Anda di halaman 1dari 19

BAB II

ISI

A. Pengertian

Asfiksia merupakan keadaan di mana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

segera setelah lahir. Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt bernafas

secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Hidayat, 2005). Pengertian lain

menyatakan bahwa asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang

mengalami gangguan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan.

B. Etiologi

a. Penyebab asfiksia neonatorum dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu

(Saifudin, 1991): a. Faktor ibu:

 Hipoksia ibu

 Gangguan aliran darah fetus: Gangguan kontraksi uterus pada

hipertoni, hipotoni, tetani uteri, hipotensi mendadak pada ibu karena

pendarahan, hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia.

 Primi tua, ibu dengan diabetes mellitus (DM), anemia, riwayat lahir

mati, ketuban pecah dini, infeksi.

b. Faktor plasenta: Abruptio plasenta, solutio plasenta

c. Faktor fetus: tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,

prematuritas, persalinan ganda.

d. Faktor lama persalinan: persalinan lama, persalinan dengan ekstraksi vakum,

kelainan letak, operasi caesar.

e. Faktor neonates
 Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat

menimbulkan depresi pernafasan pada bayi.

 Trauma lahir sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial

 Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatik, atresia/stenosis

saluran pernafasan, hipoplasi paru

C. Tanda Dan Gejala Bayi Dengan Asfiksia Neonatorum

Ada 2 kriteria asfiksia, yaitu asfiksia pallid dan asfiksia livida. Perbedaan keduanya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Perbedaan Asfiksia pallida Asfiksia livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

Sedangkan berdasarkan penilaian APGAR, asfiksia di klasifikasikan menjadi asfiksia

ringan (7- 10), sedang (4-6) dan berat (0-3) dengan tanda dan gejala seperti terlihat

pada tabel APGAR SCORE di bawah ini:

Tanda Nilai
0 1 2
A: Appearance Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan

(color) Warna kulit ekstremitas biru ekstrimitas

kemerahan
P: Pulse (heart rate) Tidak ada <100x/menit >100x/menit

Denyut nadi
G: Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

(Reflek)
A: Activity (Tonus Lumpuh Fleksi lemah Aktif

otot)
R: Respiration Tidak ada Lemah merintih Tangisan kuat

(Usaha nafas)
Penilaian :

7-10 : normal (vigorous baby)

4-6 : asfiksia sedang

0-3 : asfiksia berat

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Saifudin, 1991):

a. Analisa gas darah

b. Elektrolit darah

c. Gula darah

d. Baby gram (RO dada)

e. USG (kepala)

E. Pengkajian

Merupakan informasi yang dicatat mencakup Identitas orang tua, identitas bayi baru

lahir, riwayat persalinan, pemeriksaan fisik (Wildan dan Hidayat, 2008).

 Data subjektif

Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencangkup identitas, kebutuhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien

(anamnesis) (Wildan dan Hidayat, 2008).

1) Biodata

a. Nama Bayi : Untuk identitas bayi

b. Tanggal lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir

c. Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin yang

dilahirkan
d. Nama orang tua : untuk mengetahui identitas orang tua bayi

e. Umur : Untuk mengetahui kurun waktu reproduksi

sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

20-30 tahun.

f. Pendidikan : Untuk mengetahui, tingkat pendidikan

mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang

g. Pekerjaan : untuk mengetahui taraf hidup dan sosial

ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk

mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti, bekerja

dipabrik rokok, percetakan

h. Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana

menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat

juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada perilaku

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat pemeriksaan

(romauli, 2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi jantung 100

kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha, 2014).

3) Antenatal Care (ANC)

Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa

minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Wiknjosastro, 2009).

4) Penyuluhan

Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil

dan tanda-tanda bahaya kehamilan (Saifuddin, 2010).

5) Imunisasi tetanus tosoid (TT)


Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan berapa kali yang nantinya akan

mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus

(Wiknjosastro, 2009).

6) Kebiasaan Ibu

a. Pola nutrisi : Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami

gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi

frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan.

b. Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan

BAB, berkaitan dengan obesitas atau tidak.

c. Pola istirahat : Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul

jika didapat data yang senjang tentang pemenuhan istirahat.

d. Personal hygiene : Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat

penting agar tidak terkena infeksi.

e. Psikologi budaya : Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang

makanan dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam

adat masyarakat setempat.

f. Perokok dan pemakaian obat-obatan& alkohol

 Data Objektif

Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,

dan data penunjang (Wildan dan Hidayat, 2008).

a. Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan 10

b. Pemeriksaan umum

Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus otot,

tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.


Pemeriksaan tanda-tanda vital :

1) Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.

2) Laju jantung 120-160 kali per menit.

3) Suhu normal 36,5oC.

c. Pemeriksaan fisik sistematis

1) Kepala : Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau

cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka),

molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur

lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.

2) Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau

pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf

mata kepala

3) Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.

4) Hidung dan mulut : Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap,

dinilai saat bayi menyusui.

5) Leher : Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.

6) Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan

dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).

7) Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.

8) Genetalia : Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam

skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah

vagina berlubang dan uretra berlubang.

9) Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek

di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi,

bayi akan mengikuti gerakan dari doresan jari kita.


10) Anus : periksa lubang anus bayi

11) Ekstermitas : Hitung jumlah jari tangan dan kaki bayi

12) Kulit : lihat warna kulit dan bibir serta tanda lahir

F. Masalah Keperawatan

Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan asfiksia

neonatorum di antaranya gangguan pertukaran gas, penurunan kardiac out put,

intolerans aktifitas, ganggua perfusi jaringan (renal), resiko tinggi terjadi infeksi,

kurangnya pengetahuan.

a. Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan pertukaran gas ini dapat terjadi pada bayi dengan asfiksia, hal ini

dapat disebabkan oleh karena penyempitan pada arteri pulmonal, peningkatan

tahanan pembuluh darah di paru, penurunan aliran darah pada paru, dan lain-lain.

Untuk mengatasi gangguan atau masalah keperawatan tersebut dapat

dilakukan intervensi keperawatan di antaranya: melakukan monitoring gas darah,

mengkaji denyut nadi, melakukan monitoring sistem jantung, dan paru dengan

melakukan resusitasi, memberikan oksigen yang adekuat.

b. Penurunan Cardiac Output

Terjadinya penurunan kardiac out put pada asfiksia neonatorum ini dapat

disebabkan karena adanya edema paru dan penyempitan arteri pulmonal, untuk

mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan monitoring jantung paru, mengkaji

tanda vital, memonitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam, memonitor denyut nadi,

memonitor intake dan out put serta melakukan kolaborasi dalam pemberian

vasodilator.

c. Intolerans Aktivitas
Intolerans aktivitas pada asfiksia ini dapat disebabkan karena gangguan pada

sistem syaraf pusat yang sangat terangsang dalam kondisi asfiksia, hal ini dapat

diatasi dengan melakukan intervensi keperawatan di antaranya menyidiakan

stimulasi lingkungan yang minimal, menyediakan monitoring jantung paru,

mengurangi sentuhan (stimulasi), memonitor tanda vital, melakukan kolaborasi

analgetik sesuai dengan kondisi, memberikan posisi yang nyaman dengan

menyediakan bantal dan tempat tidur yang nyaman.

d. Gangguan Perfusi Jaringan (Renal)

Gangguan perfusi jaringan pada asfiksia neonatorum ini dapat disebabkan

karena adanya kemungkinan hipovolemia, atau kematian jaringan, kondisi ini

dapat diatasi dengan mempertahankan out put, kolaborasi dalam pemberian

diuretik sesuai dengan indikasi, memonitor laboratorium urine lengkap dan

memonitor pemeriksaan darah.

e. Risiko Tinggi Terjadi Infeksi

Risiko tinggi terjadi infeksi ini dapat terjadi adanya infeksi nosokomial dan

respons imun yang terganggu, hal ini dapat diatasi dengan mengurangi tindakan

yang menyebabkan

G. Penatalaksanaan Aksifia Neonatorum

Merupakan tindakan dengan mempertahankan jalan napas agar tetap baik sehingga

proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara pelaksanaan resusistasi

sesuai dengan tingkatan asfiksi, antara lain:

a. Asfiksia Ringan (apgar skor 7-10)

 Bayi dibungkus dengan kain hangat.


 Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian

mulut.

 Bersihkan badan dan tali pusat.

 Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan ke dalam

inkubator.

b. Asfiksia Sedang (apgar skor 4-6)

 Bersihkan jalan napas.

 Berikan oksigen 2 liter per menit.

 Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada

reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).

 Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium

bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikan

melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan

intra kranial meningkat.

c. Asfiksia Berat (apgar skor 0-3)

 Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.

 Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

 Bila tidak berhasil lakukan ETT.

 Bersihkan jalan nafas melalui ETT.

 Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sinosis berikan natrium

bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.

H. Diagnosis dan Intervensi

Diagnosis asfiksia neonatorum adalah:


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

2) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya pernapasan

3) Resiko hipotermia d.d transfer panas

4) Resiko cidera d.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Bersihan Bersihan jalan napas  Monitor pola napas

jalan meningkat dengan  Monitor bunyi napas

nafas Kriteria Hasil :  Posisikan semi-


tidak  Mengi menurun fowler / fowler
efektif  Wheezing  Lakukan
b.d menurun penghisapan lendir
sekresi  Mekonium kurang dari 15detik
yang menurun  Berikan oksigen, jika
tertahan
perlu

 Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

ekspektoran,

mukolitik, jika perlu

Pola Pola nafas membaik  Monitor

nafas dengan frekuensi, irama,

tidak Kriteria Hasil : kedalaman dan

efektif  Dispnea menurun upaya jalan napas

b.d  Penggunaan otot  Monitor pola

hambata bantu napas napas


n upaya menurun  Monitor adanya

pernapas  Frekuensi napas sumbatan jalan

an membaik napas

 Kedalaman napas  Palpasi

membaik kesimetrisan

ekspansi paru

 Auskultasi bunyi

napas

 Monitor saturasi

oksigen

 Monitor nilai

AGD

 Atur interval

pemantauan

respirasi sesuai

kondisi pasien

 Dokumentasikan

hasil pemantauan

 Informasikan

hasil pemantauan
Resiko Termoregulasi membaik  Monitor suhu

hipotermi dengan tubuh

a d.d Kriteria Hasil :  Identifikasi

transfer  Suhu tubuh penyebab

panas menurun hipotermia


 Suhu kulit  Monitor tanda

menurun dan gejala akibat

hipotermia

 Sediakan

lingkungan yang

hangat (mis. Atur

suhu ruangan,

inkubator)

 Ganti pakaian

dan/atau linen

yang basah

 Lakukan

penghangatan

pasif/aktif
Resiko Tingkat cidera menurun  Identifikasi area

cidera d.d dengan Kriteria Hasil : lingkungan yang

kegagala  Kejadian cedera berpotensi

n menurun menyebabkan

mekanis  Frekuensi napas cedera

me membaik  Identifikasi obat

pertahan yang berpotensi

an tubuh menyebabkan

cedera

 Sediakan

pencahayaan

yang memadai
 Sosialisasikan

pasien dan

keluarga dengan

lingkungan rawat

 Pastikan bel

panggilan atau

telpon mudah

dijangkau

 Pastikan roda

tempat tidur

dalam kondisi

terkunci

 Gunakan

pengaman tempat

tidur sesai dengan

kebijakan

fasilitas

pelayanan

kesehatan

 Pertimbangkan

penggunaan

alarm elektronik

pribadi atau

alarm sensor pada

tempat tidur
 Diskusikan

bersama anggota

keluarga yang

dapat

mendampingi

pasien

 Tingkatkan

frekuensi

observasi dan

pengawasan

pasien, sesuai

kebutuhan

I. EVALUASI

Hari/tangg N Implementasi Evaluasi

al o

x
Senin 1  Monitor pola napas S: -

18/01/2021  Monitor bunyi napas O: klien

Pukul  Posisikan semi-fowler / fowler tampak

09.00wib lemah,
 Lakukan penghisapan lendir
kesadaran
kurang dari 15detik
Apatis,
 Berikan oksigen, jika perlu
menangis
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, merintih,

mukolitik, jika perlu RR 66

x/menit,

nadi

145x/meni

Suara

nafas

stridor

Tampak

sesak

A:

Masalah

teratasi

sebagian

P:

lanjutkan

intervensi
11.45 2  Monitor frekuensi, irama, S:

kedalaman dan upaya jalan O: klien

napas tampak

 Monitor pola napas lemah,

 Monitor adanya sumbatan menangis

jalan napas merintih,


 Palpasi kesimetrisan RR 66

ekspansi paru x/menit,

 Auskultasi bunyi napas nadi

 Monitor saturasi oksigen 145x/meni

 Monitor nilai AGD t

Suara
 Atur interval pemantauan
nafas
respirasi sesuai kondisi
stridor
pasien
Tampak
 Dokumentasikan hasil
sesak
pemantauan

 Informasikan hasil
A: teratasi
pemantauan
sebagian

P:interven

si

dilanjutka

n
12.30 3  Monitor suhu tubuh S:-

 Identifikasi penyebab O: Tidak

hipotermia terdapat

 Monitor tanda dan gejala tanda

akibat hipotermia hipotermi

 Sediakan lingkungan yang Suhu 37,4

hangat (mis. Atur suhu C

ruangan, inkubator) Akral

 Ganti pakaian dan/atau hangat


linen yang basah

 Lakukan penghangatan A:

pasif/aktif masalah

teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

Intervensi
19/01/2021 1  Monitor pola napas S:-

Pukul  Monitor bunyi napas O: tidak

09.00  Posisikan semi-fowler / fowler ada suara

tambahan

RR :

44x/menit

HR :

136x/meni

A:

Masalah

teratasi

P:

hentikan

intervensi
09.30 2  Monitor frekuensi, irama, S : -

kedalaman dan upaya jalan O : tidak


napas ada suara

 Monitor pola napas tambahan

 Monitor adanya sumbatan RR :

jalan napas 44x/menit

A:

masalah

teratasi

P:

hentikan

intervensi
10.00 3  Monitor suhu tubuh S:-

 Monitor tanda dan gejala O: Tidak

hipertermi ada tanda

 Sediakan lingkungan yang hipotermi

hangat (mis. Atur suhu Suhu 36,9

ruangan, inkubator) C

 Ganti pakaian dan/atau

linen yang basah A:

 Lakukan penghangatan masalah

pasif/aktif teratasi

P:

hentikan

intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Yuliastati & Ninig.2016.Keperawatan Anak.Jakarta Selatan:Pusdik SDM

Kesehatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi

dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis intervensi Keperawatan

Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai