Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP DASAR

I. KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Asfiksia neonaturum adalah bila napas bayi kurang dari 20x/mnt atau

bayi mengalami megap-megap atau tidak bernapas secara spontan. (IDAI, 2004)

Asfiksia neonaturum kegagalan napas secara spontan dan teratur pada

saat lahir atau saat lahir yang di tandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah

rendah (Hipoximia), hiperkarbio (PaO2 meningkat) dan asidosis

(HardionoD.Pusponegoro)

Asfiksia neonaturum adalah suatu keadaan bayi yang mengalami

kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau depresi

dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan

mempertahankan bernapas normal (Phita dephia, 1999).

B. ETIOLOGI

1. Faktor ibu

- Gangguan his, lekania uteri, hipertoni.

- Penyakit ibu seperti; Deabetes militus, Hipertensi.

- Umur ibu kurang dari 20 tahun da lebih dari 35 tahun.

- Gravida lebih dari empat.

- Sosial ekonomi rendah.


2. Faktor nepnatus

- Gemeli.

- Prematur.

- IUGR.

- Kelainan konginetal

3. Faktor gangguang sirkulasi menuju janin.

a. Gangguan aliran pada tali pusat.

- Lilitan tali pusat.

- Simbul tali pusat.

- Tekanan pada tali pusat.

- Ketuban telah pecah.

- Kehamilan kelewat waktu.

b. Pengaruh obat.

- Karena narkosa saat persalinan.

4. Faktor persalinan.

- Partes lama.

- Partes dengan tindakan.

5. Faktor plasenta.

- Plasenta previa.

- Selusia plasenta.

- Plasenta tipis.

(I Gede Manuaba 1998)


C. KLASIFIKASI

Klasifikasi asfiksia neonaturum dapat menjadi:

1. Asfiksia ringan.

Score apgar 7-8

Dalam hal ini bayi da anggap sehat (Fingorous baby) dan tidak

memerlukan tindakan khusus.

2. Asfiksia sedang.

Score apgar 4-6

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis dan reflek

iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia berat.

Score apgar 1-3

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung kurang dari

100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, berat dan kadang-kadang

pucat, reflek iritabilits tidak ada.

(Hugbinson 1999)

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda dari asfiksia :

1. Tidak ada pernapasan atau pernapasan lambat (Kurang dari 30x/menit).

2. Pernapasan tidak teratur, dengan ukuran atau retraksi (perlukaan dada).

3. Tangisan lemah.

4. Warna kulit pucat atau biru.

5. Tonus otot lemah atau berkulai.

6. Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100x/menit).

(Arif mansyoer 2000)


E. PATOFISIOLOGI

Hipoxia janin yang menyebabkan asfilsia neunaturum terjadi

karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga

terdapat gangguan dalam persedian O2 dan dalam menghilangkan CO2.

Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan

pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang di

derita dalam persalinan.

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang

buruk, penyakit seperti anemi, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.

Pada keadaan terakhir ini pengaruh terhadap hidup janin di sebabkan oleh

gangguan oksigenasi serta berkurangnya pemberian zat-zat makanan

berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta, hal ini dapat di cegah atau di

kurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga

perbaikan sedini-dininya dapat di usahakan.

Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak

dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoxia janin dan berakhir

dengan asfiksia, bayi keadaan ini perlu di kenal, agar dapat di lakukan

persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir. faktor-faktor yang mendadak

ini terdiri atas: a) faktor-faktor dari pihak janin seperti: 1. gangguan aliran

darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat. 2. depresi pernapasan

karena obat-obat anesthesia/analgetika yang di berikan kepada ibu, pendarah -

an intra cranial, dan kelainan bawaan (Hernia diafragmatika, antresio saluran

pernapasan, hipoplasia paru-paru, dan lain-lain. b) Faktor-faktor dari pihak

ibu seperti: 1. Gangguan His, misalnya, hipertoni dan tetani. 2. Hipotensi


mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya, pada plasenta previa. 3.

Hipetensi pada eklams. 4. Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio

plasenta.

Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan

persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya

dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan

sereta sementara atau menetap, tergantung dari perubahan Homeostatis . Ini

berhubungan dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoxia yang di

derita.

Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas traspor O2 mungkin

hanya menimbulkan asidosis respiratorik.Bila gangguan berlanjut dalam

tubuh terjadi metabolisme anerobik. Proses ini berupa glikolisis glikogen

tubuh, sehingga sumber-sumber glikogen tuibuh terutama dalam jantung dan

dalam hati berkurang. Asam-asam organic yang di hasilkan akibat

metabolisme ini akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolic Pada tingkat

lebih lanjut terjadi gangguan kardiovaskuler yang di sebabkan oleh; 1. Kerja

jantung yang terganggu. 2. Asidosis metabolik yang menggangu fungsi sel-

sel jantung, 3. Gangguan peredaran darah ke paru-paru karena tetap

tingginya Polmonry vaskuler resistence, asidosis dan gangguan

kardiovaskuler, ini mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel otak dan dapat

menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut pada anak

yang hidup dalam garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia

adalah: a) Menurunnya tekanan O2 arterial. b) meningkatnya tekanan

CO2. c) turunnya PH darah. d) Di pakainya simpanan glikogegn tubuh


untuk metabolismus anerobi. e) tertjadinya perubahan fungsi sistem

kardiovaskuler (Wiknjosastro 2000).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium analisa gas darah

- PaO2 <50 mmH2O

- PaCO2 > 55 mmH2O

- PH < 7.30

(Hardiono D.Pusponegorao 2004)

G. PENATALAKSANAAN

Pada neonatus dengan asfiksia, resusitasidiberikan secepat mungkin

tanpa menuggu perhitungan skor apgar. langkah resusitasi mengikuti ABC:

A. Pertahankan jalan napas bebas. B. Bangkitkan napas spontan dengan

stimulasi taktilatau tekanan positif, menggunakan bag and mask atau lewat

pipa endotrakeal. C. Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan kompresi dada

dan obat –obatan.

Pada asfiksia ringan berikan bantuan napas dengan oksigen 100%

melalui bag and mask selam 15-30 detik , bila dalam waktu 30 detik denyut

nadi masih di bawah 80x/menit lakukan kompresi dada dengan dua jari pada

1/3 bawah sternum sebanyak kurang lebih 20x/menit.

Intubasi endotrakeal harus di lakukan oleh tenaga terlatih pada bayi

yang tidak memberi respon terthadap bantuan napas dengan bag and mask

atau pada bayi dengan asfiksia berat.

Terapi medikamentosa diberikan bila denyut nadi masih di bawah

80x/menit setelah 30 detik, kombinasi bantuan nafas dan kompresi dada atau

dalam keadaaan asistol, berikan dua adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kg

BB intra vena/intratrakeal, dapat di ulangi tiap 3-5 menit pada respons yang
buruk terhadap resusitasi, hipovolemia, hipotensi, dan riwayat pendarahan,

berikan 10 ml/kg BB cairan infus ( NaCL, 0,9%, Ringer laktat, atau darah ).

Jika hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan asidosis metabolik berikan

natrium bikarbonat 2 mEg/kg BB perlahan-lahan. Natrium bikarbonat di

berikan hanya setelah terjadi ventilasi yang efektif karena dapat meningkatkan

CO2 darah sehingga timbul asidosis respiratorik.

Asfiksi berat dapat mencetuskan syok kardiogenik.pada keadaan ini di

berikan dopamine atau dobutamin per infus 5-10 Ug/kg BB permenit setelah

sebelumnya di berikan volume ekspender.Adrenalin 0,1 mg/kg BB permenit

dapat di berikan pada bayi yang tidak responsive terhadap dopamine atau

dobutamin.

Bila terdapat riwayat pemberian analgeti, narkotik pada ibu saat hamil,

berikan horcon (Nolokso) 0,1 mg/kg BB subkutan atau intra muscular atau

intravena melalui pipa intratrakeal (Arif mansjoer 2000).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Anamnese

- Gangguan atau kesulitan waktu lahir ( lilitan tali pusat, sunsang, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep dll ).

- Lahir tidak bernafas/menangis.

- Air ketuban bercampur mekonium

Pemeriksaan fisik.

- Bayi tidak bernafas/nafas megap-megap.

- Denyut jantung kurang dari 100x/menit.

- Kulit sianosis, pucat.


- Tonus otot menurun.

(Hardiono D.Pusponegoro 2004)

I. KOMPLIKASI

- Edema otak.

Udem yang terdapat pada otak.

- Perdarahan otak.

Perdarahan yang terjadi di dalam otak.

- Anuria atau oliguria.

- Hiperbilirubin.

- Enterokolitis.

- Netrotikons.

- Kejang.

- Koma.

(Arif mansyoer 2000)

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian.

1. Biodata terdiri dari biodata pasien dan identitas pasien, penanggung

jawab.

2. Riwayat Keperawatan.

a. Riwayat keperawatan sekarang.


Data yang harus di kaji pada asfiksia keadaan bayi seperti

bagaimanakah pernafasannya, adakah apnoe, dalam atau dangkal,

bagaimana gerak bayi, warna kulit bayi, dan juga pengkajian pada

sirkulasi dan neurosensori (Nelson, 2001).

b. Riwayat Keperawatan Dahulu.

Meskipun secara lebih mudah sejarah kehamilan pada bayi

Asfiksia neunaturum. Sejarah kehamilan sering kali normal. ketika

ditanya pada ibu seharusnya hati-hati untuk mengungkapkan kebiasaan

ibu, merokok, bekerja keras, dan wanita yang sering takut tindakan, yang

mana dapat mengakibatkan penurunan mental janin.

(Maternal & CHILD, 2002)

c. Riwayat Keperawatan Keluarga.

Adakah keluarga ibu atau orang yang di tinggal ada yang sakit

terutama penyakit yang menular atau kronis, karena dalam kehamilan

daya tahan ibu menurun, bila ada penyakit menular, dapat lekas menular

pada bayi dan anak. Dan di tanya pula mungkin dari ibu ataupun

suamianya ada yang berpenyakit ketununan, misal; penyakit Jiwa,

penyakit Diabetes militus. (Cristina,1996)

3. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon.

Alasan penulisan menggunakan pola pengkajian fungsional menurut

Gordon adalah, bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi, luas

Untuk perawat, Latar belakang praktek yang beragam. Model fungsional

kesehatan yang terbentuk dari hubungan antara klien dan lingkungan dan

dapat di gunakan untuk perorangan keluarga, dan komonitas, setiap pola


merupakan suatu rangkaian prilaku yang membantu perawat mengumpulkan

mengorganisasikan dan memilih-milih data (Potter patricia A.199)

a. Pola persepsi kesehatan menejemen kesehatan.

Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan dan

kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan kita diatur.

b. Pola metabolik dan nutrisi.

Menggambarkan konsunsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan

suplay gizi; Pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,

kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.

c. Pola Eliminasi.

Menggambarkan pola fungsi ekskresi (Usus besar, kandung kemih, dan

kulit) termasuk pola individu sehari-hari perubahan atau gangguan dan

metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.

d. Pola aktivitas dan olah raga.

Menggambarkan olah raga aktivitas pengisian waktu senggang, dan reaksi

termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan jenis olah raga, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (otot saraf, respirasi, dan

sirkulasi).

e. Pola tidur dan istirahat.

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan reaksi dan setiap bantuan

merubah pola tersebut.

f. Pola persepsi kognitif.


Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif meliputi

keadekuatan untuk sensori Penglihatan, pendengaran, perabaan,

pengecapan, dan penghidu) aporan mengenai persepsi nyeri dan

kemampuan fungsi kognitif.

g. Pola perspsi diri dan konsep diri.

Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,

kemampuan mereka, gambaran diri, dan peran diri.

h. Pola hubungan peran.

Menggambarkan pola keterikatan peran dengan dan hubungan, meliputi

persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi

kehidupan sat ini.

i. Pola reproduksi sexual.

Menggambarkan kepuasan atau ketidak puasan, dalam sexualitas, jenis

kelamin, termasuk status reproduksi wanita.

j. Pola koping, toleransi, stress.

Menggambarkan koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping

dalam mentoleransi stress.

k. Pola nilai kepercayaan.

Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk

kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan kepercayaan diri.

PENGKAJIAN DASAR

1. Sirkulasi.

- Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak terratur dalam batas normal.

- Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten

2. Makanan atau cairan.


- Berat badan kurang dari 2500 gr.

3. Neurosensori.

- Tubuh panjang , kurus, lemah , dengan perut agak cembung.

- Ukuran kepala agak besar dalam hubunganya dengan tubuh.

- Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata bergetar.

- Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung umur

gestasi).

- Reflek tergantung pada usia gestasi, ruting terjadi dengan baik pada

gestaseminggu ke-32.

4. Pernafasan.

- Apgar skor mungkin rendah.

- Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur.

- Adanya bunyi “Ampelas” pada auskultasi, menandakan sindrom disstres

pernafasan.

5. Keamanan.

- Suhu berfluktuasi dengan mudah.

- Menangis mungkin lemah.

- Kulit kemerahan atau tembus pandang,warna mudah/kebiruan akrosianosis, atau

sianosis/pucat.

- Garis telapak kaki tidak ada pada semua telapak atau sebagian.

- Kuku mungkin pendeK

6. Sexualitas.

- Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.

- Genetalia; Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan

klitoris menonjol.

- Testis pria mungkin tidak turun, mungkin banyak/tidak ada skrotum.

( Marlyn Doengos 2000 )


A. PATHWAY

Neonatus Faktor ibu Faktor plasenta Ganguan sirkulasi ke jantung janinFaktor janin

Mempengaruhi janin dalam rahim

Bayi prematur

Asfiksi

Fungsi organ belum baik

Penurunan O2 dalam jaringan


Pencernaan Kulit

Alat saluran cerna lemah


Penurunan kadar PH dalam paru Cadangan energi rendah Termoregulasi

Reflek hisap , menelan yang kurang


Belum dapat mempertahankan suhu tubuh

Glikogen di jaringan lemak subkutan kurang


G3 pertukaran gas & tranpor O2
Intake cairan dan cadangan energi kurang
Produksi panas menurun

Bronkus sekresi Metabolisme Kehilangan panas Hipotermi


Kurang dalam
Hiperbilirubinin Kekebalan menurun

Hipokalsemia Restiperubahan nutrisi


Pertahanan tubuh menurun
Hipoglikemia

G3 integirtas kulit
Resti infeksi
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut dona L. Wong (2000)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanisme,

inflamasi, peningkatan sekresi, ketidak nyamanan, kerusakan persepsi dan

kognitif nyeri.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi nyeri, kerusakan

neurologis, atau muskuluskeletal.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai O2 dan

kebutuhan.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit atau hospitalisasi

anak.

FOKUS INTERVENSI

Bayi baru lahir resiko tinggi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanisme,

inflamasi, peningkatan sekresi, tidak nyamanan, kerusakan persepsi, dan

kognitif nyeri.

Kreteria hasil:

- Jalan nafas tetap bersih.

- Bayi bernafas dengan mudah.

- Bernafas dalam batas normal

Intervensi :

- Aspirasi/hisap secret dari jalan nafas sesuaai kebutuhan.

- Beri posisis terlentang, dengan leher sedikit ekstensi


- Hindari hiper ekstensi.

- Bantu mengeluarkan sputum.

- Observasi dengan ketat.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi nyeri,

kerusakan neurologis atau muskuuskeletal

Kreteria hasil :

- Bernafas tidak sulit.

- Pernafasan tetap dalam batas normal.

- Dapat beristrirahat dalam batasa normal.

Intervensi:

- Posisikan untuk efesian ventilasi maksimum (jalan nafas

terbuka).

- Beri posisi yang nyaman.

- Hindari pakaian ketat.

- Gunakan bantal dalam mempertahankan jalan nafas.

- Tingkatkan istirahat tidur.

- Tempatkan pada tent atau hood bayi.

- Beri oksigen sesuai ketentuan.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2

dan kebutuhan

Kreteria hasil :

- Bayi tidak menunjukkan peningkatan distress pernafasan.

- Anak tenang rileks.


Intervensi :

- Kaji intoleran fisik.

- Beri lingkungan yang nyaman.

- Dorong orang tua untuk menjaga bayi.

- Anjurkan periode istirahat yang sering.

- Batasi atau jadwalkan kunjungan untuk memungkinkan

untuk isitirahat yang cukup.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan

hospitalisasi bayi

Kreteria hasil:

- Keluarga mengenali lingkungan rumah sakit.

- Anggota keluarga mengajukan pertanyaan.

- Keluarga terliobat dalam perencanaan perawatan.

Intervensi:

- Kenalkan keluarga pada anggota staf.

- Gambarkan rutinitas rumah sakit.

- Sesuaikan keluarga pada lingkungan.

- Arahkan keluarga ke tujuan.

- Selalu ada untuk keluarga.

- Berikan suasana yang menimbulkan pertayaan.

- Waspadai tanda tanda ketegangan.

- Berikan prevasi.

( L.Wong, 2004 )
kwarsiorkor.lnk

Anda mungkin juga menyukai