Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT MEMBRAN HIALIN

FREDY EKA SANJAYA


Penyakit membran hialin (PMH) merupakan salah satu penyebab gangguan pernapasan

yang sering dijumpai pada bayi prematur. Gangguan napas ini merupakan sindrom yang terdiri

dari satu atau lebih gejala sebagai berikut: pernapasan cepat > 60 x/menit, retraksi dinding dada,

merintih dengan atau tanpa sianosis pada udara kamar, yang memburuk dalam 48-96 jam

pertama kehidupan.

PMH ditemukan pada + 50% bayi yang lahir dengan berat lahir 501-1500 g (<34 minggu usia

gestasi). Insidens PMH berbanding terbalik dengan masa gestasi.


DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM.
• Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin).
• Riwayat kelahiran saudara kandung dengan penyakit membran hialin.

Pemeriksaan fisis
• Gejala biasanya dijumpai dalam 24 jam pertama kehidupan.
• Dijumpai sindrom klinis yang terdiri dari kumpulan gejala:
– Takipnea (frekuensi napas >60x/menit)
– Grunting atau napas merintih
– Retraksi dinding dada
– Kadang dijumpai sianosis (pada udara kamar)
• Perhatikan tanda prematuritas
• Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru
• Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya bayi, adanya infeksi dan derajat dari pirau
PDA.
• Penyakit dapat menetap atau menjadi progresif dalam 48 – 96 jam pertama.
Pemeriksaan penunjang
• Foto toraks posisi AP dan lateral, bila diperlukan serial.
Gambaran radiologis memberi gambaran penyakit membran hialin. Gambaran yang khas berupa
pola retikulogranular, yang disebut dengan ground glass appearance, disertai dengan gambaran
bronkus di bagian perifer paru (air bronchogram). Terdapat 4 stadium :
– Stadium 1: pola retikulogranular
– Stadium 2: stadium1 + air bronchogram
– Stadium 3: stadium 2 + batas jantung-paru kabur
– Stadium 4: stadium 3 + white lung
Selama perawatan, diperlukan foto toraks serial dengan interval sesuai indikasi. Pada pasien dapat
ditemukan pneumotoraks sekunder karena pemakaian ventilator, atau terjadi bronchopulmonary
Dysplasia (BPD) setelah pemakaian ventilator jangka lama.
• Laboratorium
– Darah tepi lengkap dan kultur darah

– Bila fasilitas tersedia dapat dilakukan pemeriksaan analisis gas darah yang biasanya
memberi hasil: hipoksia, asidosis metabolik, respiratorik atau kombinasi, dan saturasi
oksigen yang tidak normal.

– Rasio lesitin/sfingomielin pada cairan paru (L/S ratio) < 2:1

– Shake test (tes kocok), dilakukan dengan cara pengocokan aspirat lambung, jika tak ada
gelembung, risiko tinggi untuk terjadinya PMH (60 %)
TATALAKSANA
Medikamentosa
Manajemen Umum
• Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka.
• Terapi oksigen sesuai dengan kondisi:
– Nasal kanul atau head box dengan kelembaban dan konsentrasi yang cukup untuk
mempertahankan tekanan oksigen arteri antara 50-70 mmHg.
– Jika PaO2 tidak dapat dipertahankan di atas 50 mmHg pada konsentrasi oksigen inspirasi
60% atau lebih,penggunaan NCPAP (Nasal Continuos PositiveAirway Pressure)
terindikasi. Penggunaan NCPAP sedini mungkin (early NCPAP) untuk stabilisasi bayi
BBLSR sejak di ruang persalinan juga direkomendasikan untuk mencegah kolaps alveoli.
Pada pemakaian nasal prong, perlu lebih hati-hati karena pemakaian yang terlalu ketat
dapat merusak septum nasi.
• Ventilator mekanik digunakan pada bayi dengan HMD berat atau komplikasi yang menimbulkan apneu
persisten. Indikasi rasional untuk penggunaan ventilator adalah:
– pH darah arteri <7,2
– pCO2 darah arteri 60 mmHg atau lebih
– pO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada konsentrasi oksigen 70-100% dan tekanan CPAP 6-10
cmH2O, atau
– apneu persisten
– Jaga kehangatan
– Pemberian infus cairan intravena dengan dosis rumatan.
– Pemberian nutrisi bertahap, diutamakan ASI.
• Antibiotik: diberikan antibiotik dengan spektrum luas, biasanya dimulai dengan ampisilin 50mg/kg
intravena tiap 12 jam dan gentamisin, untuk berat lahir <2 kg dosis 3 mg/kgBB per hari. Jika tak terbukti
ada infeksi, pemberian antibiotik dihentikan.
• Analisis gas darah dilakukan berulang untuk manajemen respirasi. Tekanan parsial O2 diharapkan antara
50-70 mmHg, paCO2 diperbolehkan antara 45-60 mmHg (permissive hypercapnia). pH diharapkan tetap di
atas 7,25 dengan saturasi oksigen antara 88-92%.
Manajemen Khusus
Pemberian sufaktan dilakukan bila memenuhi persyaratan, obat tersedia, dan lebih disukai bila
tersedia fasilitas NICU. Syarat pemberian surfaktan adalah:

• Diberikan oleh dokter yang memiliki kualifikasi resusitasi neonatal dan tata laksana
respiratorik serta mampu memberi perawatan pada bayi hingga setelah satu jam pertama
stabilisasi.

• Tersedia staf (perawat atau terapis respiratorik) yang berpengalaman dalam tata laksana
ventilasi bayi berat lahir rendah.
• Peralatan pemantauan (radiologi, analisis gas darah, dan pulse oximetry) harus tersedia

• Terdapat protokol pemberian surfaktan yang disetujui oleh institusi bersangkutan.


Surfaktan

• Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit membran hialin,

diberikan dalam bentuk dosis berulang melalui pipa endotrakea setiap 6-12 jam untuk total 2-4 dosis,

tergantung jenis preparat yang dipergunakan.

• Survanta (bovine survactant) diberikan dengan dosis total 4 mL/kgBB intratrakea (masing-masing 1mL/kg

berat badan untuk lapangan paru depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri dan kanan), terbagi dalam

beberapa kali pemberian, biasanya 4 kali (masing-masing ¼ dosis total atau 1 ml/kg). Dosis total 4 ml/kgBB

dapat diberikan dalam jangka waktu 48 jam pertama kehidupan dengan interval minimal 6 jam antar

pemberian. Bayi tidak perlu dimiringkan ke kanan atau ke kiri setelah pemberian surfaktan, karena
surfaktan akan menyebar sendiri melalui pipa endotrakeal. Selama pemberian surfaktan dapat terjadi

obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh viskositas obat. Efek samping dapat berupa perdarahan dan
infeksi paru.
Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika timbul komplikasi yang bersifat fatal seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, empisema subkutan. Tindakan yang segera dilaksanakan adalah
mengurangi tekanan rongga dada dengan pungsi toraks, bila gagal dilakukan drainase.

Suportif
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya, dll)
Bila terjadi apneu berulang atau perlu bantuan ventilator maka harus dirujuk ke Rumah Sakit
dengan fasilitas Pelayanan Neonatal Level III yang tersedia fasilitas NICU.

Langkah Preventif PMH


• Mencegah persalinan prematur
• Pemberian terapi kortikosteroid antenal pada ibu dengan ancaman persalinan prematur
• Mengelola ibu DM dengan baik.
Pemantauan
Terapi
• Efektifitas terapi dipantau dengan memperhatikan perubahan gejala klinis yang terjadi.
• Setelah BKB/BBLR melewati masa krisis yaitu kebutuhan oksigen sudah terpenuhi dengan
oksigen ruangan/atmosfer, suhu tubuh bayi sudah stabil diluar inkubator, bayi dapat minum
sendiri /menetek, ibu dapat merawat dan mengenali tanda-tanda sakit pada bayi dan tidak
ada komplikasi atau penyulit maka bayi dapat berobat jalan.
• Pada BBLR, ibu diajarkan untuk melakukan perawatan metode kanguru (PMK).
• Rekomendasi pemeriksaan Retinopathy of Prematurity (ROP):
– Bayi dengan berat lahir ≤1500 g atau usia gestasi ≤34 minngu
– Pemeriksaan pada usia 4 minggu atau pada usia koreksi 32-33 minggu
Tumbuh kembang

• Bayi yang menderita gangguan napas dan berhasil hidup tanpa komplikasi maka proses
tumbuh kembang anak selanjutnya tidak mengalami gangguan.

• Apabila timbul komplikasi (hipoksia serebri, gagal ginjal, keracunan O2, epilepsi,
komplikasi palsi serebral, dll) maka tumbuh kembang anak tersebut akan mengalami
gangguan dari yang ringan sampai yang berat termasuk gangguan penglihatan, sehingga

• diperlukan pemantauan berkala pada masa balita.

Anda mungkin juga menyukai