STROKENON HAEMORRAGIC
PENYUSUN:
SUYANTI
N 520184583
A. PENGERTIAN
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplay darah kebagian otak (Brunner & Suddart, 2002).
Stroke adalah Sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresi cepat berupa defisit neurologis fokal atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatic (Mansjoer, 2000).
Stroke adalah kelainan pada otak baik secara fungsional maupun
structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000).
Stroke non hemoragik adalah terhentinya aliran darah ke bagian
otak akibat tersumbatnya pembuluh darah. Darah berfungsi mengalirkan
oksigen ke otak, tanpa oksigen yang dibawa oleh darah, maka sel sel otak
akan mati dengan sangat cepat, mengakibatkan munculnya defisit
neurologis secra tiba-tiba (Doengoes, 2000).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi/Faktor Resiko
Dalam buku Tarwoto (2007) dan Brunner & Suddart (2007)
menyatakan faktor resiko dari stroke adalah sebagai berikut:
a. Usia : Makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi.
b. Jenis kelamin : Laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi.
c. Ras dan keturunan : troke lebih sering ditemukan pada kulit putih.
d. Polisitemia : Kadar HB yang tinggi.
e. Hipertensi : Faktor resiko utama
f. Penyakit kardiovaskuler, seperti:
1) Penyakit arteri koronaria.
2) Gagal Jantung kongestif
3) Hipertensi Ventrikel kiri
4) Abnormalitas irama
5) Penyakit jantung kongestif
g. Kolesterol tinggi
h. Obesitas
i. Diabetes Melitus
j. Merokok
k. Penyalahgunaan obat (kokain)
l. Konsumsi alkohol
2. Faktor Presipitasi/Faktor Pencetus
Brunner & Suddart (2002) menyatakan faktor pencetus dari stroke
atau serebrovaskuler (CVA) adalah sebagai berikut:
a. Trombosis serebral
Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral yaitu penyebab paling umum dari
stroke.
b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabannya yang merusak sirkulasi serebral. Abnormalitas partologik
pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif, penyakit jantung
reumatik dan infark, miokard serta infeksi pulmonal adalah tempat-
tempat di asal emboli. Pemasangan katup jantung prostetik dapat
mencetuskan stroke.
c. Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak)
Stroke dapat terjadi karena kontriks, ateroma pada arteri yang
menyuplai darah ke otak
d. Hemorogi serebral dapat terjadi di:
1) Hemorogi ekstradural (di luar dura mater)
Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera
biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
atau arteri meninges lain.
2) Hemoragi subdural (dibawah dura mater)
Hematoma subdural biasanya jembatan vena robek karenanya
periode pembentukan hematoma lebih lama (interval jelas lebih
lama) dan menyebabkan tekanan pada otak.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Medis
Tindakan medis terhadap stroke meliputi diuretik untuk
menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5
hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk
mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi
dari tempat liain dalam sistem kardiovaskular. Medikasi anti trombosit
dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan thrombus dan embolisasi (Brunner & Suddart,
2002).
2. Keperawatan
Menurut Arief Manjoer (2000), waktu adalah otak merupakan
ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya pengobatan stroke
sedini mungkin, karena jendela therapy dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan
besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang harus
dilakukan adalah:
a. Pertimbangan instubasi bila kesadaran stupor atau koma atau
gagal nafas.
b. Berikan oksigen 2-4 liter/menit kanul hidung.
c. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut
d. Pasang jalur infus intravena dengan larutan span normal 0,9%
dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan potonis
seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 0,45% karena dapat
memperhebat oedema otak
e. Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto
roentgen toraks
f. Ambil sampel untuk pemeriksaan darah, pemeriksaan darah
priver lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit,
umum, kreatinin)
g. CT Skan atau resonansi mengetik bila alat tersedia
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian biologis menggunakan model konseptual keperawatan
menurut Virginia Handerson dalam buku Doengoes (2000) yang terdiri
dari 14 komponen yaitu:
a. Pola nafas
Pernafasan dangkal, takipnea
b. Kebutuhan nutrisi
Terjadi anoreksia mual dan muntah
c. Kebutuhan eliminasi
Nyeri tekan atau nyeri lepas, distensi abdomen, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising khusus, terjadi konstipasi
h. Kebutuhan berpakaian
Dalam berpakaian (ganti pakaian klien dibantu dengan keluarga
dan selalu ganti.
k. Kebutuhan spiritual
Dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja dapat terlambat dengan adanya efek anestesi
pemasangan infus, kateter dan keadaan umum klien.
n. Kebutuhan belajar
Setelah rasa nyeri berkurang, klien akan meminta informasi yang
diinginkan kepada keluarga dan orang lain atau mendengarkan
informasi dari media masa.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Bates (2007), dapat dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
a. Keluhan utama
b. Keadaan umum, tingkat kesadaran, TTV
c. Pemeriksaan fisik difokuskan pada:
1) Kepala : Kulit kepala bisa ada lesi atau tidak, bersih atau
tidak warna rambut, kuantitasnya tipis atau lebat,
mudah dicabut atau tidak
2) Mata : Sklera bisa ikterik atau tidak, konjungtiva anemis
atau tidak, pupil simetris atau tidak
3) Telinga : Ada serumen atau tidak, simetris atau tidak, fungsi
pendengaran bisa baik atau tidak.
4) Hidung : Simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada
kelainan atau tidak, fungsi penciuman bisa baik atau
tidak
5) Mulut : Bibir bisa sianosis atau tidak mukosa bibir bisa
kering atau tidak, gigi ada caries atau tidak, bersih
atau kotor, lidah bersih atau tidak, kesulitan dalam
menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
secara mandiri.
6) Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada
pembesaran vena jugularis atau tidak.
7) Dada I : Simetris atau tidak
P : Ada nyeri tekan atau tidak
3. Intervensi Keperawatan
1) Perubahan persepsi-sensori berhubungan dengan stres psikologis
(penyempitan lapang perceptual yang disebabkan oleh ansitas)
Data :Pikiran kacau, perubahan pola komunikasi,
ketidakmampuan mengenal obyek.
Tujuan :Stres psikologi teratasi
Kriteria evaluasi : Mempertahankan tingkat kesadaran dan
fungsi perceptual.
Intervensi
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Intervensi
Mandiri
a. Inspeksi adanya edema pada wajah atau leher
Rasional : Edema atau trauma syaraf dapat mengganggu fungsi
pernafasan.
d. Bantu pasien untuk melakukan batuk efektif, miring kiri atau kanan
dan nafas dalam
Rasional : Memudahkan gerakan sekret dan pembersihan paru,
menurunkan risiko komplikasi pernafasan (pneumonia)
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
Rasional : Mungkin dibutuhkan selama periode distress pernafasan
atau adanya tanda-tanda hipoksia
5) Kurang perawatan diri berhubungan aktivitas perawatan diri dalam tingkat
kemampuan sendiri
Data : Ketidakmampuan untuk memandikan bagian tubuh,
tidak mampu untuk memasang atau melepas pakaian
sendiri, kesulitan menyelesaikan tugas toileting
Tujuan : Mampu untuk melakukan aktivitasnya sendiri.
Kriteria evaluasi : Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat
kemampuan sendiri
Intervensi
Mandiri
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari – hari.
Rasional : Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara individu.
c. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas beri pasien waktu yang cukup
untuk mengerjakan tugasnya sendiri
Rasional : Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk
mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien
secara konsisten.
d. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
atau keberhasilannya
Rasional : Meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan
kemandirian
Intervensi
Mandiri
a. Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemulihan terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda
digunakan untuk paralisis spastic dengan flaksid.
e. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk
Rasional : Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktor. Menurunkan risiko
terjadinya hiperkalsioria dan osteoporosis jika masalah
utamanya adalah perdarahan.
f. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain
dari gangguan sirkulasi
Rasional : Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami
trauma dan menyembuhkan lambat.