Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU THT

RSIJ CEMPAKA PUTIH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2020
 Laringofaringeal refluks adalah suatu keadaan dimana kembalinya isi perut kedalam esofagus
dan masuk kedalam tenggorokan (laring dan faring).

 Beberapa sinonim untuk LPR dari beberapa literature kedokteran: reflux laryngitis, laryngeal
reflux, gastropharyngeal reflux, pharyngoesophageal reflux, supraesophageal reflux,
extraesophageal reflux, atypical reflux.

 Refluks Gastro Esofagus (RGE) didefinisikan sebagai aliran retrograd isi lambung ke dalam
esofagus. PRGE atau Penyakit Refluks Gastro Esofagus merupakan kondisi kronik berulang
sehingga menimbulkan perubahan patologi pada traktus aerodigestifus atas dan organ lain di
luar esofagus
LPR memiliki gejala yang
 Manifestasi klinis PRGE tidak khas seperti :
diluar esofagus • Cervical disphagia
didefinisikan sebagai • Chronic cough
refluks ekstra esofagus • Dysphonia
(REE). • Globus sensation
 Istilah refluks laringo faring • Hoarseness
(RLF) adalah REE yang • Sore throat (sakit
menimbulkan manifestasi tenggorokan)
penyakit oral, faring, • Throat clearing
laring, dan paru. • Upright reflux
 Hal ini tidak berarti bahwa gejala – gejala tersebut di atas merupakan suatu gejala
eksklusif pada LPR.
 Karena LPR dapat juga bermanifestasi dengan gejala lain seperti asma eksaserbasi,
otalgia, mucus tenggorok yang eksesif, halitosis, nyeri leher, odinofagia, post nasal drip,
dan gangguan suara.

 Batuk Kronis
Proses patogenis batuk kronis orang-orang
dengan GERD atau LPR, terjadi kerena
adanya mikroaspiration pada saluran
pernapasan oleh refluks isi lambung sehingga  Kelainan pada Laring
mengaktifkan reflek batuk. Pada penelitian terhadap binatang
 Sinusitis Kronik menunjukkan refluks isi lambung yang
Banyak studi observasional yang menyatakan berulang mengakibatkan peradangan pada
bahwa anak-anak dan orang dewasa laring posterior, ulserasi kontak dan yang
dengan kelainan refluks gastroesofangeal terakhir terbentuknya granuloma. Kelainan
sering kali disertai dengan penyakit sinusitis pada laring yang dianggap umum terkait
kronik. GERD dan LPR dapat berkontribusi dengan refluks meliputi edema dan eritema
dalam proses pathogenesis sinusitis kronis pada mukosa yang melapisi tulang rawan
dengan menyebabakan sinonasal aritenoid, interaritenoid, dan sering juga
congestion, compromised sinus drainage pada vocal folds (posterior laryngitis).
(gangguan pada drainase sinus) dan proses
inflamasi.
1. Riwayat penyakit,

2. Pemeriksaan fisik: (Pemeriksaan hipofaring, laring) Tanda Hallmark termasuk


eritema dan edema interaritenoid, edema infraglotis, dan ventricular
effacement

3. Tes diagnosis: 24 hour pH monitoring (Normal: pH lambung lebih rendah


dibanding dengan pH di daerah laringofaring)

4. Pemeriksaan laringoskopi fleksibel fiberoptik, videolaringoskopi, video


stroboskopi dan laringoskopi kaku merupakan pemeriksaan yang sensitif
terhadap refluks laringofaring.
 Pada tahun 2002 Belafsky et al
mengembangkan Reflux
Symptom Index (RSI).
 RSI merupakan pertanyaan
survey tervalidasi kepada
pasien yang berisi 9 pertanyaan
yang berhubungan dengan
gejala spesifik LPR.
 Masing – masing pertanyaan
terdapat skor 1-5 bergantung
derajat berat ringannya gejala
yang dialami pasien.
 Jika skor total lebih dari 13
maka hal tersebut
mengindikasikan pasien
tersebut positif pada pada
pemeriksaan pH indikasi LPR.
 Pemeriksaan endoskopi adalah prosedur utama untuk diagnosis LPR. Sebagaimana

dinyatakan di atas, tanda-tanda beberapa iritasi laring posterior biasanya terlihat, dengan

adanya edema dan eritema yang paling berguna untuk diagnosis. Pemeriksaan laring

dengan laringoskopi fleksibel lebih umum digunakan karena ebih sensitive tetapi tidak kurang

spesifik dari pada langoskopi kaku dalam menentukan jaringan yang mengalami iritasi pada

kasus curiga LPR.

 Visualisasi laring dan pita suara untuk tanda-tanda LPR memerlukan pemeriksaan laringoskopi.

Tanda-tanda yang paling berguna dari GERD yang berhubungan dengan radang tenggorok

atau LPR adalah eritema, edema, adanya gambaran bar commissure posterior,

cobblestoning, pseudosulcus vocalis, ulkus, obliterasi ventricular, nodul, polip dan lain-lain
Pada tahun 2002 Belafsky dkk, mengembangkan skala refluks
berdaarkan temuan keparahan klinis. Berikut 8 item yang
dinilai untuk membantu dalam mendiagnosis LPR :

 RFS memiliki 8 koponen


pemeriksaan spesifik
yg mungkin ditemui
pada LPR yang
masing-masing
memiliki skor.
 Jika skor total >7
mengindikasikan
pasien akan positif
pada pemeriksaan pH
indikasi LPR
(A) Pseudosulkus vokalis bilateral (panah).
Perhatikan edema subglotis meluas
melewati plika vokalis. Juga tampak
adanya hipertopi commissure posterior,
edema plika vokalis, edema laring
diffuse.
(B) True sulkus vokalis dari lipatan vocal
kanan (panah). Sulkus terbentuk dari
zona midportion dan terhenti prosesnya
pada aritenoid.

 Pseudosulcus vocalis telah dilaporkan bahwa 90% kasus LPR didapatkan


gambaran tersebut.
 Dalam studi terpisah, pseudosulcus memiliki sensitivitas 70% dan spesifisitas
77% pada pasien dengan LPR.
 Hal ini semakin mndukung bahwa dengan adanya pseudosulcus vocalis
dapat menandakan LPR.
GERD LPR
Heartburn and gastric upset No heartburn and gastric upset
Esophagitis Rarely esophagitis
No laryngitis (unless severe) Always posterior laryngitis
No voice changes Always voice changes
Abnormal lower esophageal sphincter Abnormal Upper esophageal spinchter
Esophagus resistant to acid reflux Larynx very sensitive to acid reflux
Risk of esophagus adenocarcinoma Rare risk of esophageal
adenocarcinoma
No risk of squamous cell carcinoma of Positive risk of squamous cell
larynx carcinoma of larynx
Heals with short course of PPI Requires prolonged use of PPIs
Patient with possible LPR

Lifestyle, Diet, 3 mo follow up


RSI > 13, RFS >7
PPI assessment
Modifikasi lifestyle
 Hindari kafein, coklat, mint, alcohol,
berhenti merokok;
 Membatasi makan makanan gorengan,
berlemak dan pedas;
 Berhenti makan paling tidak 3 jam sebelum
tidur;
 Meninggikan kepala pada saat tidur.
 PPI. Saat ini PPI (omeprazol, lanzoprazol)
dipertimbangkan sebagai pengobatan utama LPR,
PPI optimal diminum 30-60 menit sebelum makan. PPI
mengurangi produksi asam lambung dengan
menghambat pompa proton. Belafsky et al
melakukan studi dan mengemukakan bahwa
setelah pengobatan PPI 2 x per hari selama 4 bulan,
pasien LPR mengalami perbaikan yang pesat.
 Antasid dan antagonis reseptor H2.
 Sukralfat. Untuk melindungi mukosa yang injuri.
 Nissen fundoplication merupakan tindakan pembedahan yang dianjurkan
pada pasien LPR jika tatalaksana medis tidak memberikan perubahan.
Berdasarkan literatur nissen fundoplication dapat memperbaiki tanda dan
gejala LPR sebesar 73-86%.

 Fundoplikasi adalah jenis pembedahan yang membungkus bagian atas


lambung (fundus) di sekitar esophagus bagian bawah untuk membuat katup
antara kerongkongan dan lambung. Hal ini biasanya dilakukan secara
laparoskopi sayatan kecil namun dapat juga dilakukan dengan pembedahan
tradisional dengan sayatan yang luas.
 Pada bayi dan anak – anak LPR dapat menyebabkan:

1. Penyempitan daerah di bawah pita suara

2. Ulkus kontak

3. Infeksi telinga rekuren

4. Penumpukan cairan di telinga tengah yang persisten

 Pada orang dewasa, LPR dapat menimbulkan komplikasi berupa scar di tenggorokan
dan pita suara, ia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker di daerah tersebut,
LPR juga dapat mempengaruhi paru – paru dan dapat meniduksi timbulnya kondisi
asma, emfisema atau bronchitis.

 Kelainan laringofaring akibat GERD, antara lain laringitis (refluks) posterior, globus
faringeus, stenosis laring atau trakea, spasme laring, nyeri tenggorok
› Yunizaf M, Iskandar N. 2014. Penyakit Refluks Gastroesogus dengan Manifestasi
Otolaringologi dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher Ed.7. Jakarta: FKUI. Hlm. 270-273.

› Underbrink M, Quinn FB. Laryngopharyngeal reflux with an emphasis on diagnostic


and theurapeutic considerations. Updated august 25th 2009. Available at
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Laryng-reflux-090825/laryng-reflux-090825.pdf

› Belafsky PC, Rees CJ. Identifying and managinglaryngopharyngeal reflux. July


2007. Available at
http://www.turnerwhite.com/memberfile.php?PubCode=hp_jul07_reflux.pdf

Anda mungkin juga menyukai