Anda di halaman 1dari 33

Dislokasi Bahu

Regina Lasniroha
1865050040
Dislokasi Bahu
Dislokasi adalah keadaan terpisahnya dua
permukaan sendi secara keseluruhan.
Dislokasi bahu adalah keluarnya caput humeri
dari cavitas glenoid
Anatomi
Klasifikasi Dislokasi Bahu
– Dislokasi Bahu Anterior (97%)
– Dislokasi Bahu Posterior (2%)
– Dislokasi Bahu Inferior (1%)
Dislokasi Anterior (97%): Terjadi saat timbul
gerakan abduksi, ekstensi, eksorotasi berlebih
dari artikulasi glenohumeral.
Dislokasi Posterior (2%) : disebabkan karena
adduksi dan endorotasi yang berlebihan
Dislokasi Inferior (1%): akibat suatu tekanan
hiperabduksi yang menyebabkan bagian humerus
menekan melawan akromion. Disebut juga
luxatio erecta
Dislokasi Bahu Anterior
• Dislokasi bahu yang paling sering terjadi (97%)
• Paling sering terjadi pada dewasa muda
(biasanya pada atlet)
Etiologi

Dislokasi bahu merupakan dislokasi yang sering


terjadi, dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
Dangkalnya fossa glenoidalis
Range of Movement yang luas dari art. glenohumeral
Kondisi-kondisi seperti ligamentous laxity atau
dysplasia glenoid
Kerentanan dari sendi saat melakukan aktivitas
tekanan tinggi dari extremitas superior
Mekanisme Cedera
• Rotasi eksternal paksa
dan ekstensi yang
berlebihan dari bahu
• Caput humerus terdorong
ke depan, menyebabkan
robekan pada kartilago
glenoid labrum dan
kapsul dari batas anterior
cavum glenoid (the
Bankart lesion)
Mekanisme Trauma
• Terjadi pada pasien
yang terjatuh dengan
bertumpu pada tangan
dan sendi bahu pada
posisi ekstensi
• Caput humerus
mengalami pergeseran
ke arah medial ke
glenoid, tepat di bawah
processus coracoideus
Diagnosis
• Anamnesis
Pasien mengeluhkan adanya nyeri yang sangat
parah dan penurunan ROM pada ekstremitas
yang terkena
Mekanisme injuri merupakan mekanisme
traumatik (sport, assault, jatuh, kejang,
melempar objek)
Pemeriksaan Fisik
Look
Lengan dalam posisis sedikit abduksi dan eksternal rotasi
Bahu tampak squared-off (box-like) dengan kurang nampaknya kontur
musc. deltoideus dibanding sisi kontralateral
Feel
Caput humeri dapat dipalpasi di bagian anterior (regio subcoracoid,
di bawah clavicula)
Move
Pasien menolak untuk melakukan gerakan abduksi dan rotasi internal
Tangan tidak dapat menyentuh bahu kontralateral
(Dugas Test)
 Pada semua kasus, evaluasi nervus axillaris sebelum
dan setelah melakukan reduksi dengan mengetes
sensasi pinprick pada area “regimental badge” di
deltoid dan palpasi kontraksi deltoid saat berusaha
untuk melakukan abduksi.
 Evaluasi fungsi motorik dan sensorik dari nervus
musculocutaneus dan radialis juga.
 Bandingkan pulsasi radialis bilateral untuk membantu
rule out injuri vascular
Pemeriksaan Radiologi
Foto X-Ray posisi AP, Scapular (‘Y’) dan axillary
diperlukan untuk melihat adanya fraktur dan
pola perubahan sendi
Pada posisi AP, didapatkan gambaran caput
humerus terletak dibawah processus coracoid.
Pada gambaran axillary didapatkan caput
humerus terletak sebelah anterior dari glenoid
Caput humerus dapat dilihat terletak anterior
dari ‘Y’ pada gambaran skapula ‘Y’ lateral
AP-View
Y-View
Axillary - View
Tatalaksana
Metode Stimson
• Pasien ditelungkupkan dan
lengan tergantung di
sebelah tempat tidur. 15-20
menit bahu akan tereduksi
Metode Hipocrates
• Pasien dibaringkan, anggota
gerak ditarik ke atas, dan
caput humerus ditekan
dengan kaki agar kembali ke
tempatnya
Metode Kocher
• Pasien berbaring dan pemeriksa
berada di samping penderita
• Sendi berada dalam posisi fleksi 90
derajat dan dilakukan traksi sesuai
garis humerus
• Kemudian dilakukan rotasi ke arah
lateral dan lengan diadduksi
• Sendi dibawa mendekati tubuh ke
arah garis tengah dan dirotasi ke
medial
• Kurang direkomendasikan  dapat
mengakibatkan cedera pada vaskular
dan nervus
Penanganan Setelah Reposisi
• Lengan diistirahatkan selama 3 minggu (pada
penderita usia dibawah 30 tahun 
mencegah rekurensi) ; hanya 1 minggu (pada
pasien yang lebih dari 30 tahun)
• Melakukan pergerakkan ringan kecuali abduksi
dan rotasi lateral harus dihindari selama 3
minggu
Komplikasi
Komplikasi Awal (Early) Komplikasi Lanjut (Late)
• Rotator cuff tear • Kekakuan pada bahu
• Kerusakan saraf  n • Dislokasi tidak ter reduksi
axillaris paling sering  m • Dislokasi rekuren
deltoid tidak dapat
kontraksi
• Kerusakan pembuluh darah
 a axillaris yang cedera 
terjadi saat melakukan
reduksi
• Fraktur-dislokasi
Dislokasi Posterior

Dislokasi posterior lebih jarang terjadi, jumlahnya kurang


dari 2% dari semua dislokasi sekitar bahu dan biasanya
disebabkan karena adanya trauma langsung pada sendi
bahu dalam keadaan rotasi interna.

Mekanisme Cedera

Gaya tidak langsung yang menghasilkan rotasi internal dan


adduksi berat dapat menyebabkan dislokasi. Keadaan ini
paling sering terjadi pada pasien yang mengalami kejang-
kejang, atau karena sengatan listrik. Dislokasi posterior
dapat terjadi akibat jatuh dengan lengan yang adduksi,
pukulan langsung ke depan bahu
Manifestasi Klinik

Anamnesis  riwayat trauma yang hebat pada bahu,


riwayat terkena aliran listrik.

Pemeriksaan fisik  terlihat lengan dalam posisi adduksi


dan rotasi internal, terkunci di posisi tersebut.

Pergerakan rotasi eksternal mengalami tahanan.

Bagian depan bahu terlihat datar dengan coracoid yang


menonjol, adanya pembengkakan, terlihat pergeseran
posterior.

Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian


belakang sendi.
Pemeriksaan
Radiologis

Pada pemeriksaan rontgen


bagian anteroposterior, kaput
humerus yang berotasi ke
medial, bentuknya menjadi
abnormal (seperti bola lampu
listrik/light bulb) dan terletak
agak jauh dari fossa glenoid
('empty glenoid').

Rontgen lateral dapat


menunjukkan subluksasi atau
dislokasi posterior dan
terkadang menunjukkan lekukan Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb
pada aspek anterior kaput karena adanya rotasi interna humerus.
humerus.
Tata Laksana

biarkan
beberapa
menit agar
Dislokasi akut jika tidak,
kaput
direduksi bahu
humerus Jika reduksi Gerakan
dengan dipertahanka
lepas dan terasa stabil, bahu
menarik n berabduksi
kemudian lengan diperoleh
lengan dan dirotasi
lengan diimobilisasi kembali
sementara ke lateral
diputar ke dalam kain dengan
bahu pada dalam spika
lateral gendongan, latihan aktif.
posisi gips selama
sementara
adduksi 3-6 minggu.
kaput humeri
didorong ke
depan.
Komplikasi

• Dislokasi yang tidak tereduksi.


– Setengah dari pasien dengan dislokasi posterior tidak tereduksi ketika
pertama kali. Kadang-kadang sudah terlewat beberapa minggu atau beberapa
bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Biasanya pasien mempertahankan
lengan dalam posisi rotasi internal  tidak dapat mengabduksi lengan lebih
dari 70-80 derajat, dan jika mengangkat lengan yang terentang ke depan 
biasanya pasien tidak dapat membalikkan telapak tangan ke atas.
– Jika pasien masih muda, atau merasa tidak nyaman dan dislokasi belum lama
terjadi, reduksi terbuka diindikasikan.
• Dislokasi atau subluksasi rekuren  ketidakstabilan posterior yang
kronis pada bahu
• Dislokasi rekuren posterior  lebih jarang ditemukan
Dislokasi inferior
Dislokasi inferior (luxutio erecta), jarang terjadi tetapi merupakan
kondisi dislokasi bahu yang serius. Biasanya terjadi pada trauma pada
kecelakaan bermotor. Dislokasi terjadi dengan lengan di abduksi
/elevasi. Biasanya terjadi pada trauma pada kecelakaan bermotor

Mekanisme cedera
cedera ini disebabkan oleh kekuatan hiper-abduksi dengan humerus
sebagai tuas dan akromion sebagai titik tumpu, kaput humerus
terangkat melintasi inferior rim dari glenoid socket  tetap dalam
posisi subglenoid, dengan poros humerus yang mengarah ke atas.
Cedera jaringan lunak termasuk avulsi dari kapsul dan tendon
sekitarnya, ruptur otot, fraktur glenoid atau humerus proksimal dan
kerusakan pleksus brachialis dan arteri aksila.
Manifestasi klinik

kerusakan
neurovaskular.
Caput humerus
terletak di
bawah axila.

Lengan dalam
posisi terkunci
dan abduksi
hampir
seluruhnya
X ray

Poros humerus
ditampilkan dalam posisi
abduksi dengan kaput
yang terletak di bawah
glenoid. Penting untuk
mencari fraktur terkait
dari glenoid atau
humerus proksimal.

Anda mungkin juga menyukai