PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tinjauan pustaka dan studi kasus askep pada bayi dengan
Asfiksia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari asfiksia
2. Untuk mengetahui penyebab dari asfiksia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari asfiksia
4. Untuk mengtahui patofisiologi dari asfiksia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari asfiksia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari asfiksia
7. Untuk mengetahui komplikasi dari asfiksia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari asfiksia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan (JNPK_KR, 2007: 107).
Menurut dr. Agus Harianto SpA(K) dari Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Unair/RSUD dr. Soetomo, bayi dikatakan mengalami asfiksia jika saat lahir tidak
bernafas secara spontan, adekuat dan teratur, tidak dapat menangis, denyut jantung tidak
adekuat, refleks kurang, warna kulit pucat, dan kekuatan otot lemah. Asfiksia adalah
ketidakmampuan bayi baru lahir untuk bernafas pada waktu 60 detik pertama dan dapat
merupakan kelanjutan dari kegawatan intrauteri yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 serta nutrisi janin sehingga menimbulkan
perubahanperubahan metabolisme janin menuju metabolisme anaerob, yang
menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, et al, 2007: 841).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi yang tidak dapat segera bernafas
secara teratur dan spontan setelah lahir sehingga dapat menyebabkan tumbuh kembang
bayi yang tidak optimal karena kekurangan asupan oksigen dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan oksigen pada janin yang dapat mengakibatkan
hypoxia janin dan hal ini berkaitan dengan perkembangan kecerdasan otak bayi (UNDIP,
2009).
Berdasarkan gabungan empat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asfiksia pada
bayi baru lahir adalah ketidakmampuan bayi baru lahir bernafas secara spontan dan
teratur, frekuensi nadi kurang dari 100, reaksi rangsangan sedikit, gerakan otot fleksi,
dan pernafasan lemah yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan O2
serta nutrisi janin, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan metabolisme janin.
Penilaian tersebut dilakukan pada waktu 60 detik pertama setelah lahir.
2.2 Klasifikasi
Menurut Sarwono (2007: 714), klasifikasi asfiksia pada bayi baru lahir berdasarkan
nilai Apgar adalah sebagai berikut:
1. Asfiksia ringan atau normal (7-9)
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, dan reflek iritabilitas ada.
2. Asfiksia sedang (nilai apgar 4-6)
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit, tonus otot
kurang baik, sianosis, dan reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat dan reflek iritabilitas tidak ada.
Sedangkan menurut (nurarif,2013) Asfiksia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
asfiksia pallida dan asfiksia livida dengan masing-masing manifestasi klinis sebagai
berikut (Nurarif, 2013):
Tabel 1. Karakteristik Asfiksia Pallida dan Asfiksia Livida
Perbedaan Asfiksia Asfiksia
Pallida Livida
Warna Kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus Otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi Negatif Positif
Rangsangan
Bunyi Tidak teratur Masih teratur
Jantung
Prognosis Jelek Lebih baik
Nilai
Tanda
0 1 2
A: Biru/ Tubuh Tubuh
Appearance pucat kemerahan, dan
(color/warna ekstremitas ekstremitas
kulit) biru kemerahan
P : Pulse Tidak < 100x per >1100x
(heart ada menit per menit
rate/denyut
nadi)
G: Tidak Gerakan Menangis
Grimance ada sedikit
(reflek)
A: Lump Fleksi Aktif
Activity uh lemah
(tonus otot)
R: Tidak Lemah, Tangisan
Respiration ada merintih kuat
(usaha
bernapas)
Bayi akan dikatakan mengalami asfiksia berat jika APGAR score berada pada
rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau dengan
sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada rentang 7-10 (Nurarif, 2013).
2.3 Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor (Nurarif, 2013).
a. Faktor ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan dapat menyebabkan
gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia. Berikut merupakan keadaan-keadaan
yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Demam selama persalinan
3) Kehamilan postmatur
4) Hipoksia ibu
5) Gangguan aliran darah fetus, meliputi :
a) gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) hipertensi pada penyakit toksemia
6) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini
b. Faktor plasenta
Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia.
1) Abruptio plasenta
2) Solutio plasenta
3) Plasenta previa
c. Faktor fetus
Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa
didahului tanda gawat janin.
1) Air ketuban bercampur dengan mekonium
2) Lilitan tali pusat
3) Tali pusat pendek atau layu
4) Prolapsus tali pusat
d. Faktor persalinan
Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu:
1) Persalinan kala II lama
2) Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan sehingga
menyebabkan depresi pernapasan pada bayi.
e. Faktor neonatus
Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia:
1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
forsep)
3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernapasan, hipoplasi paru, dll.
4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
Tanda 0 1 2
Nilai apgar digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia yang dialami bayi
atau normal apabila :
2.5 Patofisiologi
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Selama di
dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrient dari ibu dengan mekanisme difusi
melalui plasenta yang berasal dari ibu yang diberikan kepada janin (JNPK-KR, 2007:
107). Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak
berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida (CO2)
sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah besar (JNPK-KR,
2007: 108).
Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi dan akan segera
bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen, oleh karena itu beberapa saat
sesudah lahir paru akan segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi
untuk memberikan perfusi pada alveoli, dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh (JNPK-KR,2007: 108). Pernafasan adalah tanda vital pertama yang
berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Pada periode awal bayi akan
mengalami nafas cepat (rapid breathing) yang disebut dengan gasping primer. Setelah
periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernafas (apnea) yang disebut
apnea primer. Pada saat ini frekuensi jantung mulai menurun akan tetapi tekanan darah
masih tetap bertahan. Bila keadaan ini berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan
pada bayi baru lahir maka bayi akan melakukan usaha nafas megap-megap yang disebut
gasping sekunder dan kemudian masuk ke dalam periode apnea sekunder. Pada saat ini
frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah semakin menurun dan dapat
menyebabkan kematian pada bayi jika tidak segera dilakukan pertolongan, sehingga
setiap menjumpai kasus dengan apnea harus dianggap sebagai apnea sekunder segera
dilakukan resusitasi (Depkes, 2007: 9-1).
Bayi akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru setelah lahir. Hal
ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru, sehingga
oksigen dapat dihantarkan ke arteri pulmonalis dan itu menyebabkan arteriol berelaksasi.
Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap konstriksi dan pembuluh
darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan perfusi
ke organ tubuh yang penting seperti otak, jantung dan ginjal. Bila keadaan ini
berlangsung lama maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan organ lain yang dapat
menyebabkan kematian atau kecacatan (Depkes, 2007: 9-2).
PATHWAY
Paralisis pusat pernapasan Persalinan lama, lilitan tali Faktor lain : obat-obatan
pusat, presentasi janin
abnormal
ASFIKSIA
Napas cepat
Gangguan Pertukaran Gas
Apneu
PENILAIAN :
Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap
Tidak
Ya
VENTILASI :
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20
cm air dalam 30 detik
------------------------------------------------------------------------------------------
4. Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
Ya Tidak
Ya Tidak
Tabel 3. Tindakan yang Tidak Dianjurkan dan Akibat yang Mungkin Ditimbulkannya
Tindakan Akibat
Menepuk bokong Trauma dan melukai
Menekan rongga dada Fraktur, pneumototaks, gawat napas,
kematian
Menekankan paha ke perut bayi Ruptura hepar atau lien, perdarahan
Mendilatasi sfingter ani Robek atau luka pada sfingter
Kompres dingin atau panas Hipotermi, luka bakar
Meniupkan oksigen atau udara dingin ke Hipotermi
muka atau tubuh bayi
2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat mengenai beberapa organ pada bayi, diantaranya adalah
sebagai berikut (Karlsson, 2008) :
a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru
c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos
d. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1 ml/kg/jam) untuk 24
jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L
e. Hematologi : DIC
f. Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino transferase > 100
U/L sejak minggu pertama kelahiran
Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati Neonatal atau
Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma klinis berupa gangguan fungsi
neurologis pada hari-hari awal kehidupan bayi aterm (Moster, 2002). Penelitian yang
dilakukan oleh Azzopardi dkk (2009) serta penelitian oleh Wintermark dkk (2011)
menyatakan bahwa meskipun induksi hipotermia sedang selama 72 jam pada bayi
dengan asfiksia neonatorum tidak secara signifikan mengurangi tingkat kematian
maupun cacat berat, tetapi menghasilkan pengaruh baik terhadap sistem saraf pada bayi
yang selamat (Azzopardi, 2009 dan Wintermark, 2011).
BAB 3
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
• Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
• Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
• Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
• Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
• Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
• Berat badan : 2500-4000 gram
• Panjang badan : 44-45 cm
• Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
• Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
• Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
• Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
• Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
• Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
• Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
• Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
• Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal
: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis
mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda
internal)
`PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
• Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
• Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
C. INTERVENSI
Aktivitas kolaboratif
Laporkan kepada
dokter jika hidrasi
kuat tidak dapat
dipertahankan
Lakukan
perujuakan lebaga
sosial untuk
layanan yang
diperluakn dirumah
Regulasi suhu:
berikan obat
antipiretik jika
perlu
Aktivitas lain
regulasi suhu: sesuaikan
suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Perawatan dirumah
Anak-anak cenderung
akan mengalami demam
lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa antara
Catatan:
Silahkan pilih intervensi
keperawatan yang paling
cocok untuk anda
aplikasikan terhadap klien
anda dan jangan paksakan
menggunakan intervensi
keperawatan sesuai
dengan yang di artikel ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan (JNPK_KR, 2007: 107).
ketidakmampuan bayi baru lahir bernafas secara spontan dan teratur, frekuensi nadi
kurang dari 100, reaksi rangsangan sedikit, gerakan otot fleksi, dan pernafasan lemah
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 serta nutrisi janin,
sehingga menimbulkan perubahan-perubahan metabolisme janin. Penilaian tersebut
dilakukan pada waktu 60 detik pertama setelah lahir.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca khususnya tentang keperawatan klien dengan kegawatan pernafasan khususnya
Asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based Guide to
Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Aurora S, Snyder EY. 2004. Perinatal Asphyxia. In : Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR
eds. Manual of Neonatal Care 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins;
536-55.
Azzopardi DV, Brenda S, David E, Leight D, Henry LH, Edmund J, et al. 2009. Moderate
Hypothermia to Treat Perinatal Asphyxial Encephalopathy. The New England Journal
of Medicine : 361 (14); 1349-58.
Bulecheck, Gloria M, et all. 2008. Nursing intervention Classification (NIC) Fifth Edition.
USA: Mosbie Elsevier.
Carpenito, LJ.2007. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. 2001. Standar Pelayanan Kebidanan, Buku 1. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta :
Depkes RI.
Gregorio HO, Rojas DM, Villanueva D, Jaime HB, Bonilla XS, Gonzales LT, et al. 2011.
Caffeine Therapy for Apnoea of Prematurity : Pharmacological Treatment. African
Jornal of Pharmacy and Pharmacology : 5(4); 564-71.
Hasan R, Alatas H. 1985. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK-UI.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. Informasi Sesialite Obat Indonesia volume 47. Jakarta :
ISFI Penerbitan.
Kosim MS. 1998. Asfiksia Neonatorum dalam Kumpulan Makalah Pelatihan Dokter
Spesialis Anak dalam Bidang NICU untuk RSU Kelas B Tingkat Nasional. Semarang :
IAI.