PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator sosial yang sangat
penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan kematian bayi dan untuk
melihat status kesehatan ibu dan anak (Kosim. M, 2003).
Berdasarkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia
neonatorum dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia neonatorum merupakan
penyebab ketiga kematian setelah prematur dan infeksi (Arixs, 2006).
Sebagian kasus asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia
intra uterin. Setelah bayi lahir, diagnosis asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan
APGAR SCORE . Penilaian penggunaan APGAR SCORE masih digunakan, karena
dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan pada bayi pun
dapat disesuaikan dengan keadaan bayi (Mochtar, 2002)
Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan
Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini tampak dari
masih tingginya angka kematian neonatal. Menurut data Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), menyebutkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah
satunya asfiksia (27%) yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah
BBLR.
Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan.
Demikian halnya dengan asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh
manajamen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu
untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Kurangnya asupan kalori dan
nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. Hampir
tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila ibu
mendapatkan nutrisi yang cukup, pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang profesional
(Leonardo, 2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
mengetahui “Gambaran Karakteristik Kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia pada
Persalinan Pervaginam di RSIA Budi Kemuliaan Bulan Januari - Februari Tahun 2012”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimanakah Gambaran Karakteristik Kasus Bayi Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
pada Persalinan Pervaginam di RSIA Budi Kemuliaan Bulan Januari - Februari Tahun
2012”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik kasus bayi asfiksia pada persalinan
pervaginam di RSIA Budi Kemuliaan Bulan Januari - Februari Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berdasarkan klasifikasi
asfiksia.
b. Untuk mengetahui kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berdasarkan penyulit /
komplikasi selama persalinan.
c. Untuk mengetahui kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berdasarkan jenis
persalinan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai bahan bacaan mahasiswa akbid di perpustakaan dan sebagai bahan masukkan
bagi peneliti dimasa yang akan datang.
2. Sebagai bahan masukkan bagi tenaga kesehatan khususnya tentang asfiksia.
3. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam penerapan ilmu yang
di dapat selama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI ASFIKSIA
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernafasan normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena adanya
obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya
sirkulasi (Muhammad, 2007).
Dari sumber lain menyebutkan asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
bernafas spontan dan teratur, sering kali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Ada lagi sumber lain yang menyebutkan
asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat, menurunkan O2 dan semakin meningkatkan CO2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2002).
Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilisasi akibat pemberian obat analgetik
atau anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke plasenta dan janin. Misalnya :
gangguan kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat),
hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit
eklampsi.
2. Faktor Placenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta.
Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya :
solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
a. Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan
kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru.
5. Faktor Persalinan
a. Partus lama
b. Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi) (Sarwono, 1999).
C. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Score
Tanda
0 1 2
Apperance Biru pucat Tubuh Tubuh dan
(warna kulit) kemerahan, ekstremitas
ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada ≤100 x/menit ≥ 100 x/menit
(Denyut nadi)
Grimace Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat dan
(refleks) menagis
Activity Lumpuh Gerakan lemah Gerakan aktif
(tonus otot)
Respiratory Tidak ada Lambat Teratur, menangis
(usaha bernafas) kuat
(Mochtar R, 1998)
1. Apnoe Primer
a. Pernapasan cepat.
b. Denyut nadi menurun.
c. Tonus neuromus culas menurun.
2. Apnoe Sekunder
a. Pernapasan megap – megap yang dalam.
b. Denyut jantung terus menurun.
c. Bayi terlihat lemah (pasif).
d. Pernapasan semakin lama semakin lemah.
E. DIAGNOSA
Gejala hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan tekanan darah pada
awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap ( gasping ). Bayi kemudian
masuk peiode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer
akan mlai melakukan usaha nafas lagi. Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia lebih
jauh berada dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat menyebabkan kematian
jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernafasan buatan dan bila diperlukan,
kompresi jantung. Selama apnea sekunder, frekuensi jantung dan tekanan darah, warna
bayi berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi perifer sebagai
upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ, seperti jantung, ginjal dan adrenal.
Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah di paru-
paru mengalami kontriksi. Vasokontriksi ini menyebabkan paru-paru resistean terhadap
ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi.
Dalam periode singkat, kurang oksigen menyebabkan metabolisme pada bayi baru
lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang di
butuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Neonatus yang lahir melalui seksio
sesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari
pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru
basah yang lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pada bayi
baru lahir (transient tachypnea of the newborn TTN).
G. PENATALAKSANAAN ASFIKSIA
FJ < 60
Intubasi endotrakea dapat dipertim-
Berikan epinefrin bangkan pada beberapa langkah
*
KOMPLIKASI
Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian
(Mochtar R, 1998).
BAB III
A. KERANGKA KONSEP
1. Klasifikasi Asfiksia
2. Penyulit / Komplikasi saat
kehamilan dan persalinan
3. Jenis persalinan
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia adalah penggolongan asfiksia menurut apgar score, kategori :
a. Asfiksia berat (Apgar Score 0-3)
b. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6)
c. Asfikisa ringan (Apgar Score 7-9)
Skala ukur : Ordinal
2. Penyulit/komplikasi saat kehamilan dan persalinan
Penyulit/komplikasi saat kehamilan dan persalinan adalah keadaan yang dialami ibu
pada saat hamil dan bersalin.
Kategori :
a. Solutio plasenta
b. Partus lama
c. Lilitan tali pusat
d. Tali pusat menumbung
Skala ukur : Nominal
3. Jenis Persalinan
Jenis persalinan adalah tindakan apa yang dilakukan untuk mengeluarkan bayi dalam
Rahim.
Kategori :
a. Tindakan
b. Spontan
Skala ukur : Nominal
C. JENIS PENELITIAN
D. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSIA Budi Kemuliaan dengan alasan adanya sampel
yang mencukupi dan juga lokasi penelitian dekat dengan domisili peneliti sehinggga
mudah dijangkau dan terdapat kasus asfiksia pada bayi baru lahir.
1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir yang mengalami asfiksia di RSIA
Budi Kemuliaan bulan September – Desember Tahun 2011 sebanyak 50 bayi.
2. Sample
Sample dalam penelitian ini adalah total populasi.
F. JENIS DATA dan METODE PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari
medical record RSIA Budi Kemuliaan.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan mengambil data dari
Medical Record bayi yang mengalami asfiksia mulai dari September – Desember 2011
di RSIA Budi Kemuliaan, kemudian mengisi sesuai lembar pengumpulan data.
Manuaba, IB, 1999, Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berancana Untuk Pendidikan Bidan,
EGC : Jakarta
Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2008. Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta, EGC
Sagung Seto
Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta, Yayasan Essentia
Medika