Anda di halaman 1dari 40

ENDOMETRIOSIS

Oleh :
Fitriah Hany (1210116273)

Pembimbing :
dr. Dhanny PJ Santoso, Sp.OG
Definisi

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana


jaringan endometrium yang fungsional yaitu kelenjar
dan stroma berada di luar cavum uteri
Common sites of
endometriosis :
(1) ovary
(2) cul-de-sac
(3) uterosacral
ligaments
(4) broad ligaments
(5) fallopian tubes
(6) uterovesical fold
(7) round ligaments
(8) vermiform
appendix
(9) vagina
(10) rectovaginal
septum
(11) rectosigmoid
colon
(12) caecum
(13) ileum
(14) inguinal canals
(15) abdominal scars
(16) ureters
(17) urinary bladder
(18) umbilicus
(19) vulva
INSIDEN/PREVALENSI

Endometriosis terjadi pada 10% wankita selama usia reproduktif.

Prevalensi pada wanita infertile bisa mencapai 25% - 35%

Kasus infertilitas yang dilakukan pemeriksaan laparoskopi ditemukan kurang lebih 20-
50%

Wanita fertil yang dilakukan sterilisasi dengan laparoskopi ditemukan sebesar 22%

Dapat juga ditemukan pada usia perimenopause, menopause dan pascamenopause

Risiko infertilitas pada wanita dengan endometriosis 20 kali lebih besar dibandingkan wanita
tanpa endometriosis

Wanita dengan ibu atau saudara perempuan d/ endometriosis memiliki kemungkinan


berkembangnya endometriosis 6 x lebih banyal dibanding wanita tanpa riwayat keluarga
Etiologi

Ectopic transplantation of endometrial tissue. Terutama :


Metaplasia Coelom
Induction theory - teori retrograd
Haid
Geneti (Sampson)
Hormon - metaplasia
coelomik
Imunologi faktor & inflamasi (Meyer)
Faktor lingkungan & dioxin
Transplantasi ektopik dari jaringan endometrium

Menurut hipotesis Sampson pada tahun 1920,


endometriosis terjadi karena adanya implantasi atau
penempatan sel endometrial karena adanya obstruksi
aliran menstruasi sehingga terjadi regurgitasi transtubal
selama menstruasi

Dan endometriosis ovarium terjadi karena


regurgitasi mentruasi atau karena aliran limfatik dari
uterus ke ovarium .

Faktor resiko terjadinya retrograde menstrual adanya


siklus menstruasi yang pendek, menstruasi berat
dan durasi pengeluaran darah yang memanjang
Coelomic metaplasia

Secara embriologi, epitel germinal dan


peritoneum pelvis berasal dari epitel
coelom

Dilanjutkan dengan adanya transformasi


(metaplasia ) dari epitel coelom menjadi
jaringan endometrium

namun teori ini belum didukung oleh


hasil penelitian yang kuat.
Induction theory

Teori ini merupakan kelanjutan dari teori coelomic


metaplasia

didapatkan bahwa terdapat faktor biokimia endogen


yang dapat menginduksi sel-sel peritoneum yang tidak
berdiferensiasi kemudian berkembang menjadi jaringan
endometrium

Namun teori ini baru didukung oleh penelitian terhadap


kelinci.
Gejala klinis
Diare,
Dyschezia,
disuria,
tenesmus,
Infertilitas
(30-50%)
Deep
dypsreunia
(40-45%)
Nyeri
Pelvik (40-
50%)
Dysmenorrh
ae (60-80%)
Diagnosis

1. Anamnesis
Berdasarkan Gejala
2. Pemeriksaan Fisik
. Inspeksi pada vagina menggunakan spekulum
. Pemeriksaan bimanual dapat menilai ukuran, posisi dan mobilitas
dari uterus.
. Pemeriksaan rektovagina diperlukan untuk mempalpasi ligamentum
sakrouterina dan septum rektovagina untuk mencari ada atau
tidaknya nodul endometriosis.
. Nyeri goyang pada portio.
Diagnosis (cont.)
3. Ultrasonografi (USG)
Hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis
(kista endometriosis) > 1 cm, tidak dapat digunakan untuk
melihat bintik-bintik endometriosis ataupun perlengketan.
Dengan menggunakan USG transvaginal dan transrektal dapat
terlihat gambaran karakteristik kista endometriosis dalam
bentuk kistik dan rectovaginal endometriosis.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Tidak menghasilkan tampilan yang lebih superior
dibandingkan dengan USG. MRI dapat digunakan untuk
melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus
dan septum rektovagina
Diagnosis (cont.)
5. Pemeriksaan serum CA-125
Pada endometriosis terjadi peningkatan kadar CA125. Namun
hasil peningkatan tidak menunjukkan diagnosis pasti karena
CA 125 juga meningkat pada keadaan infeksi radang panggul,
mioma dan trimester awal kehamilan.
6. Bedah laparoskopi
Laparoskopi merupakan alat diagnostik yang merupakan gold
standart untuk mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif yang
baru berwarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah
lama berwarna merah kehitaman. Lesi non aktif trelihat
berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis
yang tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut
endometrioma. Biasanya isinya berwarna coklat kehitaman
sehingga juga diberi nama kista cokelat yang berisi
hemosiderin akibat perdarahan intaovarian sebelumnya.
DIAGNOSA
Anamnesa
Dismenorea
Nyeri pinggul kronik, disparenia, infertilitas

Pemeriksaan fisik
Genitalia eksternal
Serviks tertarik le satu sisi akibat dorongan/tarikan implan di
cavum douglas atau ligamentum uterosakral
Nodul nyeri di daerah cul-de-sac, ligamentum uterosakral,
atau septum rektovaginal
Penebalan dan indurasi ligamentum uterosakral
Nyeri goyang uterus
Massa yang nyeri di adneksa
Uterus terfiksasi ke posterior
DIAGNOSA

Pemeriksaan fisik

Spekulum
Terkadang tampak susukan
berwarna biru khas atau lesi
proliferasi berwarna merah
yang berdarah waktu kontak,
biasanya di forniks posterior
DIAGNOSA

Pemeriksaan
Penunjang

USG : kista endometrioma /


bisa ditemukan massa di
adneksa
Laparoskopi : diagnosa
definitif endometriosis
These dense adhesions
are commonly
associated with
advanced
endometriosis..
Tingkat Keparahan
Diagnosis Banding

Kehamilan ektopik
PID
Interstitial cystitis
Neoplasma ovarium
Adhesi pelvik
Irritable bowel sindrome
Kanker kolon
Diverticular disease
Splenosis
MANAJEMEN
Penentuan terapi terbaik
membutuhkan penilaian terhadap
fungsi reproduksi pasien

Tujuan Terapi:
Menghilangkan jaringan implantasi
endometriosis
Menghilangkan gejala
Mempertahankan atau memperbaiki infertilitas
Menghindari atau menunda terjadinya
rekurensi
Penatalaksanaan
MANAJEMEN
Analgetik (NSAID,
Simtomatik narkotik dosis
rendah)

Supresi ovarium

Pilihan Terapi Surgikal

Kombinasi supresi
ovarium dan surgikal

Stimulasi ovarium
dan atau assisted
reproductive
technologies
TERAPI SIMTOMATIK

Bertujuan bukan untuk menghilangkan


penyakit namun hanya meredakan gejala

Paling bermanfaat bagi pasien dengan


keluhan dismenorea

Menggunakan NSAID dan narkotik dosis


rendah
SUPRESI OVARIUM
Kontrasepsi oral
Penggunaan kontinu selama 3 bulan dilanjutkan
withdrawal dan pengulangan

Progestin (Provera)

Danazol (200-400 mg 2 x sehari)

GnRH agonist
Nafarelin acetate 200 mg nasal spray 2 x sehari
Leuprolide acetate 3,75 mg 1 x sebulan i.m

GnRH antagonist
Antagon dan Cetrotide
Treatment
1. Pengobatan simtomatik
Dengan pemberian analgesik seperti parasetamol 500 mg 3 kali
sehari atau ibuprofen 400 mg 3 kali sehari atau asam mefenamat
500 mg 3 kali sehari.
2. Pil kontrasepsi kombinasi
Pemberian pil kontrasepsi dosis rendah yang mengandung 30-35 g
etinilestradiol yang berfungsi untuk menginduksi amenorea, dengan
pemberian selama 6-12 bulan. Obat ini bekerja dengan cara menekan
LH dan FSH dan juga akan mengurangi aliran menstruasi,
desidualisasi implant endometriosis, dan meningkatkan apoptosis
pada endometrium eutopik.
3. Progestin
Menyebabkan desisualisasi pada jaringan endometrium diikuti
dengan adanya atrofi, menghambat enzim aromatase dan ekspresi
COX-2 dan produksi PGE2 selain itu dapat mengurangi rasa nyeri.
Medroxyprogesterone Acetate (MPA) dimulai dengan dosis 30 mg per
hari dan kemudian ditingkatkan sesuai dengan repson klinis dan pola
perdarahan.
Treatment (cont.)
4. Danazol
Keberhasilan pengobatan danazol disebabkan efek hormonal dan
imunologi. Berfungsi untuk meningkatkan level androgen dalam
jumlah tinggi dan estrogen dalam jumlah yang rendah sehingga
menekan perkembangan endometriosis dengan menginduksi
amenore. Dimulai dengan dosis 400-800 mg per hari, dimulai dengan
memberikan 200 mg dua kali sehari selama 6 bulan.
5. Gestrinon
Bekerja untuk meningkatkan kadar testosteron dan mengurangi
kadar Sex Hormone Binding Globuline (SHBG), menurunkan nilai
serum estradiol ke tingkat folikular awal, mengurangi kadar LH dan
menghambat lonjakan LH. Diberikan dengan dosis 2,5-10 mg dua
sampai tiga kali seminggu selama 6 bulan.
6. Gonadotropin Releasing Hormon Agonist (GnRHa)
Menyebabkan sekresi terus menerus FSH dan LH sehingga hipofisis
mengalami disensitiasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH
mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana
ovarium tidak aktif sehingga tidak terjadi siklus haid.
Treatment (cont.)

7. Aromatase inhibitor
Berfungsi untuk menghambat perubahan C19 androgen menjadi
C18 estrogen.
8. NSAID
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kadar
prostaglandin di cairan peritoneum dan lesi endometriosis pada
wanita dengan endometriosis. Sehingga obat anti inflamasi non
steroid banyak digunakan dalam penatalaksanaan nyeri terkait
endometriosis.
TERAPI SURGIKAL
Laparotomi

Merupakan pilihan pada kasus dengan massa


endometrioma yang besar, kemungkinan
operasi yang sulit (perlengketan usus, dll)

Laparoskopi

Diagnosa definitif endometriosis secara


aman dan efisien
Keuntungan: visualisasi lebih baik, trauma
minimal, waktu penyembuhan lebih singkat
KOMBINASI SURGIKAL &
SUPRESI OVARIUM
Tujuan:

Meningkatkan angka
keberhasilan terapi
Membedakan dengan kista
fungsional
Atrofi jaringan endometriosis
yang metastase
Treatment (cont.)
Pembedahan
Berfungsi untuk menghilangkan gejala, meningkatkan kesuburan,
menghilangkan bintik-bintik dan kista endometriosis serta menahan
laju kekambuhan.
1. Pembedahan konservatif
Bertujuan untuk mengangkat semua sarang endometriosis dan
melepaskan perlengketan dan memperbaiki kembali struktur anatomi
reproduksi. Sarang endometriosis dibersihkan dengan eksisi, ablasi
kauter, ataupun laser. Sementara itu kista endometriosis < 3 cm di
drainase dan di kauter dinding kist, kista > 3 cm dilakukan kistektomi
dengan meninggalkan jaringan ovarium yang sehat. Dapat dilakukan
dengan cara laparotomi atau laparoskopi.
2. Pembedahan radikal
Dilakukan dengan cara histerektomi dan bilateral salfingo-
oovorektomi. Dan selanjutnya diberikan terapi hormonal setelah
oovorektomi dengan memberikan estrogen.
Treatment (cont.)
3. Pembedahan simtomatik
Dilakukan dengan cara pre-sacral neurectomy atau LUNA (Laser Uterosacral
Nerve Ablation). Dengan pembedahan ini diharapkan terputusnya saraf
sensoris sehingga nyeri akan berkurang.
4. Peritoneal endometriosis
Lesi dapat dibuang selama laparoskopi dengan eksisi dengan gunting, bipolar
coagulation, dan metode laser (CO2 laser,potassium-titany-phosphate laser
dan argon laser).
5. Ovarian endometriosis
Endometrioma ovarium dengan ukuran < 3 cm dapat di aspirasi, irigasi dan di
inspeksi dengan ovarian cystoscopy pada lesi intrakistik. Jika > 3 cm harus di
aspirasi, diikuti oleh insisi dan membuang dinding kista dari korteks ovarium.
6. Deep rectovaginal dan Rectosigmoidal Endometriosis
Jika pemeriksaan dan persiapan pre-operative terpenuhi, maka eksisi lengkap
pada rectovaginal endometriosis dapat dilakukan. Reseksi segmental
rectosigmoid dapat dilakukan dengan laparotomi, laparoskopi dengan
intracorporeal suturing dan laparoskopi dengan teknik vaginal.
Bantuan reproduksi dan
endometriosis
Intrauterine Insemination
In Vitro Fertilization
Intracytoplasmic Sperm Injection
Gamete Intrafallopian Transfer
Prognosis

Sulit disembuhkan kecuali jika seorang wanita telah menopause.


Setelah diberikan bedah konservatif, angka kesembuhan 10-20%
per tahun. Jarang terjadi menjadi ganas. Penanganan
endometriosis selain obat obatan juga sebaiknya pola makan juga
diperhatikan karena hal ini dapat membantu kesembuhan
penderita
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai