Slide 2 – PENDAHULUAN
1. Laryngopharyngeal reflux suatu reaksi inflamasi membran mukosa pada faring dan
laring yang disebabkan oleh refluks dari isi lambung
2. Banyak yang menganggap LPR=GERD extra-esofageal, walaupun penyebabnya
sama2 karena refluks dari isi lambung tapi kedua nya punya presentasi klinis dan
tatalaksana yang berbeda
3. Seperti yang dikatakan oleh Koufman bahwa LPR memiliki variasi abnormalitas yang
kompleks sehingga sering misdiagnosed, underdiagnosed atau overdiagnosed
4. LPR juga sering dikatikan dengan etiologi dari penyakit lain seperti stenosis subglotis,
karsinoma laring dan nodul vokalis
5. Sehingga sulit mendiagnosis LPR secara cepat dan tepat
Slide 11 – PATOFISIOLOGI
1. Sebenernya ada 2 hipotesis mengenai patofisiologi dari LPR
2. Secara singkat LPR terjadi oleh karena disfungsi dari physiological barrier nya yang
tadi itu trus refluks karena refluks ini perubahan pH itu bikin kerusakan epitel,
disfungsi silia sama perubahan dari sensitivitas inflamasi LPR
3. Hipotesis pertama paparan _______ secara langsung, yang berulang dan
berkepanjangan bisa membuat terjadinya sekuester dari pepsin tapi karena pH
larynx itu di 6,8 jadi efek proteolitik dari pepsin belom aktif nah tapi kalo ada
refluks berulang dia bikin efek proteolitik pepsin aktif karena efek ini aktif di pH
rendah sampe di pH 6,5.
4. Terus selain itu juga protein yang melindungi laring seperti karbonik anhidrasi tipe 3
itu jadi berkurang karena paparan pepsin makanya terjadi kerusakan
5. Hipotesis kedua bilang kalo asam di bagian distal dari esofagus menstimulasi
refleks vagus dan menyebabkan bronkokonstriksi, throat clearing atau berdeham
dan batuk kronik terbentuknya lesi pada mukosa laringofaring.
6. Kedua mekanisme ini dapat secara bersamaan menghasilkan perubahan patologis
yang terlibat pada LPR.
7. Selain itu ada juga penelitian yang mengatakan bahwa ada pengaruh h pylori pada
pasien LPR.
Slide 15 – ANAMNESA
1. Diagnosis LPR dapat dimulai dari anamnesa
2. Karena pasien tidak memiliki gejala klasik seperti GERD, sehingga gejala nya dapat
dinilai menggunakan kusioner yang dibuat oleh belfasky et all yaitu menggunakan 9
pertanyaan yang dapat diselesaikan dalam 1 menit yaitu Reflux Symptoms index
3. Nilai 0 (tidak mempunyai keluhan) , nilai 5 (keluhan berat) dengan nilai total
maksimum adalah 45
4. RSI dengan nilai >13 dianggap sebagai hasil yang abnormal dan dicurigai sebagai
penyakit refluks
5. Atau ada penelitian lain yang bilang >10 sudah indikasi proses refluks patologis
6. Tetapi spesifisitas dari RSI rendah kurang tepat sasaran dalam penegakan diagnosa
LPR
7. Sehingga butuh pemeriksaan penunjang lainnya
Slide 17 – LARINGOSKOPI
1. Bentuk evaluasi awal pasien dengan keluhan diatas, dilakukan untuk menyingkirkan
gejala keganasan dan juga iritasi pada laring
2. Tetapi temuan yang didapatkan melalui laringoskopi tidak spesifik untuk refluks saja,
faktor-faktor lain seperti iritan eksogen, alergi, obat-obatan, atau penggunaan pita
suara yang berlebihan juga dapat memiliki temuan serupa.
3. Suatu studi menunjukkan bahwa edema dari pita suara paling banyak digunakan
untuk mendiagnosa LPR tetapi tanda tersebut memiliki reliabilitas yang rendah
dan variabilitas yang tinggi tidak sensitif dan spesifik.
4. Penilaian gambaran laring dapat dilakukan dengan Reflux finding score
5. Nilai >7 memiliki probabilitas sebesar 95% seseorang mengalami LPR
6. Reinke’s edema → Vocal fold edema, swelling of vocal cord due to fluid collected
within the reinke’s space.
7. Ventricular (morgani’s sinus) obliteration → terjadi karena edema of TVF and FVF
Slide 22 – ESOFAGOGASTROSKOPI
1. Penyingkiran diagnosa lain seperti GERD dan juga hernia hiatal
PERTANYAAN
1. Betul bahwa belum ada pemeriksaan gold standard untuk LPR ini, walaupun beberapa
penelitian ada yang menganggap bahwa ambulatory ph monitoring menjadi gold
standard pemeriksaan LPR, akan tetapi beberapa penelitian menganggap pemeriksaan
tersebut kurang sensitive sehingga yang bisa kita lakukan pertama setelah anamnesis
adalah menggunakan laringoskopi sebagai evaluasi yang pertama seperti yang
dijelaskan tadi, lalu selanjutnya kita bisa mengukur tingkat keasaman menggunakan
pH metri atau bisa pakai kombinasi dari ph metri dan luminal impedance, lalu untuk
menyingkirkan juga diagnosis yang sering membuat ambigu seperti GERD kita boleh
lakukan lagi esofagogastroskopi.
2. Untuk ini penelitian yang mengatakan bahwa batasan dari reflux yang menimbulkan
gejala dari LPR itu jika terjadi sebanyak lebih dari sama dengan 3x.