Anda di halaman 1dari 2

1. Beda LPR dengan GERD?

Pada tahun 1996, Koufman3dkk memperkenalkan istilah penyakit


refluks laring faring (LPR) untuk penyakit ini. Amerika Serikat
beranggapan LPR merupakan bentuk lain dari Gastroesophageal
Reflux Disease(GERD)

Karena pada pasien LPR tidak perlu ditemukan gejala spesifik GERD
seperti rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi. Lebih jauh
lagi pada kebanyakan pasien dengan LPR refluks asam di esophagus
bagian bawah normal dan pasien LPRtidak didiagnosis sebagai
GERD.4Walaupun penyebab kedua penyakit tersebut sama, LPRharus
dibedakan dari GERD. Pasien dengan LPRbiasanya mempunyai
keluhan di daerah kepala dan leher sedangkan pada GERDbiasanya
didapatkan keluhan klasik seperti esofagitis dan rasa panas di dada
(heartburn). Perbedaan ini menyebabkan kedua penyakit tersebut
memerlukan pengobatan yang agak berbeda.

2. Apakah ada penjelasan tentang mengapa bisa asam lambung


tersebut naik atau refluks ke laring dan faring?

Patofisiologi LPR sampai saat ini masih sulit dipastikan. Seperti yang
diketahui mukosa faring dan laring tidak dirancang untuk mencegah
cedera langsung akibat asam lambung dan pepsin yang terkandung
pada refluxate.

Laring lebih rentan terhadap cairan refluks dibanding


esofaguskarena tidak mempunyai mekanisme pertahanan ekstrinsik
dan instrinsik seperti esofagus.

1. Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma langsung


oleh cairan refluks yang mengandung asam dan pepsin.
Byrne6menyimpulkan bahwa cairan asam dan pepsin merupakan zat
berbahaya bagi laring dan jaringan sekitarnya.Pepsin merupakan
enzim proteolitik utama lambung. Aktivitas optimal pepsin terjadi
pada pH 2,0 dan tidak aktif dan bersifat stabil pada pH 6 tetapi akan
aktif kembali jika pH dapat kembali ke pH 2,0 dengan tingkat
aktivitas70% dari sebelumnya.

2.Asam lambung pada bagian distal esofagusakan merangsang


refleks vagal sehingga akan mengakibatkan bronkokontriksi, gerakan
mendehem (throat clearing) dan batuk kronis. Lama kelamaan akan
menyebabkan lesi pada mukosa. Mekanisme keduanya akan
menyebabkan perubahan patologis pada kondisilaring.

Bukti lain juga menyebutkan bahwa rangsangan mukosa


esofagusoleh cairan asam lambung juga akan menyebabkan
peradangan pada mukosa hidung, disfungsi tuba dan gangguan
pernafasan. Cairan lambung tadi menyebabkan refleks vagal eferen
sehingga terjadi respons neuroinflamasi mukosa dan dapat saja tidak
ditemukan inflamasi di daerah laring.

Nah dari gejala dan manifestasi yang terjadi tercetuslah belafsky dkk
membuat RSI dan RSF untuk mempermudah mendiagnosis LPR.

Cara mendiagnosis dan tatalaksana LPR ?


Dalam menentukan diagnosis LPR perlu dilakukan anamnesis yang
teliti, pemeriksaan penunjang seperti laringoskopi fleksibel, pH dan
lain-lain.1,4Pengobatan LPR meliputi kombinasi diet, modifikasi
perilaku, antasida, antagonis reseptor H2, proton pump inhibitor
(PPI) dan tindakan bedah.

3. Apa saja cara untuk mendiagnosis LPR selain daripada


menggunakan skoring RSI dan RSF?

Gold standard monitoring pH untuk diagnosis telah dipertanyakan


oleh beberapa penulis, yang telah menyatakan bahwa selain tes
tersebut yang tidak memiliki sensitivitas 100%, elektroda di saluran
pencernaan dapat mengganggu kebiasaan makan pasien, yang dapat
mempengaruhi hasil dan konsekuensi diagnosis.

Salahsatu cara untuk menentukan LPR saat ini adalah dengan


menentukan keberadaan pepsin pada laring danf aring,
menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA). Hal ini berdasarkan faktabahwa pepsin hanya dihasilkan
pada lambung. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, gambaran
refluxsymptom index (RSI), gambaran reflux finding score (RFS) dan
mengetahui kadar pepsin pada saliva pasien LPR

Anda mungkin juga menyukai