviks
(terutatama bagian endoserviks). Dapat juga membantu menegakkan diagnosis
kanker endometrium, tuba dan ovarium. Apusan pada kanal endoservik tidak boleh
mengenai ectoserviks atau vagina. Untuk hasil yang lebih adekuat, gunakan spatula
dan sikat serviks. Pada hasil apusan akan ditemukan endocervical cells.
F. Pelvic Ultrasound Scan
Digunakan untuk pemeriksaan gynecological pelvic. Dapat dilakukan secara
transvaginal, sebelumnya kandung kemih dikosongkan untuk melihat organ panggul
lebih jelas. Dapat juga dilakukan secara transabdominal, kandung kemih tidak
dikosongkan. Dengan pemeriksaan ini dapat melihat detail dari yang didapatkan pada
pemeriksaan fisik seperti menggambarkan batas uterus, lebarnya dan regularitasnya,
11
adanya jaringan parut intramural atau submukosa, polip intrauteurs, dan massa pada
adnexa. Jika endometrium ditemukan irregularitas, dapat merupakan suatu tanda
patologi dan membutuhkan pemeriksaan lanjut, biopsi untuk memastikan diagnosis.
12
G. Sonohysterography
Modifikasi dari pelvic ultrasound scan. Dilakukan injeksi saline terlebih dahulu
dengan menggunakan kateter tipis ke dalam uterus, hal ini akan meningkatkan
sensitivitas gambaran transvaginal dan digunakan untuk evaluasi polip dan
abnormalitas endometrium.
H. Biopsi Endometrium
Metodenya meliputi Novak suction currete, Duncan curetter, Kevorkian currete atau
Pipelle. Pemeriksaan ini digunakan jika terjadi perdarahan terus menerus dan sulit
untuk menemukan penyebab perdarahan dengan pemeriksaan sebelumnya.
I. Hysteroscopy
Menempatkan kamera endoskopik melalui serviks ke dalam kavitas endometrium.
Pemeriksaan ini merupakan gold satndard untuk evaluasi perdarahan abnormal
uterus.
J. Dilatasi dan Kuretase
Merupakan pemeriksaan gold standard untuk diagnosis perdarahan uterus abnormal.
Dilakukan anestesi lokal maupun umum. Tetapi penggunaannya masih
diperdebatkan.1,2
13
B. Pemeriksaan hormon reproduksi : FSH, LH, prolaktin, E2 dan progesteron,
prostaglandin F2
C. Biopsi, dilatasi, kuret bila tidak ada kontraindikasi
D. Pemeriksaan USG1
E. Tes kehamilan8
2.1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan Hormonal
A. PUA Ovulasi
1. Perdarahan pertengahan siklus
Estrogen (E) 0.625 1.25 mg, hari ke 10 - 15 siklus.
2. Perdarahan bercak pra haid
Progesteron (P) 5 - 10 mg, hari kke 17 - 26 siklus.
3. Perdarahan pasca haid
Estrogen 0.625 1.25 mg, hari ke 2 7 siklus.
4. Polimeriore
Progesteron 10 mg, hari ke 18 25 siklus.
B. PUA Anovulasi
1. Segera hentikan perdarahan.
Kuret medisinalis
Estrogen selama 20 hari diikuti progesteron selama 5 hari.
Pil KB kombinasi : 2 x 1 tablet selama 2 3 hari diteruskan 1 x 1 tablet
selama 21 hari.
Progesteron 10 20 mg selama 7 10 hari.
14
Kombinasi estrogen selama 20 hari dan diikuti progesteron selama 5 hari
untuk 3 siklus.
Setelah 3 bulan, pengobatan disesuaikan dengan kelainan hormon yang
ada.
Pengobatan Lain
Obat lain yang dapat digunakan PUA adalah anti-inflamasi non-steroid
(AINS) seperti Ibuprofen dapat mengontrol perdarahan dan mengurangi nyeri, Asam
Traneksamat digunakan untuk mengatasi perdarahan yang banyak, dan antibiotik
digunakan bila terdapat infeksi.
AINS dapat diresepkan pada 3 hari pertama haid setiap bulan untuk
mengurangi jumlah perdarahan. AINS bekerja dengan mengkoreksi
ketidakseimbangan prostaglandin dan menyebabkan vasokonstriksi. Ibuprofen dapat
diberikan sebanyak 200 400 mg dengan rentang waktu setiap 4 6 jam. Asam
Mefenamat 500 mg dan selanjutnya 250 mg dengan rentang waktu setiap 6 jam.11
Pengobatan Operatif
Merupakan pilihan terakhir, artinya tindakan dilatasi dan kuret dilakukan
apabila dengan pengobatan hormon tidak berhasil.
Bila perlu dapat dicoba dilakukan ablasi endometrium.1
15
Gambar 9. Prinsip Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Abnormal Secara Umum
16
Gambar 10. Tatalaksana PUA
17
Pada umur reproduksi selanjutnya, harus dilakukan pemeriksaan dengan
hysteroscopy dan biopsi endometrium untuk mengevaluasi etiologi sebelum
pemberian terapi hormonal.
D. Terapi operatif
Untuk pasien yang tidak dapat diobati dengan hormonal, menunjukkan tanda-
tanda anemis, perdarahan mengganggu aktivitas sehari-hari, dilakukan dilatasi dan
kuretase untuk menghentikan perdarahan sementara. Jika perdarahan tetap terjadi,
levonogestrel-releasing IUD atau prosedur invasif minimal seperti ablasi
endometrium dapat dilakukan. Jika tindakan invasif gagal, lakukan histerektomi.
Operasi definitive dilakukan pada kasus endometriosis, mioma dan penyakit
panggul.2
18
Gambar 1. Hormon yang Mempengaruhi Reproduksi Wanita
Reference no.6
19
Gambar 2. Siklus Menstruasi Normal
Reference No.6
20
Tabel 1 Batasan parameter menstruasi normal pada usia reproduksi
DAFTAR PUSTAKA
Obstetri dan Ginekologi RS. DR. Hasan Sadikin. Bandung: Bagian Obstetri dan
2007.
21
3. Berek JS. Berek & Novaks Gynecology. Abnormal Uterine Bleeding. 4th ed. USA:
overview#a4
5. Abnormal Uterine Bleeding. Brimingham: American Society for Reproductive
http://www.socrei.org/BOOKLET_abnormal_uterine_bleeding/
6. Finlayson, Sanders. Endocrine and Reproductive Systems. 3rd ed. UK: Mosby
12.
8. Abnormal Uterine Bleeding. The American College of Obstetricians and
dmc=1&ts=20151212T2341093219
9. Barclay L, Murata P. New Classification System Categorizes Causes of Abnormal
Uterine Bleeding. Medscape Education Clinical Briefs. Released June 6 2011. From:
http://www.medscape.org/viewarticle/744114
10. Sastrawinata, RS. Ginekologi. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
22