Disusun oleh:
Seviana Annisa 12100115047
Laila Dinda Nadiyah 12100115054
Preseptor:
PENDAHULUAN
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak
gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu
tidak diduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering
keduanya ada bersamaan pada suatu kasus. Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu
kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan
kematian mendadak dengan terminology ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah
di sini berarti kematian hanya disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun .
PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki- laki dibandingkan pada
perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak
pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki
kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki
lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7 :1 sebelum menopause, dan menjadi 1
: 1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang
Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975)
menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995). Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan
penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban
kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus
tadi penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena trauma akibat
kecelakaan lalu lintas.
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan/usaha
agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang
pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah
dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal
di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival) dimana sebelumnya almarhum
mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang professional yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian tersebut
dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui
oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:
1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang
signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?
2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
keracunan ?
3. Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung koroner) yang rutin
datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ?
4. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit
tersering penyebab natural sudden death ? Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada
kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan
harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan
surat kematian.
LESI PENYEBAB
Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar
terdiri dari 3 golongan :
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan perlahan
atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan suatu gejala
renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital yang tiba-tiba. Salah
satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah kematian mendadak akibat
penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti dengan
perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya aneurisma aorta
dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya aneurisma pada sirkulus
Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan penyakitnya
berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna sampai terjadi
kematian. Contohnya adalah endokarditis bacterial atau obstruksi mendadak usus karena
volvulus.
Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar adalah proses
interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang ditemukan secara anatomis,
patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap
mematikan bagi korban.
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas :
Aspek medikolegal
• Bab I pasal 1 nomor 24 KUHAP
– Definisi laporan
• Bab XIV pasal 103 ayat 2 KUHAP
– Bentuk laporan
• Pasal 133 ayat 1 dan 2 KUHAP
– Permintaan keterangan ahli
– Dibuat tertulis
• Bag 18 UU no.36 tahun 2009 Tentang kesehatan
– Pasal 117
• Mati klinis, mati batang otak
– Pasal 118
• Identifikasi
– Pasal 119 ayat 2, 3, 4
• Bedah klinis untuk COD
• Dilakukan atas permintaan dan ijin tertulis
• Suspicious, bisa tanpa ijin
• Pasal 121 ayat 1 dan 2
– Bedah klinis sebagai kewenangan dokter
– Kewajiban dokter melapor pada suspicious death
• Pasal 122 ayat 1 dan 2
– Tentang bedah forensik
– Kewenangan dokter forensik/dokter (jika dr forensik (-) dan rujukan (-))
Pembiayaan
• Pasal 122 ayat 3
– Tanggung jawab pemerintah dan pemda di wilayahnya
• Pasal 125
– Tanggung jawab pemerintah, melalui APBN dan APBD
REFERENSI
1. Knight B. Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. New York : Arnold, 1997 :
105 – 20.
2. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal Medicine. Pathology and
toxicology. 2 nd edition. New York : Appleton century croft. 1954 :102 – 51.
3. Di Maio DJ, Di Maio VJM. Forensic Pathology. Florida : CRC Press. 2000 : 43 – 86.
4. Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths while
driving with forensic autopsy findings. Available from : http: www-
nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.
5. Knight B. Forensic Pathology. Second Edition. New York : Oxford University Press.
1996 : 487 – 516.
6. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI.1997