Anda di halaman 1dari 10

CLINICAL SIENCE SESSION

ASPEK MEDIKOLEGAL KEMATIAN MENDADAK AKIBAT PENYAKIT

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman

Disusun oleh:
Seviana Annisa 12100115047
Laila Dinda Nadiyah 12100115054

Preseptor:

dr. Arya Yudhistira, SpF

SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET GARUT
2017
ASPEK MEDIKOLEGAL KEMATIAN MENDADAK

PENDAHULUAN

Kematian mendadak akibat penyakit seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi


penyidik, masyakat atau keluarga , khususnya bila yang meninggal adalah orang yang cukup
dikenal oleh masyarakat , orang yang meninggal di rumah tahanan dan ditempat-tempat umum
seperti : Hotel, cottege, terminal, cattage, motel, atau di dalam kendaraan. Kecurigaan adanya
unsur kriminal pada kasus kematian mendadak terutama disebabkan masalah TKP (tempat
kejadian perkara) yaitu bukan di rumah korban atau di rumah sakit melainkan di tempat umum
karena alasan tersebut kematian mendadak termasuk kasus forensic walaupun hasil otopsinya
menunjukan kematian diakibatkan oleh misalnya penyakit jantung koroner, perdarahan otak atau
pecahnya
berry aneurisma. Penentuan sebab kematian menjadi penting terkait dengan kepentingan hukum,
perubahan status almarhum dan keluarganya, serta hak dan kewajiban yang timbul dari
meninggalnya orang tersebut. Autopsi sebagai suatu jalan penentuan sebab kematian merupakan
pilihan solusi saat berhadapan dengan suatu kematian mendadak.

Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak
gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu
tidak diduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering
keduanya ada bersamaan pada suatu kasus. Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu
kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan
kematian mendadak dengan terminology ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah
di sini berarti kematian hanya disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun .

PREVALENSI

Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki- laki dibandingkan pada
perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak
pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki
kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki
lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7 :1 sebelum menopause, dan menjadi 1
: 1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang
Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975)
menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995). Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan
penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban
kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus
tadi penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena trauma akibat
kecelakaan lalu lintas.

PENGGOLONGAN KEMATIAN ALAMIAH

Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:


1. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan emosi
mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas fisik, dimana cara mati dapat
lebih mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan
yang dilakukan oleh dokter ( Attendaned Physician).
2. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan seringnya
diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam perawatan atau
pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi
yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian. Pada kematian
alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan lebih mudah ditegakkan, dan
kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil. Pada kematian alamiah kategori
kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan agar cara kematian dapat ditentukan
dan kematian alamiah dan tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan cara apakah
kekerasan atau racun ikut berperan dalam menyebabkan kematian. Pada kematian
alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih mencurigakan, polisi akan
mengadakan penyidikan dan membuat surat permintaan visum et repertum. Pada keadaan
ini hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan
keluarga akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan hukum.
ASPEK MEDIKOLEGAL NATURAL SUDDEN DEATH

Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan/usaha
agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang
pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah
dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal
di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival) dimana sebelumnya almarhum
mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang professional yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian tersebut
dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui
oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:
1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang
signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?
2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
keracunan ?
3. Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung koroner) yang rutin
datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ?
4. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit
tersering penyebab natural sudden death ? Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada
kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan
harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan
surat kematian.

LESI PENYEBAB
Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar
terdiri dari 3 golongan :
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan perlahan
atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan suatu gejala
renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital yang tiba-tiba. Salah
satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah kematian mendadak akibat
penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti dengan
perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya aneurisma aorta
dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya aneurisma pada sirkulus
Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan penyakitnya
berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna sampai terjadi
kematian. Contohnya adalah endokarditis bacterial atau obstruksi mendadak usus karena
volvulus.

Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar adalah proses
interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang ditemukan secara anatomis,
patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap
mematikan bagi korban.
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas :

1. Penyakit jantung dan pembuluh darah


 Penyumbatan arteri koroner
 Lesi miokard, katup jantung, endocardium dan pericardium
 Penyakit jantung kongenital
 Lesi aorta
2. Penyakit respirasi
 Lesi yang menyebabkan asfiksia
 Perdarahan dari jalan nafas
 Pneumothorax
 Infeksi paru

3. Penyakit otak dan lesi intrakranial lain


4. Penyakit saluran cerna dan urogenital
 Perdarahan ke dalam saluran cerna
 Perdarahan intra-abdomen
 Syok
 Infeksi peritoneum
 Lesi urogenital
5. Lain-lain
 Addison disease
 Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan hiperadrenalin
 Senile marasmus
 Diabetes melitus
 Hemochromatosis
 Discrasias darah
 Status lymphaticus
 Hipertiroid
 Malaria
 Deformitas berat dari spinal
 Perdarahan dari ulcus varises di kaki
 Penyebab yang belum dapat ditentukan
6. Anak
 Anomali kongenital
 Penyakit infeksi
 Konvulsi dengan asfiksia
 Penyakit defisiensi

PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab terbanyak yang terdeteksi dalam
kematian mendadak, menyebabkan kematian 300.000 sampai 400.000 setahun di Amerika.

Penyakit Arteri Koroner


Arteri koroner adalah pembuluh darah yang memberi makan jantung, sehingga kerusakan
pada arteri koroner akan sangat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan hidup jantung. Stenosis
dari koroner oleh ateroma sangat sering terjadi, konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah
ke otot jantung yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara.

1. Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama yang mengakibatkan iskemia


kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah stenosis. Otot jantung yang
mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel, terutama pada
adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
2. Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan kematian otot jantung
yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah atau hancur, mengisi sebagian
atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol, lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini
akan terbaca ke arah distal pembuluh darah dan pada percabangan pembuluh darah
menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari
plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah.
Komplikasi lain adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak, membesarkannya
secara tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
3. Trombosis koroner
4. Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total dari pembuluh
darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan tidak cukup memberi darah
pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih
dari atau sama dengan 70%.
5. Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah mengurangi fungsi
jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak dapat berkontraksi atau
menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark yang dapat dilihat dengan mata secara
makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak, karena perlu beberapa jam agar
oklusi jantung menjadi jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat
setelah otot menjadi iskemik.
6. Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak karena
hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita tua,
yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark
dan bagian otot yang infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada septum
interventrikuler, menyebabkan ”left-right shunt” pada jantung.
7. Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena miokardium tidak
dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di ventrikel kiri dapat kemudian
membengkak karena tekanan yang tinggi selama systole membentuk aneurisma jantung
yang mengurangi fungsi jantung.
8. Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan
bahkan kematian.

Aspek medikolegal
• Bab I pasal 1 nomor 24 KUHAP
– Definisi laporan
• Bab XIV pasal 103 ayat 2 KUHAP
– Bentuk laporan
• Pasal 133 ayat 1 dan 2 KUHAP
– Permintaan keterangan ahli
– Dibuat tertulis
• Bag 18 UU no.36 tahun 2009 Tentang kesehatan
– Pasal 117
• Mati klinis, mati batang otak
– Pasal 118
• Identifikasi
– Pasal 119 ayat 2, 3, 4
• Bedah klinis untuk COD
• Dilakukan atas permintaan dan ijin tertulis
• Suspicious, bisa tanpa ijin
• Pasal 121 ayat 1 dan 2
– Bedah klinis sebagai kewenangan dokter
– Kewajiban dokter melapor pada suspicious death
• Pasal 122 ayat 1 dan 2
– Tentang bedah forensik
– Kewenangan dokter forensik/dokter (jika dr forensik (-) dan rujukan (-))
Pembiayaan
• Pasal 122 ayat 3
– Tanggung jawab pemerintah dan pemda di wilayahnya
• Pasal 125
– Tanggung jawab pemerintah, melalui APBN dan APBD
REFERENSI
1. Knight B. Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. New York : Arnold, 1997 :
105 – 20.
2. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal Medicine. Pathology and
toxicology. 2 nd edition. New York : Appleton century croft. 1954 :102 – 51.
3. Di Maio DJ, Di Maio VJM. Forensic Pathology. Florida : CRC Press. 2000 : 43 – 86.
4. Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths while
driving with forensic autopsy findings. Available from : http: www-
nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.
5. Knight B. Forensic Pathology. Second Edition. New York : Oxford University Press.
1996 : 487 – 516.
6. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI.1997

Anda mungkin juga menyukai