Anda di halaman 1dari 71

CHF FC CLSS III-IV

RSUD 45 KUNINGAN
2019
CASE REPORT SESSION
CHF FC CLASS III-IV e.c CAD

Di susun oleh :
dr. Fitriah Hany

DPJP:
dr. Armand Ruhukail, SpJP

Pembingbing
dr. Yanti Dana
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. S
• Usia : 66 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
Autoanamnesis

• Pekerjaan : Buruh
• Status Pernikahan : Sudah menikah
• Alamat : Cikijing
• Pendidikan : SD
• Suku bangsa : Sunda
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk : 13 Januari 2019
• Tanggal Pemeriksaan : 14 Januari 2019
ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Sesak Napas sejak 1 hari SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang


memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak napas dirasakan
terus menerus. Sesak napas tetap dirasakan meskipun
sudah dalam posisi terduduk dan tidak bisa tidur karena
sesaknya. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan
mual. Kaki pasien bengkak sejak 5 hari SMRS dan
menyangkal ada bengkak di bagian tubuh yang lain.
Pasien juga menyangkal ada nyeri dada.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sebelumnya sesak telah dirasakan sejak 3 minggu


SMRS. Sesak napas muncul bila melakukan aktifitas
ringan seperti berjalan ke kamar mandi di rumah pasien
yang berjarak ± 10 meter dari kamar pasien. Pasien
mengatakan sesak apabila berbaring dan biasa
menggunakan 3-4 bantal untuk tidur dan mengeluh tidur
tidak nyenyak karena sesak sehingga sering terbangun
saat malam hari.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama


namun disertai nyeri dada 2 bulan yang lalu dan dirawat di
RSUD 45 selama 5 hari, dokter mengatakan pasien
memiliki penyakit jantung, setelah dirawat pasien kontrol
ke poli jantung dan diberikan obat namun setelah obat abis
pasien tidak kontrol lagi. pasien juga memiliki darah tinggi
namun tidak rutin meminum obatnya. Pasien merupakan
perokok, pasien sudah mulai merokok dari umur 22 tahun
setiap hari 4-6 batang namun sudah berhenti 6 bulan yang
lalu.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Sesak napas tidak disertai dengan bunyi mengi.


Pasien juga menyangkal sesak napas dipengaruhi oleh
cuaca, debu, serbuk, rokok, dan alergi. Pasien
menyangkal demam, batuk lama. Tidak ada gangguan
pada BAB dan BAK. Pasien tidak merasakan adanya dada
berdebar dan pingsan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat darah tinggi tetapi • riwayat penyakit


tidak rutin minum obat jantung 3 bulan
yang lalu- tidak
kontrol setelah
oabt habis
• Riwayat kencing manis
disangkal
• Riwayat penyakit hati
disangkal • Riwayat stroke disangkal
• Riwayat asma atau sesak • Riwayat penyakit TBC
disangkal disangkal
• Riwayat penyakit ginjal • Riwayat alergi obat
disangkal
disangkal
RIWAYAT
KELUARGA

• Riwayat darah tinggi disangkal


• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat asma disangkal
• Riwayat penyakit hati disangkal
• Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga
disangkal
RIWAYAT KEBIASAAN

• Kebiasaan merokok sejak umur 25 tahun


sehari 4-7 batang
• Kebiasaan pasien jarang berolahraga
• Kebiasaan makan makanan berlemak
seperti gorengan
• Kebiasaan minum jamu disangkal
• Kebiasaan menggunakan obat-obatan
yang disuntik disangkal
• Kebiasaan minum alkohol disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

(14-01-2019 pkl 13.10)  Cempaka


• Keadaan umum : sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
• Warna kulit : cokelat muda
• Tanda-tanda vital :
• Tekanan darah : 140/90mmHg • Berat badan : 50 kg
• Laju nadi : 100x/ menit • Tinggi badan : 158 cm
regular, equal, isi cukup • IMT : 20,7 kg/ m2
• Laju napas : 25x/ menit • Status gizi : Normal
• Suhu : 36,5oC
PEMERIKSAAN
FISIK

• Kepala : normocephali, deformitas (-)


• Wajah : Simetris
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik-/+- pupil
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+
• Telinga : deformitas (-), sekret -/-
• Hidung : deviasi septum (-), sekret -/-, massa -/-, PCH -/-
• Mulu t : mukosa oral basah,
• Leher : Trakea di tengah, JVP = 5 + 3 cmH2O, KGB
tidak teraba membesar
PEMERIKSAAN
FISIK
• Paru
• Inspeksi : Gerakan nafas tampak simetris
tidak ada retraksi intercostal, barrel
chest (-)
• Palpasi : gerak napas teraba simetris, fremitus
taktil sama antara paru kanan/normal
• Perkusi : sonor +/+ pada seluruh lapang paru,
BPH di ICS V linea mid clavicular
dextra dengan peranjakan (+) 1 jari
• Auskultasi: VBS +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
PEMERIKSAAN
FISIK

• Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis teraba pada pada ICS V mid
klavikularis sinistra 1 jari ke arah lateral
• Perkusi :
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS VI linea axillaris anterior sinistra
• Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (+), gallop (-)
PEMERIKSAAN
FISIK

• Abdomen
• Inspeksi : tampak datar, jaringan parut (-)
• Auskultasi : bising usus dalam batas normal
• Perkusi : timpani di seluruh regio
abdomen, shifting dullness (–)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar
teraba 1 cm di bawah arcus costae,
limpa tidak teraba, undulasi (-)
PEMERIKSAAN
FISIK

• Punggung
• Inspeksi : Gerakan nafas tampak simetris
• Palpasi : fremitus taktil normal
• Perkusi : sonor +/+, nyeri ketok CVA -/-
• Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

• Ekstremitas
• akral hangat, edema pitting(-/-/+/+)
SARAN PEMERIKSAAN

• Darah lengkap
• Troponin I
• EKG
• Ro Thorax
• Echocardiography
• Angiografi
• BNP
• Konsul dr. SpJP setelah ada hasil
laboratorium, EKG, Ro thorax
DIFFRENTIAL
DIAGNOSIS
CHF FC III-IV dd
Acute lung oedema
CAD
13 -01-2019
Parameter Hasil Nilai rujukan

Hematologi Rutin
Hemoglobin 14 g/dL 14-18
Hematokrit 47 % 40-54
Leukosit 5,9 ribu/uL 4.000-10.000
Trombosit 343 ribu/uL 150-450 ribu
Eritrosit 3,13 juta/Ul 4.0-10.0
MCV 88.3 80-96
MCH 28.8 28-33
MCHC 32.6 33-36

Kimia Klinik
Kimia Rutin
GDS 84 mg/dL 70-120
SGOT 30 U/L <34
SGPT 45 U/L <40
Ureum 71 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.16 mg/dL 0.6-1.5
P. Elektrolit
Natrium 136 mmol/L 134 mmol/L 135-145
Kalium 5.2 mmol/L 3.3 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 112 mmol/L 95 95-110
EKG
Interpretasi EKG

Irama Sinus rhtym

frekuensi 100x/menit

Regularitas Regular

Axis Lead I negative,


avF Positif
: RAD

Kompleks QRS Gelombang S V1 + R V6 > 35 mm = LVH


R>S di VI ,
gel S menetap di V5/V6 = RVH
Terdapat M shape di V1 : RBBB

ST Segment ST depresi di lead II, III, V2,V3

Kesan : LVH, RVH, RBB, Consider inferolateral iskemia


RONTGEN THORAX (13-01-19)

Thorax :
Cor membesar ke lateral kiri dengan apex
tertanam pada diafragma

Pulmo :
Hili normal
Corakan bronkhovaskular bertambah
Tidak tampak infiltrat

Diafragma : normal
Sinus costophrenikus kanan tajam, sinus
costrophrenikus kiri sulit dinilai

Kesan:
Cardiomegali tanpa bendungan paru
ECHOCARDIOGRAPHY (16-01-19)

Conclusion :
Heart Failure
LV Disfunction
CAD
RESUME

Laki-laki berusia 66 tahun datang ke RSUD 45 Kuningan dengan


dyspnea memberat sejak 1 hari SMRS. Dyspnea dirasakan terus menerus
dan dirasakan sejak 3 minggu lalu. Terdapat juga keluhan Dyspnea on
exertion, paroxysmal nocturnal dyspnea, ortopnea. Terdapat keterbatasan
dalam melakukan aktivitas ringan seperti jalan ke kamar mandi dengan
jarak 6-10 meter . Pasien juga mengeluh edema kedua tungkai sejak 5
hari SMRS. Keluhan angina pectoris tidak ada. Mengeluh mual namun
muntah tidak ada.
Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama karena penyakit
jantung 3 bulan yang lalu dan di rawat di RSUD 45 5 hari namun tidak
kontrol ketika obat habis. Riwayat HT tidak terkontrol, dan pasien memiliki
kebiasaan merokok 4-6 batang perhari sejak usia 25 tahun.
Pemeriksaan fisik didapatkan
RESUME

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

•Tekanan Darah : 140/90 mmHg • Troponin I : 0.13


•Respiratory rate : 36x/menit • Ro Thorax : cardiomegali tanpa
•Thorax bendungan paru
•Palpasi : • EKG : LVH, RVH, RBBB, infark
•apeks jantung teraba pada pada ICS V inferolateral
linea midclavicular sinistra 1 jari ke arah • Echocardiography: Heart
lateral Failure, LV Disfunction, CAD
•Perkusi :
• Batas atas : ICS IV linea parasternalis
sinistra
• Batas kanan: ICS V linea parasternalis
sinistra
• Batas kiri : ICS VI linea axillaris
anterior sinistra
• Ekstremitas : edema pitting(-/-/+/+)
DIAGNOSIS KERJA
1. CHF NYHA FC II-III e.c CAD

3. Hipertensi grade 1
NON - MEDIKAMENTOSA

Posisi berbaring setengah duduk

O2 2-4 L/menit
Restriksi cairan
Tirah baring
MEDIKAMENTOSA

IVFD Asering + Aminophillin 2 amp/24


jam

Bolus Aminophillin ½ amp +


10cc aquades cc

Furosemide 2 x 1 amp iv  2
ampule extra

Ramipril 1 x 2,5 mg po
Renapar 2x1 tab po

Aspilet 4 tab GT  2x1 tab po

Clopidogrel 4 tab GT  1x1 tab po

Lansoprazole 1x1 iv

Sucralfat 3x2 Cth po


• Letonal 1 x 25 mg
FOLLOW UP- SENIN 14-01-19 H+2
S O A P

Sesak (+) , KU : sakit sedang, kesadaran : -CHF FC III-IV ec IVFD Asering +


Compos Mentis
badan lemas, TTV : Tekanan darah 140/90 mmHg, CAD Aminophillin 2 amp/24
mual (+), nyeri Nadi : 100 x/menit, jam
Napas : 24 x/menit, Suhu : 36.5 C Bolus Aminophillin ½
ulu hati (+), Leher : JVP -HT Grade I
5+3 cmH2O amp + 10cc aquades
pusing (+) Jantung : cc
Inspeksi : ictus cordis tidak Furosemide 2 x 1 amp
tampak
Palpasi : apeks iv
jantung teraba pada pada ICS V Ramipril 1 x 2,5 mg po
linea midclavicular sinistra 1 jari ke Renapar 2x1 tab po
arah lateral
Perkusi : Aspilet 4 tab GT  2x1
Batas atas : ICS III linea tab po
parasternalis sinistra Clopidogrel 4 tab GT
Batas kanan : ICS V linea sternalis
dextra  1x1 tab po
Batas kiri : ICS VI linea
midclavicular sinistra
Auskultasi : murmur (+)
Ekstremitas : edema pitting (+/+),
RABU 16-01-19 H+4
S O A P

sesak sudah KU : sakit sedang, kesadaran : -CHF FC III-IV ec IVFD Asering +


Compos Mentis
berkurang, TTV : Tekanan darah 130/90 mmHg, CAD Aminophillin 2 amp/24
bengkak Nadi : 87 x/menit, jam
Napas : 22 x/menit, Suhu : 36.6 C Bolus Aminophillin ½
berkurang Leher : JVP 5+3 cmH2O -HT Grade I
Jantung : amp + 10cc aquades
Inspeksi : ictus cordis tidak cc
tampak Furosemide 2 x 1 amp
Palpasi : apeks jantung teraba pada
pada ICS V linea midclavicular iv
sinistra 1 jari ke arah lateral Ramipril 1 x 2,5 mg po
Perkusi : Renapar 2x1 tab po
Batas atas : ICS III linea
parasternalis sinistra Aspilet 4 tab GT  2x1
Batas kanan: ICS V linea sternalis tab po
dextra Clopidogrel 4 tab GT
Batas kiri : ICS VI linea
midclavicular sinistra  1x1 tab po
Auskultasi : murmur (+)
Ekstremitas : edema pitting (+/+),
PROGNOSIS

1. Quo ad vitam : dubia ad bonam


2. Quo ad functionam : dubia ad malam
3. Quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
GAGAL JANTUNG
Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan
patofisiologis di mana jantung tidak mampu
memompa darah secukupnya dalam memenuhi
kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme jaringan tubuh sedangkan
tekanan pengisian ke dalam cukup.
.
GAGAL JANTUNG
Definisi
Suatu sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala) akibat kelainan struktural atau fungsional
jantung yang ditandai dengan gejala gagal jantung:
sesak napas atau lelah bila beraktivitas berat dan
dapat muncul saat istirahat, tanda-tanda retensi cairan
seperti edema pergelangan kaki, kongesti paru, bukti
obyektif kelainan structural atau fungsional saat
istirahat.
EPIDEMIOLOGI
670.000 kasus HF/ tahun di Amerika Serikat
Kematian sekitar 34% dari semua penyakit jantung
1-2% dewasa di negara berkembang
Meningkat 10% pada >70 tahun
Risiko usia 55 tahun, 33% laki-laki 28% perempuan
FR
Gangguan jantung kongenital atau herediter
Memiliki kebiasaan yang dapat memicu dislipidemia atau
penyebab penyakit jantung laiinya
Hipertensi kronik
Memiliki penyakit jantung
Memiliki penyakit paru obstruktif
ETIOLOGI
Kelainan Peningkatan beban kontraksi vent.
mekanis (hipertensi pulmonal, stenosis
aorta, stenosis pulmonal)
Peningkatan beban volume
(regurgitasi aorta, mitral, trikuspid,
dan shunt: ASD, VSD, PDA)
Obstruksi terhadap pengisian
ventrikel (stenosis mitralis atau
trikuspidalis)
• Iskemik miokardium
Kelainan • Miokarditis
miokardium • Kardiomiopati
• Kelainan metabolik

Berubahnya • Henti jantung


irama
• Fibrilasi
jantung atau
urutan • Takikardi atau bradikardi yang
konduksi berat
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Ejeksi Fraksi
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Posisi anatomi
3. Gagal jantung sistolik dan Diastolik

gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan


kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung
menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala
hipoperfusi lainnya.

gagal jantung diastolik adalah


gangguan relaksasi dan pengisian jantung
ventrikel atau gagal jantung dengan ejeksi
fraksi > 50%.
3. Gagal jantung sistolik dan Diastolik

gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan


kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung
menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala
hipoperfusi lainnya.

gagal jantung diastolik adalah gangguan


relaksasi dan pengisian jantung ventrikel atau
gagal jantung dengan ejeksi fraksi > 50%.
4. Gagal jantung low output dan high output

Low output : pasien dengan cardiac output normal saat


istirahat tetapi gagal mengalami peningkatan saat latihan.
Contoh: penyakit jantung iskemi, hipertensi, penyakit valvular
dan kelainan katup dan pericardium, kardiomiopati

High-output : ditemukan pada penurunan resistensi


vaskular sistemik dimana cardiac output tidak melebihi batas
atas normal, tetapi dapat jatuh ke batas normal. Contoh:
Hipertiroidisme, anemia, pregnancy,
5. Gagal jantung akut & kronis

Gagal jantung akut adalah timbulnya sesak napas secara cepat <
24 jam akibat kelainan fungsi jantung, gangguam fungsi sistolik dan distolik
atau irama jantung. contohnya: robekan daun katup tiba-tiba akibat
endocarditis, trauma atau infark miokard luas. curah jantung tiba-tiba
menurun menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema
perifer

Gagal jantung kronis adalah sindrom klinis yang kompleks


akibat kelainan structural atau fungsional yang mengganggu
kemampuan pompa jantung atau mengganggu kemampuan
pengisian jantung. contohnya kardiomiopati dilatasi atau
kelainan multivalvular, kongesti perifer. tekanan darah masih
terpelihara dengan baik.
PATOGENESIS

Hipotesis backward failure: apabila ventrikel gagal


untuk memompakan darah maka darah akan terbendung
dan tekanan di atrium serta vena-vena di belakangnya
akan naik.
Hipotesis forward failure: manifestasi gagal jantung
timbul akibat berkurangnya aliran darah atau cardiac
output ke sistem arterial sehingga terjadi pengurangan
perfusi pada organ-organ yang vital dengan segala
akibatnya
DIAGNOSIS (KRITERIA
DIAGNOSIS)
Framingham

• PND/Orthopnea
• JVP meningkat
• Ronki Basah tidak nyaring
Kriteria • Kardiomegali
• Diagnosis
Mayor: Edema paru akut
ditegakkan
• Irama derap S3
dari dua
• Peningkatan tekanan vena >16 cm H2) kriteria
• Refluks hepatojugular mayor, atau
satu kriteria
mayor dan
• Edema ankle dua kriteria
• Batuk malam hari minor yang
• Dyspneu d’effort ada pada
Kriteria • Hepatomegali saat
Minor: • efusi pleura bersamaan
• Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimal
• takikardia (>120x/menit)
Pada EKG  gambaran sesuai penyebab
Foto thorax  pembesaran jantung dan opasifikasi hilus
yang bisa mencapai apek paru serta efusi pleura
Ekokardiografi :
Fraksi ejeksi <35-40%  disfungsi sistolik, kelainan
katup/PJK/Shunt
Fraksi ejeksi >40-50%  LVH  HHD; HCM (Hypertensi
cardiomyopathi) /Amiloid
Perikard  Efusi /tamponade;
Perikarditis
Kateterisasi angiografi
Laboratorium
• Hb
• Leukosit
• Elekrolit, khususnya Natrium-kalium
• Ureum-kreatinin
• SGOT-SGPT-Bilirubin
Gambaran radiologis
Kardiomegali dengan atau tanpa bendungan paru
Elektrokardiografi
Echocardiography
PENATALAKSANAAN NON
FARMAKOLOGIS

• Edukasi tentang gejala dan pengobatan


• Penyesuaian kemampuan fisik dengan profesi
• Diet rendah garam, hindarkan obesitas, asupan cairan
yang cukup
• Hentikan kebiasaan merokok dan alkohol
• Aktivitas fisik jalan kaki/sepeda statis 3—5 kali/minggu
dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal
PENATALAKSANAAN
1.Obat untuk menurunkan preload: diuretik
Yang digunakan adalah furosemid 40-80 mg. MOA:
menghambat reabsorbsi Na&Cl di ascending loop of henle

2. Obat untuk menurunkan afterload: ACE inhibitor dan vasodilator


Kaptopril sebaiknya dimulai dari dosis kecil 6,25 mg. Jika tidak ada efek
samping dapat ditingkatkan perlahan-lahan sampai 3x25-100 mg.
Vasodilator:
Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2 – 2 ug/kgBB/menit IV
Nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit IV
ISDN 10-40 mg peroral atau 5-15 mg sublingual setiap 4-6 jam.
Dosis dimul;ai dari 3x10-15 mg.
PENATALAKSANAAN

3. Obat untuk memperbaiki kontraktilitas jantung: digitalis


dosis digitalis: Digoksin oral untuk respon cepat 0,5-2 mg dalam 4-
6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg per
hari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginajl, dosis disesuaikan.
PENATALAKSANAAN
4. Positive inotropic agent
Contoh : Beta Adrenergic Agonist (Dopamine / Dobutamine)
(MoA :meningkatkan availabilitas dr kalsium intraselular,
meningkatkan kontraksi ventricular melalui mekanisme Frank
Starling, sehingga SV & CO meningkat pula.

5. Negative inotropic agent


Beta Blockers
Contoh : Popanolol (digunakan pada jantung yang sudah
berkuarnan sensitivitasnya terhadap beta adrenergic. Hal ini
dapat memberikan stimulasi positif dengan menutup sebagian
reseptor secara sementar. Penggunaan harus dengan
pengawasan ketat karena ada efek inotropic negatifnya.
PENATALAKSANAAN

6. Chronic Anticoagulation dan antiplatelet (untuk


mencegah terbentuknya thrombus)
Kondisi risiko diuretik B-blocker ACE Antagonis CCB Antagon
tinggi dgn indikasi inhibitor Reseptor AII is
compelling aldoster
on

Gagal jantung √ √ √ √ √

OMI √ √ √

Risiko tinggi √ √ √ √
penyakit koroner

DM √ √ √ √ √

Penyakit ginjal √ √
kronik

Pencegahan stroke √ √
berulang
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai